Jumat, 26 Juli 2024 17:13:35 WIB

Ini Penyebab Industri Pesawat Terbang di Indonesia Tidak Berlanjut
Indonesia

Tempo

banner

Acara bedah buku "Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional: Studi Kasus Industri Pesawat Terbang" yang dinarasumberi oleh Dosen Hubungan Internasional FISIP Universitas Nasional Irma Indrayani (kiri), Dosen Senior Universitas Nasional Dr. Eddy Guridno (tengah), dan Dosen Senior Universitas Pelita Harapan Prof Aleksius Jemadu, Ph.D (kanan) pada Kamis 25 Juli 2024 di Gedung Exhibition, Universitas Nasional. TEMPO/Tamara Aulia. (Tempo)

JAKARTA, Radio Bharata Online - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB, Didin S Damanhuri, membeberkan alasan industri pesawat terbang tidak lanjut berkembang di Indonesia. Menurut dia, hal itu tak lepas dari sejarah perekonomian nasional yang sempat merasakan krisis moneter pada tahun 1997-1998 silam. 

Didin menyebutkan, saat krisis moneter terjadi, Dana Moneter Internasional atau IMF menjadi pihak yang paling membantu negara dalam hal pemulihan perekonomian Indonesia.  Namun saat itu Indonesia tidak memiliki kedaulatan yang cukup atas penggunaan dana dari IMF.

Menurut Didin, walaupun dapat bantuan dari IMF, Indonesia tidak memiliki kuasa penuh dalam penggunaan dana tersebut.  Dia menjelaskan, dalam kondisi sulit untuk memenuhi sandang ataupun pangan, industri pesawat terbang menjadi terpinggirkan.

Pernyataan Didin disampaikan saat menyampaikan penjelasannya dalam acara bedah buku bertajuk "Pengaruh Asing Dalam Kebijakan Nasional, Studi Kasus Pengembangan Industri Pesawat Terbang" bertempat di Universitas Nasional yang digelar oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Hubungan Internasional pada hari Kamis.

Buku yang dibedah tersebut adalah karya Irma Indrayani, sebagai hasil disertasi S-3, pada saat menempuh kuliah di Universitas Nasional.

Lebih jauh Didin menjelaskan, bahwa sejak era reformasi hingga saat ini, industri pesawat terbang di Indonesia juga tidak terlihat berkembang.

Pasalnya, sejak BJ Habibie diangkat menjadi Presiden usai Soeharto lengser, menurut Didin, Indonesia kehilangan pakar aeronotika. Hal ini seiring dengan peralihan fokus BJ Habibie dari mengembangkan teknologi, ke kebijakan lain, yakni untuk mengembalikan kemakmuran rakyat pasca krisis moneter.

Walhasil, momen pengembangan industri pesawat terbang di Tanah Air menjadi semakin terlewatkan.  

Sementara dalam desertasi S-3 nya, Irma Indrayani menjelaskan, bahwa pada era Soeharto, industri pesawat terbang ikut ditangani  BJ Habibie, dan berhasil mencapai puncaknya dengan memperkenalkan prototype pesawat N250 di Paris Airshow pada tahun 1995.

Namun, usai Orde Baru, Indonesia mengalami krisis moneter pada 1998. Akibatnya, industri pesawat terbang tidak lagi menjadi prioritas Negara, karena minimnya dukungan dari berbagai pihak, mulai dari kelompok elit, pemerintah, maupun para teknokrat. (tempo)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner