Jumat, 26 Juli 2024 16:59:46 WIB

Tren Baru Kelas Menengah RI: Sering ke Mal Tapi Tak Belanja
Indonesia

CNBC/Endro

banner

Warga berbelanja kebutuhan pangan dan rumah tangga di salah satu supermarket di Cimahi, Jawa Barat, Minggu (19/4/2020). Bisnis/Rachman Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Ini Daftar 6 Konglomerat Pemilik Supermarket di Indonesia", Klik selengkapnya di sini: https://ekonomi.bisnis.com/read/20230130/12/1622791/ini-daftar-6-konglomerat-pemilik-supermarket-di-indonesia. Penulis : Ni Luh Anggela - Bisnis.com Download aplikasi Bisnis.com terbaru untuk akses lebih cepat dan nyaman di sini: Android: http://bit.ly/AppsBisniscomPS iOS: http://bit.ly/AppsBisniscomIOS

JAKARTA, Radio Bharata Online - Kelas menengah di Indonesia tengah menghadapi tekanan daya beli. Mereka makin sering datang ke pusat perbelanjaan, tapi hanya untuk jalan-jalan.

Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro menyebut tren ini tengah meningkat di 2024. Menurut dia, konsumen makin pilih-pilih dalam berbelanja untuk mencari harga paling murah.

Dalam pandangannya yang dikutip Kamis lalu, Andry menyebut kelas menengah sedang mengembangkan perilaku melakukan pembelian dalam jumlah yang lebih sedikit, namun lebih sering.  Lantas dengan mengutip data “Mandiri Spending Index”, Andry menyebut rata-rata nilai belanjaan dalam keranjang konsumen pada 2024, turun 0,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Akan tetapi, jumlah kunjungan mereka ke pusat perbelanjaan justru meningkat 3,3% pada 2024.  Menurutnya, hal ini menunjukan bahwa konsumen lebih memilih untuk berkunjung lebih sering, sambil juga menurunkan nilai keranjangnya dengan istilah down-trading.

Down-trading merupakan perilaku konsumen ketika individu atau rumah tangga memilih alternatif yang lebih murah, dibandingkan yang mereka beli sebelumnya. Fenomena ini seringkali disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor, seperti tekanan ekonomi, perubahan kondisi keuangan pribadi, dan pergeseran preferensi konsumen.

Sebelumnya, fenomena down-trading juga didapati di kalangan perokok. Kementerian Keuangan melaporkan terjadinya penurunan penerimaan cukai rokok dalam 2 tahun terakhir, akibat fenomena down-trading. Para perokok mulai banyak berpindah dari rokok kelas 1 dan 2, ke kelas 3 yang tarif cukainya lebih murah. Fenomena down-trading yang terjadi pada industri rokok maupun lainnya, menjadi bukti bahwa masyarakat Indonesia tengah mengalami pelemahan daya beli.

Andry Asmoro mengatakan, berdasarkan data MSI, belanja per kapita untuk kelas menengah dan atas, saat ini memang telah berada di atas tingkat pandemi. Hanya saja, belanja mereka mengalami stagnasi, dan kepercayaan diri mereka mengenai pendapatan yang meningkat pada 2024 semakin kecil.

Sebaliknya, untuk kelompok ekonomi rendah, MSI mencatat terjadi sedikit peningkatan pada 2024. Namun, kelompok ini melakukan belanja dengan menggunakan tabungannya.

Ekonom senior, Chatib Basri, menjelaskan data-data MSI itu secara sederhana dapat dipahami, bahwa ketika pendapatan masyarakat turun, mereka akan tetap mempertahankan konsumsi kebutuhan pokoknya, seperti makanan. Jika pendapatan menurun, sedangkan konsumsi makanan tetap, maka porsi konsumsi makanan dalam total pengeluarannya akan meningkat.  Itu sebabnya, kenaikan porsi makanan dalam total belanja, mencerminkan menurunnya daya beli. (CNBC)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner