Selasa, 3 September 2024 11:50:44 WIB
Sosok di Balik Blue Bird, Berani Mulai dengan 2 Mobil
Indonesia
IDX Channel/AP Wira
Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono
JAKARTA, radio Bharata Online - Peran besar perempuan di dunia bisnis bukan hal baru. Lahirnya perusahaan taksi nomor wahid di Indonesia, Bluebird, juga merupakan hasil tangan seorang wanita hebat, yang menjadi jantung idealisme perusahaan.
Siapa sosok di balik Blue Bird? Sejarah taksi biru itu dimulai oleh Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono yang mengusulkan kepada ketiga anaknya untuk menjadikan dua unit mobil hadiah sebagai taksi.
PT Blue Bird Tbk adalah salah satu perusahaan transportasi ternama di Indonesia. Meskipun kini taksi aplikasi telah menjamur, bisnis angkutan Bluebird terbukti mampu bertahan, bahkan beradaptasi untuk turut menerapkan inovasi teknologi pada layanannya.
Kisah perjalanan bisnis Bluebird tak lepas dari ide pendirinya, yakni Mutiara Siti Fatimah Djokosoetono. Bagaimana perannya dan perjalanan Bluebird hingga menjadi salah satu pemain industri transportasi darat di Indonesia.
Sempat Narik Bemo
Mutiara adalah istri dari Djokosoetono, seorang pakar hukum yang turut mendirikan Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian dan Akademi Hukum Militer. Djokosoetono juga pernah menjadi dekan pertama Fakultas Hukum UI.
Sebelum ditinggal suaminya berpulang ke Tuhan, Mutiara pernah berbisnis telur bersama anak-anaknya, Purnomo Prawiro dan Chandra Suharto. Sang ibu membeli bemo dari Departemen Perindustrian dan menyerahkannya kepada kedua putranya untuk narik di rute Harmoni-Kota.
Dua Mobil Hadiah
Keluarga Djokosoetono mendapat hadiah dari PTIK dan AHM berupa dua mobil sedan, Opel dan Mercedes. Tak lama setelah sang suami berpulang, Mutiara mengusulkan ide kepada anak-anaknya—Purnomo, Chandra, dan Mintarsih—agar mobil dijadikan taksi.
Purnomo dan Chandra menerapkan konsep pemesanan via telepon, keduanya juga ikut menyetir mobil mengantarkan penumpang. Awal mula beroperasi, taksi yang dinamai Chandra Taksi itu belum disertai izin. Perlu diingat, pada masa itu, taksi tak berizin cukup marak karena tak banyak penduduk Jakarta menggunakan mobil pribadi untuk berpergian.
Dimulai dengan Holden Torana
Awal mula resmi beroperasi, armada Bluebird hanya 25 mobil Holden Torana. Namun demikian, saat itu Bluebird adalah taksi pertama di Indonesia yang menggunakan sistem tarif argometer. Taksi juga dilengkapi dengan radio dengan dukungan sistem operator terpusat.
Sebelum mengantongi izin resmi, pengajuan izin sempat ditolak karena peraturan Pemprov DKI saat itu mengharuskan perusahaan taksi untuk memiliki setidaknya 100 unit mobil, sedangkan Chandra Taksi saat itu hanya punya 60 mobil.
Mutiara mengupayakannya dengan meminjam ke Bank Bumi Daya untuk membeli unit mobil tambahan. Usai resmi berizin, Chandra Taksi berganti nama menjadi Golden Bird. Sampai dengan 1978, Golden Bird mengoperasikan 500 unit taksi.
Jumlah taksi bertambah signifikan dengan cepat dan pada 1985 perusahaan memiliki lebih dari 2.000 unit mobil taksi. Sebagai informasi tambahan, Bluebird adalah salah satu taksi yang melayani tamu-tamu KTT GNB 1992. Merk Silverbird muncul saat itu, dengan segmen kelas eksekutif.
Inovasi Berkelanjutan
Setelah beroperasi cukup lama, Bluebird terus berinovasi mengikuti perkembangan zaman. Pada 1994, Bluebird mulai menggunakan computerized system untuk mengoperasikan call center.
Warna biru metalik resmi digunakan mengganti biru solid pada 2002. Hingga saat ini, Bluebird dikenal dengan warna metaliknya yang khas.
Perusahaan resmi menggunakan radio mobile data terminal dan alat Device Slgteg pada 2004 untuk penyebaran pesanan ke setiap taksi. Tujuh tahun kemudian, Bluebird meresmikan Taxi Mobile Reservation, aplikasi pemesanan taksi pertama di dunia untuk Blackberry.
Selama beroperasi, Bluebird memperluas layanannya. Tak hanya mobil sedan, Bluebird juga memiliki armada bus yang dinamai Big Bird. Sejak 1972, Bluebird telah menjadi kendaraan antar jemput. Saat itu perusahaan melayani Jakarta Intercultural School.
Saat taksi aplikasi mulai beroperasi, bisnis taksi konvensional di Indonesia sempat terdampak, namun Bluebird berhasil mengikuti arus dengan menjalin kerja sama dengan GoJek pada 2017. Hingga akhirnya pada 2011, Bluebird meluncurkan aplikasi pemesanan online-nya sendiri.
Komentar
Berita Lainnya
Inflasi September 2022 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014 Indonesia
Selasa, 4 Oktober 2022 14:34:54 WIB
HUT ke-77 TNI, Jokowi Beri Tanda Kehormatan Bagi Tiga Prajurit TNI Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:4:36 WIB
Naik-Turun Bus TransJakarta Wajib Tempel Kartu, Saldo Minimum Rp5.000 Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:12:43 WIB
BMKG Minta Warga Waspada Gelombang 2,5 Meter di Empat Wilayah Laut NTT Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:33:18 WIB
Presiden Ingatkan TNI untuk Selalu Siap Hadapi Tantangan Geopolitik Global Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 14:31:19 WIB
Mesir Gelar Kegiatan Interaktif Belajar Bahasa Mandarin Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB
Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB
Pertemuan P20 di Buka Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB
Seluruh Biaya Perawatan Korban Kanjuruhan DItanggung Pemkab Malang Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB
Direktur PT Liga Indonesia Baru Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB
Kronologi Tragedi Kanjuruhan, 11 Tembakan Gas Air Mata Dilepaskan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB
Jokowi Minta Dewan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana dengan Hati-Hati Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
Sekjen PBB Prihatin Atas Insiden Penembakan di Thailand Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 15:55:21 WIB
Kirab Kebangsaan Merah Putih di Kota Pekalongan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 16:3:8 WIB
Mahfud Md Tidak Mempermasalahkan Media Asing Investigasi Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Sabtu, 8 Oktober 2022 8:53:51 WIB