Xinjiang, Radio Bharata Online - Seorang imam masjid ternama di kota kuno Kashgar di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok barat laut, tetap berdedikasi untuk melanjutkan pekerjaan ayahnya yang dibunuh secara brutal oleh teroris lebih dari satu dekade lalu, dan menyatakan keyakinannya bahwa keadilan pada akhirnya akan ditegakkan.
Memet Juma dengan berani memilih untuk mengikuti jejak mendiang ayahnya setelah wafat dan menjabat sebagai imam Masjid Id Kah yang terkenal saat ini, masjid terbesar di Xinjiang dan dibangun pada tahun 1442.
Ayah Memet, Juma Tahir Damolla, yang saat itu menjabat sebagai imam masjid, ditikam hingga tewas oleh tiga teroris pada musim panas 2014. Kengerian serangan dini hari itu mengejutkan seluruh masyarakat dan masih menghantui keluarga tersebut hingga kini.
"Mereka tidak hanya membunuhnya. Mereka menggunakan senjata brutal seperti kapak dan pisau. Bahkan sekarang, ketika keluarga dan teman-teman kami berkumpul, kami masih menangisinya. Saat itu, ayah saya sudah berusia 74 tahun. Beliau ringkih dan lemah. Membunuh seseorang seperti ini, dengan cara yang begitu keji dan biadab, menunjukkan sifat sejati dari 'tiga kekuatan' (terorisme, separatisme, dan ekstremisme)," kata Memet.
Sebagai seorang Muslim yang taat, Memet menyatakan bahwa klaim "tiga kekuatan" yang mewakili Islam sepenuhnya salah, karena Islam justru mengajarkan kerukunan, persatuan, netralitas, dan toleransi, serta secara tegas melarang pembunuhan, pencurian, dan menyakiti orang lain.
Oleh karena itu, membantu lebih banyak orang memahami agama ini telah menjadi misi penting bagi Memet, yang percaya bahwa pendidikan dan dialog yang lebih baik dapat menangkal kesalahpahaman yang memicu ekstremisme.
Meskipun sangat berduka atas kehilangannya, Memet memutuskan bahwa sudah menjadi kewajibannya untuk menghormati warisan ayahnya dengan mengambil peran sebagai Imam masjid bersejarah tersebut.
"Saya bisa saja memilih jalan yang berbeda, tetapi ayah saya ingin saya tetap menjadi pemimpin agama. Saya percaya keadilan selalu ditegakkan. Hanya sebagian kecil orang yang berubah menjadi teroris. Kita tidak punya alasan untuk takut pada mereka," ujarnya.
Meskipun Memet berkomitmen pada perannya, ia selalu menekankan pentingnya kebebasan bagi anak-anaknya untuk memilih jalur karier mereka sendiri, dan sangat bangga dengan putrinya, Subinur, yang kini menjadi dokter di Rumah Sakit Rakyat Pertama Kashgar.
"Ayah saya selalu mendorong kami untuk mengejar impian kami dan ia menghormati pilihan kami. Ia tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada kami," ujarnya.