Kamis, 26 September 2024 14:10:35 WIB

Suku tersebut dulunya tinggal di pegunungan yang dalam dan hutan tua

Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

Nyingchi, Radio Bharata Online - Suku Lhoba, salah satu kelompok suku minoritas yang paling sedikit penduduknya di Daerah Otonomi Tibet, barat daya Tiongkok, telah mengalami peningkatan lingkungan hidup dan kehidupan mereka secara dramatis selama dekade terakhir, sebagai hasil dari program relokasi yang disponsori pemerintah dan peningkatan infrastruktur penting di wilayah pegunungan terpencil.

Suku tersebut dulunya tinggal di pegunungan yang dalam dan hutan tua, tempat mereka hampir tidak dapat menemukan cukup makanan untuk dimakan. Program relokasi telah memungkinkan mereka untuk menjalani kehidupan yang sejahtera dengan rumah-rumah baru yang dilengkapi dengan fasilitas modern.

Yadar dan suaminya Zheng Lin mengelola sebuah rumah singgah di Desa Caizhao di Kecamatan Suku Lhoba Nanyi, Kota Nyingchi. Yadar berasal dari kelompok suku Lhoba setempat, sementara Zheng adalah suku Han dari Provinsi Sichuan, barat daya Tiongkok. Keduanya bertemu 23 tahun lalu ketika Zheng menjadi pengemudi ojek sebagai mata pencahariannya.

"Dulu saya menjadi pengemudi ojek dan Yadar adalah pelanggan saya. Setelah melayaninya beberapa lama, kami berkenalan dan menjadi pasangan pada tahun 2001. Sudah 23 tahun," kata Zheng.

Putri pasangan tersebut baru saja lulus dari Universitas Zhejiang di Provinsi Zhejiang, Tiongkok timur, salah satu universitas terbaik di Tiongkok, dan sedang mempersiapkan diri untuk ujian pascasarjana. Putra mereka belajar di sekolah menengah setempat.

Pemandangan alam yang indah dan budaya rakyat yang unik di desa mereka telah mendorong pasangan tersebut untuk membuka rumah singgah yang memiliki delapan tempat tidur dan menerima lebih dari 500 tempat menginap wisatawan setiap tahun. Hasilnya, pendapatan tahunan mereka melonjak hingga lebih dari 100.000 yuan (sekitar 216 juta rupiah) sekarang.

Ada tiga desa di Kotapraja Etnis Nanyi Lhoba, dengan Desa Qionglin menjadi yang paling terpencil.

Pada tahun 2020, seluruh desa dipindahkan 14,5 kilometer ke selatan karena pemerintah setempat menginvestasikan 75 juta yuan (sekitar 162 miliar rupiah) dalam program relokasi. Sekarang, semua 57 rumah tangga di desa tersebut tinggal di rumah-rumah yang baru dibangun dengan perabotan baru dan peralatan rumah tangga yang praktis.

Jalur Kereta Api Lhasa-Nyingchi, jalur kereta api listrik pertama di Tibet yang dibuka pada tahun 2021, telah meningkatkan konektivitas desa dengan dunia luar. Dan karena lokasi baru desa tersebut berada di area inti kawasan wisata Lembah Nanyigou, objek wisata nasional kelas 4A yang memiliki sumber daya alam yang kaya, penduduk setempat kini menanam obat-obatan herbal tradisional Tibet, seperti jamur Ganoderma lucidum, untuk mencari nafkah.

"Khasiat medis jamur Ganoderma lucidum yang tumbuh di daerah ini adalah yang terbaik," kata seorang penduduk setempat bernama Nimatashi.

Penduduk desa lainnya bernama Yaga pindah dari pegunungan ke desa tersebut bersama keluarganya pada tahun 1959. Dengan peningkatan besar dalam tingkat medis dan pendidikan di desa tersebut, wanita berusia 75 tahun itu dengan gembira menyambut kelahiran cicit perempuannya.

Pada tahun 2023, pendapatan tahunan per kapita yang dapat dibelanjakan para petani dan penggembala di Desa Qionglin mencapai lebih dari 32.000 yuan (sekitar 69 juta rupiah), meningkat lebih dari 10.000 yuan (sekitar 21,6 juta rupiah) dari satu dekade lalu.

Komentar