Sabtu, 19 April 2025 13:12:7 WIB

Pejabat Indonesia Tegaskan Pendirian Terhadap Neo-Kolonialisme pada Peringatan 70 Tahun Konferensi Bandung
Indonesia

Angga Mardiansyah - Radio Bharata Online

banner

Bendera nasional Indonesia. /CMG

Jakarta, Radio Bharata Online – Seorang anggota parlemen Indonesia telah menggarisbawahi signifikansi historis Konferensi Bandung 1955 dalam membantu mengonsolidasikan kemerdekaan nasional dan mempromosikan kerja sama yang saling menguntungkan di negara-negara berkembang.

Hari Jumat menandai peringatan 70 tahun Konferensi Asia-Afrika, yang umumnya dikenal sebagai Konferensi Bandung. Diselenggarakan di kota Bandung, Indonesia, pertemuan tersebut mempertemukan 29 negara, yang banyak di antaranya adalah negara-negara yang baru merdeka dan bangkit dari kolonialisme.

Pertemuan tersebut menandai pertama kalinya negara-negara berkembang bersatu untuk menentang imperialisme dan kolonialisme dalam rangka mempertahankan hak kedaulatan mereka dan dunia yang lebih adil.

Konferensi tersebut memupuk Semangat Bandung dengan "solidaritas, persahabatan, dan kerja sama" sebagai intinya, yang mengawali Gerakan Non-Blok dan kerja sama Selatan-Selatan, yang meletakkan dasar bagi multilateralisme dan tata kelola global.

Anggota parlemen Indonesia Dave Laksono mengomentari implikasi abadi Konferensi Bandung saat berbicara dengan China Global Television (CGTN) di Jakarta. Menurutnya, warisan konferensi tersebut telah membentuk Indonesia secara mendalam dalam perjalanannya sebagai negara merdeka.

"Semangat Konferensi Bandung adalah memastikan adanya tempat bagi negara-negara baru ini agar kita tidak terseret ke era neo-kolonialisme. Karena itulah perasaan yang diciptakan oleh dunia yang terpolarisasi ini," katanya.

Indonesia, negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia, memainkan peran yang semakin penting di belahan bumi selatan.

"Indonesia adalah bagian dari G20. Kami adalah salah satu dari dua puluh negara dengan ekonomi terkuat di dunia. Kami masih memiliki sumber daya alam yang sangat besar dan melimpah, pasar ekonomi yang besar -- lebih dari 280 juta orang. Dan kami masih memiliki potensi," kata Laksono.

Indonesia dan Tiongkok sama-sama merupakan peserta Konferensi Bandung dan anggota belahan bumi selatan. Berdasarkan landasan sejarah ini, Laksono mengatakan hubungan bilateral "dalam kondisi yang sangat baik" karena perdagangan dan investasi dengan Tiongkok sedang meningkat.

"Kami membeli banyak barang -- produk akhir -- dari China dan kami menjual banyak sumber daya alam kami ke China. Dan mereka banyak berinvestasi, baik dalam proyek pemerintah, obligasi pemerintah, atau bahkan sektor swasta. Mereka memiliki banyak hal di Indonesia -- sejumlah besar industri. Jadi jika Anda bertanya bagaimana iklim hubungan ini, saya rasa hubungan ini dalam kondisi yang sangat baik. Hubungan ini akan tetap baik, dan akan berkembang menjadi hari-hari yang lebih baik di masa mendatang," kata anggota parlemen Indonesia tersebut.

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner