Senin, 2 Desember 2024 13:46:41 WIB

Peringatan Tahunan Keluarga untuk Korban Pembantaian Nanjing Diluncurkan di Tiongkok Timur
Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

banner

Peringatan Tahunan Keluarga untuk Korban Pembantaian Nanjing (CMG)

Nanjing, Radio Bharata Online - Peringatan keluarga tahun 2024 untuk para korban Pembantaian Nanjing diluncurkan pada hari Minggu (1/12) di Nanjing, ibu kota Provinsi Jiangsu di Tiongkok timur.

Peringatan ini diadakan kurang dari dua minggu sebelum hari peringatan nasional Tiongkok pada tanggal 13 Desember mendatang, yang diresmikan sepuluh tahun lalu.

Keluarga para korban memberikan penghormatan kepada orang yang mereka cintai di depan "tembok ratapan" di luar Balai Peringatan Korban Pembantaian Nanjing oleh Penjajah Jepang. Tembok ini memiliki nama-nama 10.665 korban yang dibunuh 87 tahun lalu yang terukir di atasnya.

Pada tanggal 13 Desember 1937, pasukan Jepang yang menyerbu merebut Nanjing, yang saat itu merupakan ibu kota Tiongkok. Selama enam minggu, para penjajah ini membunuh lebih dari 300.000 warga sipil Tiongkok dan tentara tak bersenjata.

Di antara para pelayat adalah Xia Shuqin yang berusia 95 tahun. Pada 13 Desember 1937, Xia yang saat itu berusia delapan tahun selamat dari pembunuhan brutal tersebut, dengan tujuh dari sembilan anggota keluarganya dibantai.

Ayahnya berlutut dan memohon kepada para penyerbu agar tidak melukai warga sipil, tetapi malah ditembak mati.

Ibunya dan saudara perempuannya yang berusia satu tahun, yang bersembunyi di bawah meja, ditarik keluar oleh para penyerbu. Mereka membanting bayi itu ke tanah dan menikamnya hingga tewas. Kemudian, tentara Jepang memperkosa ibunya dan membunuhnya.

Kakek-nenek Xia juga dibunuh oleh para penyerbu, sementara dua kakak perempuannya diperkosa dan dibunuh. Dia bersembunyi di balik selimut dan kehilangan kesadaran setelah ditikam tiga kali.

Xia termasuk di antara 32 korban selamat Pembantaian Nanjing yang terdaftar -- dengan usia rata-rata di atas 94 tahun.

Pemerintah Tiongkok telah menyimpan kesaksian para penyintas baik dalam bentuk dokumen tertulis maupun rekaman video. Catatan pembantaian ini didaftarkan oleh UNESCO dalam Daftar Memori Dunia pada tahun 2015.

Namun, seiring bertambahnya usia para penyintas dan meninggal, keturunan mereka dianggap penting karena mewariskan kenangan dan menceritakan kebenaran tentang kekejaman tersebut.

Komentar

Berita Lainnya