Selasa, 11 Februari 2025 9:45:32 WIB

BRICS Membawa Indonesia Semakin Dekat Dengan Tiongkok
International

Endro

banner

Foto : VCG

JAKARTA, Radio Bharata Online - Masuknya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS akan memberikan lebih banyak manfaat. 

Dalam bukunya, Globalization and Its Discontents, Joseph E. Stiglitz mengkritik IMF, Bank Dunia, dan Organisasi Perdagangan Dunia karena mempromosikan kebijakan yang tidak adil dan melindungi kepentingan negara-negara kaya. Beberapa akademisi juga telah menyuarakan keprihatinan atas kebijakan IMF yang tidak adil karena mendukung agenda negara-negara kaya, sementara kurang lebih mengabaikan kebutuhan dan kepentingan negara-negara berkembang.

Presiden Indonesia Prabowo Subianto, telah lama prihatin dengan ketidakadilan yang dilakukan oleh organisasi internasional. Dalam bukunya, Paradoks Indonesia dan Solusinya, Prabowo mengkritik usulan IMF kepada Indonesia saat krisis keuangan Asia 1997, yang menghancurkan banyak industri di dalam negeri.

Maka dengan bergabung dalam BRICS, Indonesia telah menciptakan jalur baru untuk memperkuat kerja sama dengan Tiongkok, yang tidak hanya menjadi salah satu pendiri BRICS, tetapi juga mitra dagang terbesar Indonesia, dengan volume perdagangan bilateral mencapai sekitar US $135,1 miliar pada tahun 2024. 

Lebih jauh, keanggotaan BRICS akan memungkinkan Indonesia untuk berkolaborasi dengan anggota BRICS lainnya dengan lebih mudah, dan mempromosikan kepentingan Global South di lembaga dan forum internasional.

Keputusan Presiden Prabowo untuk memperdalam kerja sama dengan Tiongkok adalah sejalan dengan opini publik, sebagaimana tercermin dalam survei terkini. Survei tahun 2024 yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia, lembaga survei yang dipimpin oleh Burhanuddin Muhtadi, menunjukkan bahwa 28,5 persen masyarakat umum dan 28,2 persen responden elit, mendukung prioritas kerja sama Indonesia dengan Tiongkok. 

Tiongkok mendapat dukungan lebih besar dibanding Jepang, yang memperoleh 23,4 persen persetujuan dari masyarakat umum dan 11,7 persen dari responden elit.  Sedangkan Amerika Serikat memperoleh 16,5 persen persetujuan publik dan 24,3 persen dukungan elit. 

Masyarakat Indonesia juga melihat Beijing sebagai sekutu terdekat Jakarta, lebih dekat dibanding negara anggota ASEAN lainnya, AS dan Jepang. Dukungan masyarakat Indonesia menjadi indikator, bahwa kerja sama Indonesia-Tiongkok berada di jalur yang tepat. (China Daily)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner