Jumat, 26 Mei 2023 20:19:35 WIB
Para pendaki memperingati 70 tahun penaklukan puncak Everest, di tengah kekhawatiran perubahan iklim
Traveling
Endro
Seekor burung terbang dengan latar belakang Gunung Everest terlihat dari Namche Bazar, distrik Solukhumbu, Nepal [Foto: Niranjan Shrestha / AP] Diterbitkan Pada 26 Mei 2023
KATHMANDU, Radio Bharata Online - Saat komunitas pendaki gunung bersiap untuk merayakan ulang tahun ke-70 penaklukan Gunung Everest, ada kekhawatiran yang meningkat tentang kenaikan suhu, gletser dan salju yang mencair, dan cuaca yang semakin keras dan tidak dapat diprediksi di gunung tertinggi di dunia ini.
Sejak puncak gunung setinggi 8.849 meter (29.032 kaki) ini pertama kali didaki oleh Edmund Hillary dari Selandia Baru dan pemandu Sherpa-nya, Tenzing Norgay, pada tanggal 29 Mei 1953, ribuan pendaki telah berhasil mencapai puncaknya, sementara ratusan lainnya meninggal dunia.
Kondisi yang memburuk di Everest menimbulkan kekhawatiran bagi komunitas pendaki gunung, dan orang-orang yang mata pencahariannya bergantung pada arus pengunjung.
Komunitas Sherpa atau pemandu pendakian di Nepal, yang tumbuh di kaki bukit gunung bersalju yang mereka puja sebagai ibu dunia, adalah kelompok yang paling terdampak.
Efek perubahan iklim, tidak hanya menghantam ikan-ikan di Antartika, ikan paus atau penguin, tetapi juga berdampak langsung pada pegunungan Himalaya dan orang-orang disekitarnya Demikian kutipan kata-kata Ang Tshering, seorang Sherpa terkemuka, yang telah berkampanye selama bertahun-tahun untuk menyelamatkan puncak-puncak Himalaya dan sekitarnya, dari efek pemanasan global.
Ang Tshering adalah Sherpa pemilik, sekaligus manajer senior dan pemimpin utama perjalanan Keep Walking Nepal.
Hampir setiap tahun, ia dan agen Asian Trekking-nya menyelenggarakan ekspedisi pembersihan, di mana para klien dan pemandu membawa sampah yang ditinggalkan oleh para pendaki Everest sebelumnya.
Kampanye pembersihan Nepal, berhasil mengumpulkan berton-ton sampah dari Himalaya.
Menurut Ang, efek dari perubahan iklim dan pemanasan global sangat parah di daerah Himalaya. Kenaikan suhu di daerah Himalaya, lebih dari rata-rata global, sehingga salju dan es mencair dengan cepat, dan gunung menjadi hitam, gletser mencair dan danau-danau mengering. (Al Jazeera)
Komentar
Berita Lainnya
Volume Penerbangan di Tiongkok Kini Memulih 63% Dibanding Pra COVID Traveling
Selasa, 17 Januari 2023 13:17:0 WIB
Informasi Bagi Warga Indonesia yang Ingin Pergi ke Tiongkok Traveling
Selasa, 17 Januari 2023 13:37:17 WIB
Sandiaga Optimistis Visa Elektronik Akan Tingkatkan Kunjungan Wisman Traveling
Rabu, 18 Januari 2023 11:38:57 WIB
Tempat Wisata Populer di Tahun Baru Imlek Traveling
Jumat, 20 Januari 2023 18:27:48 WIB
Meningkatnya kunjungan wisawatawan lokal ,Niat Berwisata Warga Tiongkok Meningkat dengan Pemulihan Pariwisata Lebih Matang Traveling
Sabtu, 21 Januari 2023 16:55:37 WIB
Lion Air Buka Rute Tiongkok-Bali Mulai 22 Januari 2023 Traveling
Minggu, 22 Januari 2023 8:26:20 WIB
Liburan Imlek 2023, Ratusan Wisatawan dari Tiongkok Kunjungi Bali Traveling
Minggu, 22 Januari 2023 19:39:24 WIB
Bali No.2, Ini Destinasi Paling Populer di Dunia Tahun 2022 Traveling
Senin, 23 Januari 2023 11:11:19 WIB
Tiongkok puji Indonesia sambut wisatawan berbahasa Mandarin Traveling
Senin, 23 Januari 2023 11:44:1 WIB
Shanghai Menerima 4,4 Juta Turis pada Tiga Hari Pertama Liburan Tahun Baru Imlek Traveling
Selasa, 24 Januari 2023 12:39:28 WIB
Mulai 6 Februari, Biro Wisata Tiongkok Akan Bawa Wisatawan ke Indonesia Traveling
Rabu, 25 Januari 2023 10:58:6 WIB
Wisata Es-Salju Jadi tradisi Baru untuk Tahun Baru Imlek Traveling
Rabu, 25 Januari 2023 15:52:56 WIB
Olahraga Musim Dingin Menerangi Tembok Besar Tiongkok Traveling
Rabu, 25 Januari 2023 15:56:15 WIB
Enak! Aneka Masakan Mie ala Provinsi Shaanxi Tiongkok Traveling
Rabu, 25 Januari 2023 17:25:22 WIB