Kamis, 7 April 2022 8:37:1 WIB

Seputar KCIC; Progres, Isu dan Fakta
Tiongkok

Adelia Astari

banner

Luhut dan Lu Kang - Gambar diambil dari Internet, jika ada keluhan hak cipta silakan hubungi kami.

Pada 30 Maret kemarin, Dubes Lu Kang dan Menko Kelautan dan Investasi Luhut bersama-sama meninjau lokasi pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung. Para pimpinan Perusahaan Joint Venture Kereta Cepat Tiongkok-Indonesia, Konsorsium Kontraktor Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Tiongkok Railway Group dan Tiongkok Power Construction Project, Direktur Utama PT KCIC Dwiyana Slamet Riyadi, dan Direktur Operasi WIKA Hananto Aji turut hadir.

Dubes Lu dan Menko Luhut naik kereta dari Stasiun Gambir Jakarta ke Stasiun Prideland, pergi ke landasan jalan No. 33 dan terowongan No. 6 untuk inspeksi. Mendengarkan pengenalan kemajuan proyek oleh penanggung jawab perusahaan, dan menerima wawancara dengan media Tiongkok dan Indonesia.

Setelah inspeksi bersama, Duta Besar Lu pergi ke Stasiun De Kaluer, EMU, jalur lari EMU dan beam yard No. 1 di bawah tanggung jawab kontraktor Tiongkok untuk melanjutkan inspeksi.

Dubes Lu sepenuhnya menegaskan kemajuan positif yang dicapai dalam pembangunan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung, dan mendorong perusahaan yang berpartisipasi untuk terus mengatasi berbagai kesulitan, bersatu dan bekerja sama dengan pihak Indonesia. Melaksanakan konsensus penting yang dicapai oleh para kepala negara Tiongkok dan Indonesia. Selain itu, membangun kereta api cepat Jakarta-Bandung dengan kualitas tinggi sesuai jadwal.

Pada saat yang sama, terus melakukan pekerjaan dengan baik dalam pencegahan dan pengendalian pandemi proyek, dan menjaga kesehatan fisik dan mental karyawan.

Perusahaan-perusahaan Tiongkok menyatakan bahwa mereka akan mengatasi kesulitan, bekerja keras, dan bekerja sama dengan mitra Indonesia. Bekerja keras mempromosikan pembangunan proyek untuk memastikan bahwa itu selesai dan dibuka untuk lalu lintas sesuai jadwal.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menargetkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) masuk fase uji coba sekitar Februari 2023.

Pernyataan itu disampaikannya saat melakukan kunjungan kerja ke proyek KCJB bersama Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Lu Kang dan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia-Tiongkok (KCIC) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat.

Luhut memproyeksikan, PT KCIC bisa melakukan uji coba Kereta Cepat Jakarta-Bandung hingga Stasiun Tegalluar di Kabupaten Bandung pada Februari 2023.

Target itu sejalan dengan proyeksi pengoperasian KCJB per Juni 2023 mendatang. Adapun sebenarnya jadwal tersebut mundur dari target awal karena adanya permasalahan tanah longsorsehingga moda transportasi baru tersebut bisa beroperasi komersial pada akhir 2022 ini.

Berdasarkan hasil kunjungan kerjanya, ia menganggap pengerjaan proyek tersebut sudah cukup menggembirakan meskipun ada beberapa masalah di sejumlah titik. Salah satunya adalah pengerjaan di tunnel 2 yang sulit karena faktor geologis.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung dipercepat agar bisa beroperasi sesuai target yakni Juni 2023.

Luhut meminta agar kepada para pihak kontraktor untuk mempercepat progres pengerjaan proyek yang awalnya 1,6% menjadi 2,0% setiap bulannya. Kepada PT WIKA, selaku pihak kontraktor dari Indonesia, Luhut meminta agar dapat memberikan kualitas terbaiknya demi menunjang keamanan dan keselamatan proyek kereta cepat ini.

Dikutip dari siaran pers kemarin, ia juga mengatakan bahwa dirinyameminta untuk seluruh isu yang masih tertahan dapat dibahas pada pertemuan yang akan diagendakan dalam dua minggu kedepan agar semua masalah dapat terselesaikan dengan baik.

Permintaan percepatan progres proyek juga disampaikan kepada pihak kontraktor dari Tiongkok.Luhut menyampaikan hal tersebut melalui perantara Dubes Lu Kang, untuk disampaikan kepada kontraktor di Tiongkok.

