Sabtu, 1 Maret 2025 9:58:32 WIB

Universitas-universitas di Tiongkok Perkenalkan Regulasi Penggunaan AI dalam Penulisan Akademis
Tiongkok

AP Wira

banner

Ilustrasi/foto: VCG

BEIJING, Radio Bharata Online - Seiring dengan kemajuan model AI seperti DeepSeek, mahasiswa semakin banyak menggunakan perangkat AI untuk membantu penulisan akademis. Namun, ketergantungan yang berlebihan pada AI dan penggunaan yang tidak tepat semakin umum terjadi di kalangan mahasiswa Tiongkok.

Survei oleh MyCOS, yang mencakup lebih dari 3.000 staf pengajar dan mahasiswa universitas, menemukan bahwa hampir 60 persen menggunakan AI generatif setiap hari atau beberapa kali seminggu. Di antara mahasiswa, hampir 30 persen terutama menggunakan AI untuk menulis makalah atau tugas, dengan beberapa mengaku menyalin dan menempel konten yang dihasilkan AI secara langsung.

Para profesor dan pakar universitas mengatakan kepada China Media Group (CMG) bahwa selain menggunakan AI untuk membuat teks, beberapa mahasiswa telah terlibat dalam pelanggaran akademis, seperti memalsukan data penelitian, mengedit gambar eksperimen, atau mengganti karya desain independen dengan konten yang dibuat AI.

Sebagai tanggapan, banyak universitas di Tiongkok telah memperkenalkan peraturan yang menguraikan penggunaan alat AI yang diizinkan dan dilarang.

Universitas Fudan baru-baru ini mengeluarkan pedoman yang melarang penggunaan AI dalam desain penelitian, pengumpulan data, pembuatan gambar, penulisan tesis, dan konten rahasia. Pelanggaran serius dapat mengakibatkan nilai yang buruk dan memengaruhi kelayakan untuk memperoleh gelar.

Universitas Sains dan Teknologi Tianjin tahun lalu juga menerapkan deteksi konten yang dihasilkan AI dalam tesis sarjana, menetapkan ambang batas konten AI maksimum sebesar 40 persen, sebuah kebijakan yang akan berlanjut untuk lulusan tahun 2025.

Sementara itu, beberapa tim peneliti di Tiongkok tengah mengembangkan teknologi deteksi AI untuk memerangi penipuan akademis. Seiring berkembangnya teknologi AI, metode antideteksi juga harus terus ditingkatkan agar efektivitasnya tetap terjaga.

Di luar teknologi, para ahli menekankan perlunya evaluasi akademis dan literasi AI yang lebih baik.

Huang Yating, seorang peneliti di Sekolah Pendidikan Universitas Zhejiang, menyarankan bahwa metode penilaian harus memprioritaskan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

"AI dapat menggantikan tugas-tugas yang repetitif dan terstandarisasi," kata Huang. "Para profesor harus merancang tugas-tugas yang tidak dapat ditiru dengan mudah oleh AI dan mendorong kolaborasi dengan AI daripada mengandalkannya sepenuhnya." [CGTN]

Komentar

Berita Lainnya