Sabtu, 18 Januari 2025 12:32:50 WIB
Para Analis: Larangan TikTok di AS Bermula dari Keinginan untuk Bendung Tiongkok dan Pertahankan Dominasi Teknologi
International
Eko Satrio Wibowo
Max Wolff, salah satu pendiri Systematic Ventures (CMG)
AS, Radio Bharata Online - Rencana pemerintah AS untuk melarang TikTok bermula dari keinginan negara itu untuk menahan keberhasilan Tiongkok, serta strategi yang mengakar untuk mempertahankan dominasi teknologi dengan segala cara yang diperlukan, menurut beberapa analis.
Beberapa hari sebelum potensi pemberlakuan larangan tersebut, pengguna Amerika telah merespons dengan bermigrasi ke aplikasi media sosial Tiongkok alternatif yang disebut RedNote.
Para analis telah mengamati bahwa adopsi massal aplikasi tersebut secara tiba-tiba tampaknya merupakan tindakan pembangkangan terhadap tindakan pemerintah yang kurang ajar.
Dalam wawancara dengan China Global Television Network (CGTN), Max Wolff, salah satu pendiri Systematic Ventures, sebuah perusahaan investasi teknologi yang berbasis di AS, mempertanyakan pembenaran resmi atas larangan tersebut, yang mengarah pada apa yang disebut masalah keamanan nasional.
"Menurut saya, memandang isu TikTok sebagai isu keamanan nasional adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Saya akan menunjukkannya kepada mesin propaganda yang kurang dipikirkan dengan matang. Karena gagasan bahwa pesaing Tiongkok yang melakukan hal yang sama seperti pesaing Amerika entah bagaimana lebih berbahaya adalah jenis logika yang saya harapkan, mungkin terlalu berharap, telah kita lalui sebagai negara bernegara. Jadi, sejujurnya, menurut saya tidak masuk akal untuk mengungkapkannya seperti itu," ujar Wolff.
Einar Tangen, seorang analis dan peneliti senior di Institut Taihe, menunjukkan bahwa pemerintah AS telah terbiasa mempolitisasi bisnis dan merek Tiongkok yang sukses.
"(Larangan yang akan segera diberlakukan) TikTok adalah reaksi, bukan terhadap perusahaan itu sendiri. Ini benar-benar tentang apa pun yang berhasil yang menunjukkan bahwa itu buatan Tiongkok, secara otomatis akan dicurigai, dan harus disingkirkan. Itu harus ditebang, seperti halnya dengan Tiongkok sendiri. Ini semua tentang strategi penahanan. Sayangnya, penahanan tidak akan meningkatkan Amerika Serikat dan ini adalah situasi yang sangat sulit yang akan gagal diatasi Trump. Dia merasa jika dia dapat menjatuhkan orang, itu akan mengangkat AS. Bukan begitu cara kerjanya," jelas Tangen.
Wolff setuju bahwa tindakan terhadap TikTok tampaknya mencerminkan tren yang lebih luas dalam politik AS.
"Saya pikir menikmati keunggulan teknologi sementara dan memperoleh laba yang tidak wajar dari inovasi adalah bagian penting dari sistem Amerika, jika berjalan dengan baik. Saya pikir pembatasan ekspor tidak masuk akal. Pembatasan tersebut menciptakan pasar yang lebih pahit dan lebih kompetitif, serta mengurangi keuntungan bagi orang-orang yang melakukan inovasi. Pembatasan tersebut juga selalu mengemis untuk mengelak. Jadi menurut saya ini kacau," kata Wolff.
Tahun lalu, Kongres AS meloloskan undang-undang yang akan memaksa perusahaan induk TikTok yang berbasis di Tiongkok, ByteDance, untuk menjual platform media sosial tersebut dengan ancaman larangan. Presiden AS, Joe Biden, menandatangani undang-undang tersebut menjadi undang-undang pada bulan April 2024, yang memberi ByteDance waktu hingga 19 Januari 2025 untuk menarik diri dari TikTok.
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB