Astana, Bharata Online - Dua pertemuan puncak penting di Astana dan Tianjin telah mendorong hubungan Tiongkok-Kazakhstan ke fase baru kerja sama pragmatis yang berakar pada rasa saling menghormati dan tujuan pembangunan bersama, ujar Gulnar Shaimergenova, Direktur Pusat Studi Tiongkok di Kazakhstan.
Pada bulan Juni 2025, KTT Tiongkok-Asia Tengah ke-2 diselenggarakan di Astana, Kazakhstan, dengan Deklarasi Astana ditandatangani. Keenam negara, yakni Tiongkok, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, menyuarakan komitmen mereka untuk bersama-sama membangun komunitas Tiongkok-Asia Tengah yang lebih erat dengan masa depan bersama.
Kemudian, para pemimpin dari Asia, Eropa, dan Afrika berkumpul di kota pelabuhan Tianjin di Tiongkok utara dari 31 Agustus hingga 1 September 2025 untuk menghadiri KTT Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) terbesar dalam sejarah.
Mereka menandatangani dan mengeluarkan Deklarasi Tianjin, yang mengadvokasi jenis hubungan internasional baru yang didasarkan pada rasa saling menghormati, keadilan, dan kerja sama yang saling menguntungkan, serta mempromosikan masa depan bersama bagi umat manusia.
Dalam wawancara dengan China Global Television Network (CGTN) di Astana, Shaimergenova mengatakan bahwa KTT Astana dan Tianjin memiliki dampak besar dengan memperkuat peran regional Kazakhstan, meningkatkan kerja sama proyek, dan memperdalam hubungan praktis dengan Tiongkok.
"Bersama-sama, kedua forum tersebut menghasilkan tiga upaya terkait bagi Kazakhstan. Pertama, memperkuat peran Kazakhstan sebagai pusat regional dan mediator. Kedua, memperluas perangkat organisasi negara untuk melaksanakan proyek-proyek besar. Ketiga, memperdalam kemitraan Kazakhstan dengan Tiongkok melalui kerja sama ekonomi praktis dengan tetap menghormati kedaulatan semua negara peserta. Deklarasi Astana dan Deklarasi Tianjin tidak hanya mencerminkan tren regional terkini, tetapi juga menetapkan agenda praktis untuk dekade mendatang, mulai dari proyek infrastruktur dan investasi hingga kerja sama di bidang lingkungan, digitalisasi, dan keamanan," jelasnya.
Para pemimpin Tiongkok dan Kazakhstan menekankan pentingnya menyelaraskan strategi pembangunan mereka untuk saling mendukung kemajuan dengan cara yang saling menguntungkan.
Shaimergenova mencatat bahwa visi kerja sama Tiongkok sangat sejalan dengan prioritas pembangunan Kazakhstan, dengan kolaborasi yang semakin erat terlihat dalam pertukaran budaya dan pendidikan. Ia menambahkan bahwa Kazakhstan berharap dapat memperluas kemitraan ke lebih banyak sektor.
"Dalam hubungan antarmasyarakat, Kazakhstan terus memperkuat hubungan budaya dan pendidikan. Cabang-cabang universitas Tiongkok dan Lokakarya Luban telah dibuka. Pusat-pusat kebudayaan dan program bersama telah dimulai. Langkah-langkah fasilitasi visa telah mendorong peningkatan substansial dalam perjalanan dan pertukaran. Kazakhstan juga akan mempromosikan penelitian dan pengembangan bersama dalam proyek-proyek percontohan di bidang teknologi tinggi, termasuk kecerdasan buatan dan teknologi yang sedang berkembang untuk menjadikan kerja sama lebih inovatif," ujar Shaimergenova.