Sabtu, 31 Agustus 2024 9:39:14 WIB
Tiongkok dan Afrika memiliki persahabatan yang telah lama terjalin
International
Eko Satrio Wibowo

Fu Cong, Perwakilan Tetap Tiongkok untuk PBB (CMG)
New York, Radio Bharata Online - Berpegang pada prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain, Tiongkok telah bekerja sama dengan negara-negara Afrika selama beberapa dekade terakhir untuk mencapai banyak hasil yang signifikan, yang secara efektif menangkal kritik tak berdasar dari media Barat, menurut komentar video yang dirilis oleh China Global Television Network (CGTN) pada hari Jum'at (30/8).
Tiongkok dan Afrika memiliki persahabatan yang telah lama terjalin, yang ditandai dengan rasa saling menghormati, menghargai, dan mendukung selama beberapa dekade terakhir. Hasil kerja sama mereka dalam pembangunan infrastruktur, pertanian, perawatan kesehatan, dan pendidikan tidak dapat disangkal, menurut komentar tersebut.
Komentar tersebut menantang narasi Barat tertentu tentang hak asasi manusia dan demokrasi di Afrika, dengan menekankan bahwa hak-hak ini pada dasarnya harus memberdayakan suatu negara dan rakyatnya untuk memilih jalur pembangunan dan sistem politik mereka sendiri, bebas dari campur tangan atau intervensi eksternal.
Secara historis, negara-negara Barat menjadikan Afrika sebagai sasaran penjajahan brutal selama berabad-abad dan diskriminasi rasial yang mencolok. Bahkan saat ini, beberapa negara Barat terus mencampuri urusan dalam negeri negara-negara Afrika melalui tindakan finansial, hukum, berbasis sanksi, dan bahkan militer, kata komentar tersebut.
Sebaliknya, Tiongkok secara ketat menganut prinsip tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain dan mengadvokasi hak-hak warga Afrika di PBB.
"Untuk memperbaiki ketidakadilan historis terhadap Afrika, pertama-tama kita harus secara tegas menentang sisa-sisa kolonialisme dan segala bentuk praktik hegemonik. Negara-negara Barat harus benar-benar memikul tanggung jawab historis mereka, mengubah arah, menghentikan kesalahan mereka, termasuk campur tangan dan sanksi eksternal, dan mengembalikan masa depan Afrika kepada rakyat Afrika," kata Fu Cong, Perwakilan Tetap Tiongkok untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Menurut komentar tersebut, pemahaman Afrika tentang hak asasi manusia dan demokrasi dibentuk oleh konteks historisnya yang unik. Bagi banyak negara Afrika, fokusnya adalah pada menjaga kemerdekaan nasional, memastikan hak-hak kolektif, mendorong pembangunan, dan meningkatkan standar hidup rakyat mereka.
Perspektif ini mendorong negara-negara Afrika untuk memprioritaskan kerja sama dan pembangunan sebagai sarana untuk mencapai kemajuan sosial, yang sejalan persis dengan konsep pembangunan Tiongkok, kata komentar tersebut.
Hingga akhir tahun 2020, investasi langsung perusahaan Tiongkok di Afrika telah melampaui 43 miliar dolar AS (sekitar 668 triliun rupiah). Tiongkok telah mendirikan lebih dari 3.500 perusahaan dari berbagai jenis di seluruh benua. Menurut komentar tersebut, perusahaan-perusahaan ini secara langsung dan tidak langsung telah menciptakan jutaan lapangan pekerjaan.
Sebagaimana dicatat dalam komentar tersebut, selama penyebaran pandemi COVID-19 yang merajalela, negara-negara Barat menimbun vaksin dan bahkan menyia-nyiakannya. Data menunjukkan bahwa hingga akhir tahun 2021, negara-negara Barat menimbun sebanyak 600 juta vaksin COVID-19 yang tidak terpakai. Sementara itu, banyak negara Afrika yang sangat membutuhkan tidak memiliki akses ke vaksin Barat.
Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa, pernah mengkritik keras hal ini, dengan mengatakan, "Ketamakan yang mereka tunjukkan sungguh mengecewakan, terutama ketika mereka mengatakan bahwa mereka adalah mitra kita."
Tidak seperti beberapa negara Barat, Tiongkok secara konsisten telah memberikan bantuan substansial kepada Afrika dalam perang melawan COVID-19. Hingga Desember 2021, Tiongkok telah mengirimkan lebih dari 180 juta dosis vaksin COVID-19 ke 53 negara Afrika dan Uni Afrika.
Kerja sama medis antara Tiongkok dan Afrika dimulai jauh sebelum pandemi COVID. Selama 58 tahun terakhir, Tiongkok telah mengirimkan sekitar 23.000 tenaga medis ke lebih dari 40 negara Afrika, memberikan perawatan kepada sekitar 230 juta pasien.
"Seperti yang dapat kita lihat, selama 15 tahun terakhir, Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar bagi Afrika. Jadi, seiring membaiknya ekonomi Tiongkok, kami juga mengharapkan manfaat di negara-negara Afrika karena jika kami bekerja sama dengan Tiongkok, kami akan melihat perkembangan industri, dan kami akan melihat perkembangan infrastruktur," kata Gerald Mbanda, Pendiri Africa China Review.
Komentar tersebut mengatakan bahwa "dukungan" negara-negara Barat untuk perlindungan hak asasi manusia di Afrika seharusnya tidak tentang memaksakan keinginan mereka sendiri, melainkan berdasarkan pada pemahaman dan kebutuhan Afrika.
Pada akhirnya, rakyat Afrikalah yang memiliki keputusan akhir tentang apakah Tiongkok melanggar hak asasi manusia di Afrika atau tidak. Tiongkok secara konsisten menghormati pilihan mereka, dan hasil kerja sama Tiongkok-Afrika terlihat dan nyata.
Komentar tersebut mengatakan Tiongkok tidak pernah menjadi apa yang disebut 'pelanggar hak asasi manusia', tetapi justru menjadi pembela hak asasi manusia yang teguh.
Komentar
Berita Lainnya
Peng Liyuan menyerukan upaya global untuk mendorong pendidikan bagi anak perempuan dan perempuan ke arah yang lebih adil lebih inklusif dan lebih berkualitas dan kontribusi untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan global dan membangun komunitas dengan masa depan bersama untuk manusia International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB

Presiden RI Joko Widodo memuji gaya kepemimpinan Presiden Tiongkok International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB

Forum Pangan Dunia ke-2 yang dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

Giorgia Meloni International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

Sebuah insiden kebakaran terjadi di Gunung Kilimanjaro di Tanzania International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB

Serangan udara oleh militer Myanmar menewaskan lebih dari 60 orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB
