Sabtu, 27 November 2021 0:38:33 WIB

Epidemiolog: Varian Baru B.1.1.529 Lebih Menular dari Delta-Bisa Reinfeksi
Tiongkok

Agsan

banner

Foto: Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman (Dok istimewa)

Jakarta - Varian B.1.1.529 yang dinilai lebih ganas dibanding varian virus Corona lain sudah teridentifikasi di Afrika Selatan (Afsel). Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengungkap kekhawatirannya terkait virus ini.
\r\n"Varian ini sangat mengkhawatirkan jadi harus sangat jadi perhatian karena pertama dari sisi mutasinya para ahli virus mengatakan melebihi (varian) Delta dan Beta," ujar Dicky kepada detikcom, Jumat (26/11/2021).
\r\n
\r\nDicky menyebut mutasi varian yang teridentifikasi pertama kali di Provinsi Gauteng, Afrika Selatan, itu cepat menular. Varian B.1.1.529, terang Dicky, cenderung menjadi super varian
\r\n
\r\n"Data dari sisi epidemiologi nya cenderung lebih cepat menular karena dalam 3 minggu di Provinsi Gauteng ini tes positifity ratenya naik dari 1% menjadi 30%," sebut Dicky.
\r\n
\r\nMenurut Dicky, hal ini sangat amat serius. Pasalnya, varian baru ini dikhawatirkan akan cepat memberikan beban pada fasilitas kesehatan termasuk perawatan ICU.
\r\n"Dalam 2 minggu saja dia bisa mendominasi jadi 75% bersikulasi di Afrika Selatan itu di tengah gelombang Delta. Nah ini salah satunya ini (varian B.1.1.529) bisa reinfeksi orang yang sudah terpapar Delta atau sudah tervaksinasi," imbuh Dicky.
\r\n
\r\n"Ini sangat mengkhawatirkan," sambungnya.
\r\n
\r\nVarian ini, jelas Dicky mudah terdeteksi dengan tes PCR. Namun mutasi varian ini, kata Dicky, berjumlah 32 mutasi.
\r\n
\r\n"Kalau melihat profil mutasi (varian B.1.1.529), ini kabar buruk," lanjutnya.
\r\n
\r\nMenurut Dicky, ada beberapa hal yang perlu dilakukan Pemerintah RI terkait aksi mitigasi. Salah satunya dengan memperkuat 3T dan 5M.
\r\n
\r\n"Cakupan vaksinasi wajib kita tingkatkan tanpa kecuali sampai setidaknya dikejar 80%, segera, kemudian booster dipercepat untuk kelompok berisiko," imbuh Dicky.
\r\n
\r\nSementara itu Pakar Epidemiolog dari Universitas Indonesia, Pandu Riono, mengatakan varian B.1.1.529 belum termasuk varian yang perlu dikhawatirkan.
\r\n
\r\n"Belum termasuk variants of concerns," jelasnya.
\r\n
\r\nPandu mengatakan pemerintah Indonesia perlu menunggu keputusan dan hasil meeting WHO terkait varian tersebut. Namun, untuk mengantisipasinya, pemerintah perlu menggencarkan vaksinasi.
\r\n
\r\n"Vaksinasi nya ditingkatkan. Sebaiknya dilarang sementara masuk pelaku perjalanan yang punya riwayat dari negara-negara Afrika Selatan. Lebih mudah pengaturannya," imbuhnya.
\r\n
\r\nTentang Varian B.1.1.529
\r\nBadan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) mengatakan varian baru jenis B.1.1.529 memiliki protein yang berbeda dengan virus corona sebelumnya, yang menjadi dasar pembuatan vaksin COVID-19 saat ini.
\r\nDikatakan mutasi yang ada dalam varian ini akan membuat virusnya tidak bisa dikekang dengan respon antibodi dari vaksin atau juga kekebalan tubuh bagi yang pernah divaksinasi. Menurut UKHSA, mutasi yang ada juga membuat varian ini lebih cepat menyebar.
\r\nPara pejabat menggambarkan varian tersebut memiliki kemampuan mutasi dua kali lebih besar dibandingkan varian Delta dan bisa menjadi salah satu "yang paling buruk".
\r\n
\r\n"Yang kita ketahui adalah tingginya angka mutasi, kemungkinan dua kali lebih tinggi dari apa yang kita lihat pada varian Delta," kata Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid.
\r\n
\r\n https://news.detik.com/berita/d-5829427/epidemiolog-varian-baru-b11529-lebih-menular-dari-delta-bisa-reinfeksi.
\r\n
\r\n 

Komentar

Berita Lainnya