Dubes Lu Kang yang ikut dalam peninjauan mengatakan pesan dari Luhut akan langsung disampaikan, usai kunjungan tersebut. Ia mengatakan setelah agenda kunjungan ini akan dilakukan kembali komunikasi dengan kontraktor dari Tiongkok dan menanyakan apakah ada pekerjaan yang masih terkendala dan tertunda serta akan segera dicarikan solusinya.

Pengerjaan pembangunan kereta cepat, lanjutnya, saat ini masih terjadwal dengan baik dan akan segera dikejar untuk dapat melakukan uji coba. Rencana uji coba akan dilakukan pada Februari 2023 dari Stasiun Padalarang sampai dengan Stasiun Tegalluar.

Luhut juga menyampaikan bahwa sejauh ini semua perkembangan dari pekerjaan Kereta Cepat Jakarta--Bandung dapat berjalan dengan baik dan memuaskan, kerja sama antara Indonesia dan Tiongkok juga terjalin dengan baik. Semoga pembangunan cepat selesai dan dapat kita nikmati bersama manfaatnya.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan pemerintah menargetkan peresmian Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) dapat dilakukan pada November tahun ini.Hal tersebut bertepatan dengan puncak acara G20.

Ia pun berharapPresiden Xi Jinping dan Presiden Jokowi yang juga ada di Bali dan beberapa proyek besar dengan Tiongkok akan coba diresmikan pakai zoom.

Sebagai informasi pendengar, sejauh ini progres proyek KJCB sudah mencapai 80-an persen.

PT Kereta Cepat Indonesia Tiongkok (KCIC) terus mendorong pengerjaan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang ditargetkan beroperasi pada Juni 2023 mendatang.Nantinya, diperkirakan harga tiket kereta modern ini berkisar Rp 150.000-Rp 350.000 per orang.Direktur Utama KCIC Dwiyana Slamet Riyadi mengatakan, besaran tarif tersebut berdasarkan hasil Study Demand Forecast Polar UI.Harga tiket akan terbagi menjadi tiga kelas kursi (seat) yaitu VIP, first class, dan second class.

Ia mengatakan, dengan besaran tarif tersebut diperkirakan KCIC dapat mencapai break even point (BEP) atau balik modal setelah 40 tahun. Meski demikian, perusahaan saat ini masih terus berupaya untuk mencari potensi pendapatan lainnya sehingga bisa menekan potensi BEP di bawah 40 tahun. Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan beroperasi dengan kereta atau Electric Multiple Unit (EMU) jenis CR400AF yang diproduksi oleh CRRC Qingdao Sifang, Tiongkok. Kereta ini memiliki kecepatan hingga 400 kilometer per jam, namun khusus untuk pengoperasian Kereta Cepat Jakarta-Bandung kecepatan dibatasi maksimal 350 kilometer per jam.

Adapun Kereta Cepat Jakarta-Bandung akan beroperasi dengan 11 rangkaian kereta (trainset). Setiap rangkaian kereta akan memiliki 8 gerbong dengan kapasitas 601 kursi. Terdiri dari kelas VIP sebanyak 18 kursi, first class sebanyak 28 kursi, dan second class sebanyak 555 kursi. Dengan kapasitas tersebut, diperkirakan setelah beroperasi di 2023 nantinya pengguna Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai 31.125 penumpang per harinya. Jumlah ini lebih rendah dari target sebelumnya di 2017 yang mencapai 61.157 penumpang.Hal itu dikarenakan pelayanannya akan memperhatikan dampak dari Covid-19. Sehingga akan beroperasi dengan 68 kereta setiap harinya dan jam operasi mulai pukul 05.30-22.00 WIB.

Kereta Cepat Jakarta-Bandung sendiri memiliki panjang jalur 142 kilometer yang nantinya terintegrasi dengan 4 stasiun dan 1 depo.Terdiri dari Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, hingga Tegalluar. "Waktu tempuh jika langsung dari Halim ke Tegalluar itu 36 menit, sementara kalau dengan berhenti di 4 stasiun itu menjadi 43 menit. Ini diharapkan dapat memangkas waktu tempuh dari Jakarta ke Bandung," ungkap Dwiyana.

