Senin, 11 April 2022 5:44:51 WIB

Menapaki Jejak Islam di Tiongkok
Tiongkok

Adelia Astari

banner

Ilustrasi imam masjid Tiongkok Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie

Agama Islam bukan menjadi agama terbesar di Tiongkok, mayoritas dari mereka beragama Buddha. Akan tetapi, kehidupan beragama di sini terasa sekali sangat harmonis.

Etnis Minoritas di Tiongkok kebanyakan berada di 5 daerah otonomi yang berpenduduk etnis minoritas yaitu Xinjiang, Tibet, Mongolia Dalam, Guangxi dan Ningxia Hui. Salah satu dari etnis minoritas itu ialah etnis Hui yang memeluk agama Islam.

Suku Hui (Hanzi: 回族, hanyu pinyin: hui zu) adalah salah satu suku dari lima suku terbesar di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini memeluk agama Islam dan tersebar di hampir seluruh provinsi di Tiongkok, namun terkonsentrasi di Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan dan Qinghai. Ningxia sendiri adalah daerah otonomi bagi suku muslim Hui.

Secara fisik, suku Hui tidak berbeda dengan suku Han; yang berbeda hanya cara hidup mereka yang beragama Islam, menjalankan syariah Islam namun bergaya Konfusianis. Hal ini membedakan mereka daripada suku Uygur, yang sama-sama memeluk agama Islam namun lebih bernafaskan Islam Asia Tengah.

Suku Hui mayoritas memeluk agama Islam dan memiliki 3 perayaan terpenting sepanjang tahun, yaitu Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi. Mesjid banyak dibangun dan menjadi pusat tempat beribadah, berinteraksi dan bermasyarakat di kalangan Suku Hui. Selain untuk tempat beribadah, mesjid-mesjid juga digunakan untuk tempat menyebarkan dan mendalami agama Islam yang mereka anut. Tata kehidupan Suku Hui sungguh menjunjung tinggi nilai-nilai Islam

Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa mengakui adanya 5 agama yaitu Islam, Kristen, Katolik, Tao dan Buddha. Sejak Tiongkok berdiri, kepentingan umat Muslim dilindungi dan sudah masuk dalam UUD. Meski Tiongkok merupakan negeri non-muslim, tapi kepentingan Muslim tetap dilindungi pemerintah pusat dan lokal.

Dan yang menarik, Muslim suku Hui juga ternyata memiliki nama Islam selain nama Mandarin,. Nama Islam itu lazimnya diberikan oleh imam masjid kepada bayi yang baru lahir. Misalnya Suyang yang mendapat nama Islam, menjadi Yusuf. Dan, fakta yang membuat tercengang lagi adalah di Ningxia terdapat sekitar 4.000 masjid,

Pada abad ke- 7, para pedagang Persia dan Arab mulai menguasai perdagangan Tiongkok. Dahulu para pedagang yang datang melalui Jalur Sutra menetap di Chang’an dan sekitarnya. Sedangkan jika datang melalui jalan laut menetap di daerah Quanzhou dan Zhangzhou di pesisir Fujian. Lama kelamaan mereka berasimilasi dengan suku Han sehingga memiliki keturunan suku Hui yang tersebar di seluruh Tiongkok.

Suku Hui termasuk suku terbesar di Republik Rakyat Tiongkok. Suku ini beragama Islam dan sudah tersebar di seluruh provinsi Tiongkok. Namun sebagian besar dari Suku Hui menetap di Ningxia, Hainan, Gansu, Yunnan dan Qinghai. Suku Hui mayoritas beragama Islam dan merayakan 3 hari besar Islam setiap tahun yaitu Idul Fitri, Idul Adha dan Maulid Nabi. Masjid dibangun untuk menjadi tempat beribadah, berinteraksi dan bermasyarakat di kalangan Suku Hui. Gaya hidup Suku Hui benar-benar menjunjung tinggi nilai-nilai Islam sehingga sangat menentramkan saat melihat kehidupan mereka secara langsung.

Sejak era reformasi dan keterbukaan di Tiongkok Agama Islam tumbuh subur terutama di provinsi Ningxia. Data statistik resmi menunjukkan bahwa lebih dari 20 juta warga Tiongkok beragama Islam. Di sini jug terdapat Masjid Na Jia Hu di provinsi ini telah berumur 500 tahun sehingga menjadi salah satu masjid tertua di Tiongkok.

