Hangzhou, Bharata Online - Musisi Tiongkok dan Amerika bersama-sama mempersembahkan konser simfoni pada hari Sabtu (18/10) lalu di sela-sela Forum Liangzhu ketiga di Kota Hangzhou, Tiongkok timur. Konser ini mempertemukan para pakar internasional untuk mempromosikan pelestarian warisan budaya.

Digelar untuk para tamu yang menghadiri forum tersebut, Konser Simfoni Tiongkok-AS "Light of Liangzhu" dipentaskan bersama oleh Zhejiang Symphony Orchestra dan Philadelphia Orchestra, menyambut sekitar 1.000 penonton langsung dan daring.

Melalui musik yang melintasi benua dan abad, konser ini bertujuan untuk mencerminkan tema forum, yakni "Revitalisasi Peradaban: Warisan Budaya dan Keragaman Budaya Manusia".

Karya musik Tiongkok dan Barat memeriahkan malam itu, termasuk "Picturesque Zhejiang", "Spring River and Flowers in the Moonlight", yang diadaptasi dari mahakarya penyair terkemuka Tiongkok Zhang Ruoxu dari Dinasti Tang (618-907), dan Simfoni ke-6 Beethoven.

Para musisi mengatakan bahwa konser ini membantu mempromosikan pertukaran lintas budaya, baik antar seniman maupun pendengar dari seluruh dunia.

"Kami saling belajar dengan memainkan karya musik Tiongkok dan Barat. Ini merupakan pengalaman yang luar biasa bagi orkestra simfoni kami," ujar Xu Hai, Kepala Obo untuk Orkestra Simfoni Zhejiang.

"Apa yang telah kami pelajari bersama, ingin kami bagikan dengan orang-orang dari berbagai negara, terutama Tiongkok," kata Ryan Fleur, Direktur Eksekutif Orkestra Philadelphia.

Forum Liangzhu yang berlangsung selama tiga hari mempertemukan lebih dari 300 pakar global untuk mengeksplorasi warisan dan keragaman budaya, serta menyoroti peran Tiongkok yang semakin besar dalam perlindungan warisan dunia.

Para peserta termasuk kepala lembaga perlindungan dan pengelolaan warisan budaya, direktur museum, arkeolog, dan sejarawan dari lebih dari 60 negara dan wilayah.

Terletak di Cekungan Sungai Yangtze, Provinsi Zhejiang, reruntuhan arkeologi Liangzhu, yang berusia setidaknya 5.000 tahun, mengungkap sebuah negara regional awal dengan sistem kepercayaan terpadu yang didasarkan pada budidaya padi pada akhir Periode Neolitikum (sekitar 7000-1700 SM). Situs arkeologi ini diakui sebagai salah satu contoh paling awal peradaban Tiongkok.