PT Kereta Cepat Indonesia Tiongkok (KCIC) kemudian juga menerangkan berbagai fakta terkait pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.Hal ini sekaligus menjadi hak jawab atas isu atau berita yang beredar berjudul "Tiongkok Tetap Untung meski Kereta Cepat Jakarta-Bandung Balik Modal 40 Tahun".Dikutip dari kompas.com Menurut KCIC, judul maupun isi pemberitaan tersebut dinilai kurang lengkap dan tidak berimbang karena hanya berfokus pada sisi Tiongkok selaku mitra kerja sama pembangunan Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB). Perlu diketahui, bahwa KCJB dijalankan dengan skema business to business (B to B), di mana kedua belah pihak baik Indonesia maupun Tiongkok, masing memiliki orientasi pada keuntungan dan manfaat jangka panjang.

Berikut fakta-fakta pendirian PT KCIC serta manfaat yang diperoleh Indonesia dari pembangunan proyek KCJB tersebut:

1. Skema kerja sama yang ditawarkan Tiongkok adalah B to B. Artinya BUMN Tiongkok telah berinvestasi (sebagai pemegang saham 40 persen di joint venture company/PT KCIC) dan menanggung untung rugi dan risiko dari kerja sama yang terjalin. Jumlah setoran modal/capital investment yang ditanamkan oleh konsorsium dua negara sejumlah 25 persen (terdiri dari setoran modal konsorsium BUMN Indonesia 60 persen, Beijing Yawan 40 persen, dan sisanya dipenuhi dari loan CDB (75 persen), sehingga komposisi equity dan loan dari Tiongkok untuk proyek KCJB mencapai 85 persen

2. Dalam skema kerja sama dengan Tiongkok, pemerintah Indonesia tidak memberikan jaminan langsung ke proyek dan semua biaya di periode konstruksi dan operasional menjadi tanggung jawab para pemegang saham PT KCIC / tidak dibebankan ke BUMN Indonesia semata. Ada pun hak konsensi selama 50 tahun diperlukan karena PT KCIC sebagai Badan Usaha Penyelenggaraan Perkeretaapian memerlukan kepastian pengembalian ivestasi proyek KCJB.

3. Kaitannya dengan lahan proyek KCJB dalam proses pembebasannya juga tidak dibiayai pemerintah namun dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sangat berbeda dengan proyek jalan tol, di mana proses pembebasan lahan sepenuhnya dilakukan dan dibiayai pemerintah. Proses pembebasan lahan trase KCJB dilaksanakan dengan skema ganti untung sehingga warga pun dapat merasakan manfaat ekonomi secara langsung sejak proyek ini dimulai.

4. Penyertaan Modal Negara (PMN) melalui PT KAI dilakukan untuk memenuhi kewajiban setoran modal dasar dikarenakan BUMN sponsor Indonesia tidak bisa melakukan setoran modal akibat terdampak pandemi Covid-19. Dengan demikian, pelaksanaan proyek ini sebetulnya masih berjalan dengan skema B to B antara konsorsium BUMN Indonesia yaitu PSBI dengan konsorsium BUMN Tiongkok yaitu Beijing Yawan.

5. Salah satu alasan dipilihnya Tiongkok, karena saat ini Tiongkok memimpin di dunia dalam pengembangan kereta cepat yang telah membangun dan mengoperasikan 37.000 km jalur kereta api cepat, juga adanya jaminan transfer teknologi dan knowledge kepada putra putri Indonesia melalui training dan internship sehingga KCIC dapat mengelola dan mengoperasikan KCJB. Proses transfer teknologi dan knowledge selama periode konstruksi di antaranya pengalihan teknologi slab track dan fasilitas produksi dari kontraktor Tiongkok (Sinohydro) ke kontraktor lokal (Wika Beton).

6. Dari sisi tenaga kerja keberadaan proyek KCJB juga menjadi salah satu proyek strategis nasional yang berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja lokal dalam jumlah besar. Menuju masalah penyelesaian proyek, jumlah tenaga kerja asing di proyek KCJB saat ini telah berkurang, sehingga rasio tenaga kerja asing menyusut menjadi satu banding tujuh, hal ini terjadi karena proses alih teknologo selama masa konstruksi.

7. Tidak hanya sisi tenaga kerja, pembelanjaan dalam negeri untuk proyek KCJB juga sangat tinggi, berdasarkan kajian pre-assessment oleh Sucofindo sebanyak 69 persen pembelanjaan (purchasing) dilakukan di dalam negeri (on shore) sehingga memberikan multiplier effect bagi perekonomian nasional.

 

Sumber: kompas.com , bolong.id

 

Komentar

Berita Lainnya