Masjid Najiahu yang merupakan masjid terkenal di Provinsi Ningxia, di Tiongkok, biasanya masjid ini selalu  menyiapkan sebanyak 600 makanan takjil selama  bulan suci Ramadhan. Ada yang unik dalam bulan suci Ramadhan di tempat ini , beberapa masyarakat setempat selalu memberikan makanan kepada jamaah masjid, dan tukar menukar hidangan saat Ramadhan dengan beberapa warga lainnya.

Masjid Na Jia Hu  yang dibangun sekitar tahun 1524 ini, menjadi pusat kegiatan umat Islam di wilayah setempat yang memiliki warga sekitar lima ribu orang. Dibangun oleh keluarga bermarga Na, pada masa Kaisar Jiajing Dinasti Ming, masjid tersebut memiliki luas sekitar 9.000 meter persegi dan selalu ramai saat Ramadhan dan Hari Jumat.

Masjid yang berada sekitar 20 kilometer dari pusat Kota Yinchuan, Provinsi Ningxia arah selatan ini juga merupakan salah satu destinasi wisata religi di provinsi tersebut, yang mempunyai tagline “Visit Ningxia for a spiritual holiday”. Selain itu Pemerintah Tiongkok juga mempertahankan 10 universitas negeri islam di seluruh negeri dan mengizinkan munculnya lembaga-lembaga swadaya Islam di ning xia.

Ningxia memang memiliki keindahan alam yang patut anda dikunjungi. Jadi kalau anda berkesempatan untuk berlibur ke Tiongkok anda harus masukkan Ningxia  dalam daftar kunjungan Anda.  Di Xingxia anda bisa mengunjungi  Sungai Kuning yang legendaris , Sungai ini terbentang sepanjang 5.464 km sehingga menjadi sungai terpanjang keenam di dunia.

Para pengunjung juga bisa menyusuri sungai ini di sebuah spot wisata Muslim yakni Shapotou Tourist Site. Dengan menggunakan perahu tradisional Tiongkok, wisatawan akan berlayar menikmati derasnya aliran sungai, terdapat Chinese Yellow River Altar di Wuzhong yang terbentang sejauh 1 km. Arsitektur Chinese Yellow River Altar menjelaskan tentang perpaduan budaya Tiongkok kuno dengan nuansa islam khas timur tengah. Perpaduan budaya ini terlihat dari gerbang yang atapnya berkubah mirip masjid. Anda mungkin akan merasa seperti bukan di Tiongkok saat melihat bangunan-bangunan itu.

Jika Anda ingin merasakan suasana Timur Tengah di Tiongkok, Anda bisa mengunjungi Gurun Pasir Shapotou. Sepanjang mata memandang yang terlihat hanyalah bukit pasir tanpa ujung. Mungkin Anda akan merasa sedang bertualang di negeri Aladin. Para wisatawan disini dapat menikmati beragam permainan yang disediakan seperti naik unta, hingga sand sliding. Untuk memompa adrenalin maka Anda patut mencoba naik mobil off-road dan mencoba flying fox di gurun tersebut. Gurun pasir juga ada di Kota Shizuishan yang menjadi destinasi wisata Muslim lainnya yang terkenal. Anda juga bisa melihat pertunjukan sulap Tiongkok di arena yang telah disediakan sambil menikmati suasana gurun pasir yang tentunya panas.

Selain Ningxia, Guangzhou yang dikenal sebagai kota industri yang menjadi penyokong perdagangan dan bisnis di kawasan Selatan Tiongkok juga merekam jejak peradaban Islam. Ibu kota Provinsi Guangdong ini menjadi bagian sejarah yang besar mengenai penyebaran Islam ke Tiongkok dan daratan Asia, jadi bisa dikatakan kota ini menjadi pintu gerbang Islam masuk ke Tiongkok.

Guangzhou memiliki beberapa tempat wisata di kota ini yang cocok untuk wisata religi bagi umat Muslim. Salah satunya adalah menelusuri jejak Abu Waqqas. Sebagai informasi, Saad bin Abu Waqqas merupakan sahabat dari Nabi Muhammad. Ia adalah sosok yang memiliki peranan penting dalam penyebaran agama islam. Tepatnya pada 651 masehi, Abu Waqqas menginjakan kaki di Tiongkok dan mulai menyebarkan agama Islam.

