VIENTIANE, Radio Bharata Online - Pusat Asia-Afrika China Media Group, bekerja sama dengan kedutaan besar Tiongkok dan lembaga pemikir lokal, baru-baru ini menyelenggarakan serangkaian seminar di Pakistan, Filipina, Kamboja, Laos, Kenya, dan Turki, mengenai Inisiatif Tata Kelola Global (Global Governance Initiative - GGI) yang Diusulkan Tiongkok.
Para pejabat, akademisi, dan perwakilan media mengatakan, bahwa inisiatif ini mengatasi "defisit tata kelola" global, dan menyediakan kerangka kerja yang konstruktif untuk melawan unilateralisme, memperkuat suara negara-negara berkembang, dan mendorong tatanan internasional yang lebih adil.
Mencermati lanskap internasional saat ini yang diwarnai ketidakpastian dan kompleksitas, dengan berbagai tantangan yang dihadapi negara-negara – termasuk di belahan bumi selatan – Menteri Luar Negeri Laos, Thongsavanh Phomvihane, mengatakan inisiatif ini tepat waktu dan diperlukan.
Sementara Alparslan Bayraktar, Menteri Energi dan Sumber Daya Alam Turki, juga mengatakan bahwa inisiatif ini menawarkan solusi konstruktif untuk permasalahan global – termasuk konflik regional, krisis kemanusiaan, dan keamanan energi – yang gagal diatasi oleh sistem internasional saat ini.
Bayraktar menambahkan bahwa peran Tiongkok yang bertanggung jawab di platform multilateral, tidak hanya menyuntikkan kepercayaan kepada dunia, tetapi juga menunjukkan kepada komunitas internasional, bahwa keadilan dan stabilitas dapat dicapai melalui kerja sama.
Sementara itu, pakar hubungan internasional Kenya, Cavince Adhere, menekankan bahwa banyak organisasi dan lembaga internasional telah lama didominasi oleh segelintir negara, sehingga suara negara-negara berkembang tidak terdengar.
GGI yang diusulkan Tiongkok justru menanggapi aspirasi bersama masyarakat di semua negara, dan memenuhi kebutuhan mendesak akan solusi yang adil dan setara, untuk defisit tata kelola global. (CGTN)