Jumat, 2 September 2022 9:16:38 WIB

Alasan Istilah "Tiongkok\" Digunakan Sebagai Pengganti "China\" di Indonesia
Tiongkok

Adelia Astari

banner

Perempuan Tionghoa Indonesia. (National Geographic Indonesia)

JAKARTA, Radio Bharata Online - Kenapa China disebut Tiongkok di Indonesia bermula dari Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/PRES.KAB/6/1967. Berdasarkan Keppres tersebut, nama Republik Rakyat China di Indonesia diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok untuk negaranya, dan Tionghoa untuk orangnya, sejak masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Dilansir dari beritagar.id, jauh sebelum Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengeluarkan Keputusan Presiden tentang penggunaan istilah "Tiongkok", telah ada diskusi yang membahasnya. Diskusi bahasa pada 2011 itu bertema "Diskusi Bahasa Duduk Perkara istilah 'Cina': Berbagai Pandangan dan Pilihan Lain".

Dikisahkan pemerhati bahasa, Ivan Lanin, di blognya, acara itu dimoderatori oleh T.D. Asmadi, menghadirkan empat pembicara: (1) wakil Kedutaan Besar Tiongkok; (2) wakil Kementerian Luar Negeri Indonesia; (3) wakil Badan Bahasa; dan (4) Remy Silado, budayawan.

Dalam diskusi bahasa itu, terungkap bahwa penggunaan istilah "Cina" memang dipersoalkan. Para pembicara, misalnya dari Kedubes Tiongkok, menyarankan (namun tidak memaksa) untuk tidak menggunakan istilah "Cina". Alasannya, istilah ini digunakan Jepang terhadap Tiongkok pada masa perang dengan konotasi negatif.

Kemenlu RI saat itu sedang mempertimbangkan untuk menggunakan satu istilah yang konsisten, yaitu "Tiongkok". Abdul Gaffar Ruskhan dari Badan Bahasa mengatakan bahwa istilah "Cina" sudah lazim digunakan dalam masyarakat Indonesia dan tidak bermakna peyoratif. Remy Silado memaparkan sejarah dan berbagai penggunaan kata "Cina" dalam bahasa Indonesia.

Diskusi ini merupakan salah satu contoh dari beberapa masalah kebahasaan kita yang belum "putus". Belum ada satu konsensus pasti tentang mana istilah yang baku: Cina, China, Caina, atau Tiongkok? Tentu saja ketidakseragaman ini berpotensi "membingungkan" para pengguna bahasa, meskipun ada pendapat bahwa bahasa tidak harus seragam. Gajah berjuang lawan gajah, pelanduk mati di tengah-tengah.

Hingga akhirnya Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerbitkan Keputusan Presiden No. 12/2014 tentang pencabutan Surat Edaran Presidium Kabinet Ampera Nomor SE-06/Pred.Kab/6/1967 tanggal 28 Juni 1967. Surat edaran lama itu berisi penggunaan istilah "Tjina" (Cina) untuk menggantikan "Tionghoa/Tiongkok".

Dengan berlakunya Keppres yang ditandatangani pada 14 Maret 2014, dalam semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan, penggunaan istilah orang dari atau komunitas Tjina/China/Cina diubah menjadi orang dan/atau komunitas Tionghoa. Untuk penyebutan negara Republik Rakyat Cina, diubah menjadi Republik Rakyat Tiongkok.

Kemudian, alasan kenapa China disebut Tiongkok di Indonesia adalah untuk menghilangkan perilaku diskriminatif serta dampak psikososial masyarakat Indonesia keturunan Tionghoa.

Haris Prahara dalam Surat kepada Redaksi Kompas yang dimuat di Harian Kompas pada 2 Maret 2017 menuliskan, penggunaan istilah China memang sesuatu yang sensitif khususnya pada masa Orde Baru.

"Istilah itu dianggap menyinggung etnis tertentu di Indonesia. Tak jarang pula, pada masa itu, segelintir oknum dalam masyarakat menyalahgunakan istilah China sebagai bentuk perundungan," tulis Haris.

Sebelumnya, pada September 1996 warga keturunan Tionghoa di Indonesia dicurigai membawa paham komunisme dan diduga terlibat dalam gerakan G30S/PKI. Lalu, dikeluarkan Instruksi Presiden No. 14/1967 tentang larangan warga Tionghoa untuk melakukan tradisi, adat istiadat, dan lain sebagainya.

Akan tetapi, instruksi tersebut dicabut oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) melalui Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14/1967 tentang Agama, Kepercayaan, dan Adat Istiadat China. Berkat pencabutan Instruksi Presiden No. 14/1967, warga Tionghoa dapat bebas berekspresi, menjalankan kepercayaan agama, dan menggelar acara/adat istiadat/tradisi tanpa izin khusus.

Seiring berjalannya waktu, istilah Tiongkok dan China pada akhirnya sama-sama digunakan di Indonesia. Beberapa orang, instansi, lembaga, perusahaan, atau media ada yang tetap menyebut Tiongkok, tetapi ada juga yang menggunakan China atau Cina.

Itulah sejarah kenapa China disebut Tiongkok di Indonesia dan perkembangannya sekarang.

Komentar

Berita Lainnya