Jika anda berkesempatan mengunjungi Tiongkok, anda bisa berziarah ke Kompleks makam Abu Waqqas yang berada di pusat kota Guangzhou.  Tempat ini berjarak 300 meter dari tepi Jiefang Road, sebuah jalan utama di distrik Yuexiu.
Jika sudah sampai disana maka anda  akan melihat Gapura dengan gaya arsitektur Dinasti Tang. Gapura tersebut seakan menyambut pengunjung, digapura tersebut tertuliskan tempat bersemayam Saad bin Abu Waqqas.

Kompleks makam Abu Waqqas yang berada di pusat kota Guangzhou ini cukup luas,  seluas 5 hektare tersebut ditutupi dengan pepohonan rindang. Oleh karena itu, suasana teduh, hening dan tenang akan terasa saat memasuki area ini.

Mendekati kompleks area makam maka  suara lantunan doa akan terdengar. Makam Abu Waqqas berada di sebuah ruang yang dibentuk seakan mirip dengan gua, lengkap dengan sebuah celah untuk keluar masuk para peziarah. Setelah berziarah, pengunjung bisa mengambil air dari sumber air yang berada tidak jauh dari makam. Air tersebut dapat langsung diminum tampa perlu dimasak.

Lalu masih di satu kompleks yang sama terdapat juga Masjid Huaisheng. Masjid Huaisheng dibangun oleh Abu Waqqas. Di dalam Masjid Huaisheng terdapat jalan setapak yang membawa pengunjung yang ingin berziarah masuk ke makam Abu Waqqas dan 40 muridnya.

Sebagai informasi, Situs makam Abu Waqqas ini  buka setiap hari. Lokasinya pun cukup strategis dan mudah ditemukan. Letaknya di dekat Guangzhou Orchid Garden dan Yuexiu Park Subway Station.

Dan Tak jauh dari situs makam Abu Waqqas terdapat masjid tertua di Guangzhou yaitu Masjid Guangta. Masjid ini dibangun pada 1.300 tahun yang lalu pada zaman Dinasti Tang. Fasad bangunan masjid tampak seperti klenteng. Nama Guangta berasal dari menara yang berdiri berdampingan dengan bangunan masjid.

Menara tersebut memiliki tinggi 36 meter. Pada masa lampau, menara ini berfungsi sebagai mercusuar bagi kapal-kapal dagang yang singgah di Guangzhou. Kalau kita ketempat ini, mak suasana Timur Tengah akan terasa kental, terutama  di bagian tengah aula masjid ini.

Hanya 300 tahun setelah Nabi Muhammad SAW wafat, Islam sudah dibawa jauh sampai ke Beijing, Tiongkok. Masjid tersebut terletak di Niu Jie Street, sebuah kawasan muslim di tengah Kota Beijing. Arsitektur masjid ini mirip bangunan-bangunan Tiongkok pada umumnya, tetapi ada nuansa-nuansa Arab dan Persia pada bagian dalamnya. Di papan-papan di atas pintu masuk, Terlihat dari tulisan kaligrafi. Ada yang bertuliskan 'Assalamualaikum' dan 'Bismillahirrohmanirahim' terpampang di bangunan masjid. Sementara itu bentuk atap sampai ke tiang-tiang bangunan tetap mempertahankan budaya khas Tiongkok. Terlebih lagi temboknya berwarna merah lengkap dengan cat warna biru, hijau dan emas di bagian atas.

Masjid ini dibangun pada tahun 996 pada masa Dinasti Liao, Luas tanah komplek masjid ini adalah 3.000 meter persegi. Bangunan masjid utama bernama The Cave Hall atau Mihrab yang dibangun pada zaman Dinasti Liao dan diperluas saat zaman Dinasti Ming serta Qing. Bangunan tersebut memiliki luas 760 meter persegi dan panjang 39 meter. nah, yang menarik, Imam di masjid ini juga merupakan orang Tiongkok asli. Setiap bacaan surat salat juga sangat lancar. 

Masjid Niu Jie telah mengalami renovasi dan perluasan beberapa kali. Masjid terbesar di Beijing ini juga menjadi salah satu titik awal masuknya Islam di daratan Tiongkok. Pada tahun 1215 masjid ini dihancurkan oleh tentara Mongol, kemudian dibangun kembali pada 1443 periode Dinasti Ming dan secara signifikan diperluas pada 1696 pada zaman Dinasti Qing. Masjid ini telah mengalami tiga renovasi sejak berdirinya Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada tahun 1949, yakni tahun 1955, 1979 dan 1996.

Komentar

Berita Lainnya