Jumat, 12 Juli 2024 14:55:36 WIB

Beberapa penduduk telah mengubah rumah mereka menjadi homestay
Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

banner

Meremu Jalil, pemilik homestay (CMG)

Hotan, Radio Bharata Online - Industri pariwisata budaya yang berkembang pesat di Kota Hotan, Daerah Otonomi Xinjiang Uygur di barat laut Tiongkok telah merevitalisasi kota oasis yang dulunya bobrok, mengubahnya menjadi objek wisata yang menawan dengan menampilkan keunikan budaya setempat sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat setempat secara signifikan melalui peluang kerja terkait pariwisata.

Pada paruh pertama tahun ini, Hotan mencatat lebih dari 10,87 juta kunjungan wisatawan, naik 29,89 persen dari tahun ke tahun, dengan pendapatan pariwisata melebihi 7,21 miliar yuan (sekitar 16 triliun rupiah).

Di pusat Kota Hotan terdapat sebuah kota berusia satu abad bernama Tuancheng yang dihuni oleh lebih dari 3.000 keluarga.

Daerah ini dijuluki "Jalur Merpati" di masa lalu karena sebagian besar penduduk di sana dulu mencari nafkah dengan berdagang merpati.

Kota yang padat penduduk ini dulunya memiliki banyak rumah kayu tua dengan kondisi bobrok dan gang-gang sempit yang tertutup oleh limbah.

Sejak tahun 2016, pemerintah setempat meluncurkan program renovasi, memberikan subsidi kepada setiap rumah tangga untuk memperbarui rumah mereka dan mengalokasikan dana untuk meningkatkan fasilitas infrastruktur seperti sistem pasokan air, listrik dan gas.

Setelah delapan tahun kerja keras, kini daerah tersebut telah menjadi tempat yang indah dengan jalan-jalan yang diperlebar dan bangunan-bangunan dengan desain unik yang sesuai dengan keinginan warga.

Beberapa penduduk telah mengubah rumah mereka menjadi homestay, menarik banyak wisatawan dari seluruh negeri.

"Nenek saya sudah tinggal di sini selama hampir 80 tahun, dan ini juga merupakan tempat kelahiran saya. Kompleks ini telah direnovasi pada tahun 2016 dan sekarang menawarkan lebih dari 10 kamar, masing-masing dengan harga 400 yuan (sekitar 888 ribu rupiah) per malam. Di malam hari, para tamu, termasuk banyak anak-anak, akan berkumpul untuk bernyanyi atau menari, suasananya sangat menyenangkan. Mereka sering mengatakan sesuatu seperti: 'Hotan sangat indah dan Anda sangat beruntung tinggal di sini'," ujar Meremu Jalil, pemilik homestay.

Beberapa penduduk menyewakan lantai pertama rumah mereka, yang kemudian disulap menjadi toko-toko butik yang menjual kerajinan tangan tradisional lokal atau kostum etnik.

Salah satu toko yang menjual sutra Atlas, warisan budaya tak benda nasional, sangat populer di kalangan wisatawan. Sutra ini memiliki warna-warna cerah dan tekstur yang lembut dengan pola-pola yang indah.

"Pencelupan, penenunan dan pemintalan sutra semuanya dilakukan oleh kami. Sekarang sudah bulan Juli. Kami mengharapkan lebih banyak wisatawan yang datang pada bulan Agustus. Di masa lalu, hanya sedikit turis yang berkunjung ke Hotan karena tidak ada atraksi. Sekarang, ada tempat wisata budaya Yotkan, kota tua Tuancheng, pasar malam Hotan dan banyak atraksi lain yang bisa dikunjungi wisatawan. Kami sangat bangga," ujar seorang pemilik toko bernama Rozatoht Abdukhalik.

Lebih dari 10 kilometer jauhnya dari Tuancheng adalah Kota Bageqi di mana terdapat tempat wisata budaya Yotkan.

Dengan menghidupkan kembali Kerajaan Khotan kuno yang telah lama hilang, pemerintah setempat telah membangun tempat ini menjadi daya tarik unik yang mengintegrasikan budaya, pariwisata, perdagangan, dan rekreasi, yang menarik rata-rata hampir 800.000 pengunjung per tahun.

Tempat yang indah ini menampilkan pertunjukan berskala besar di tempat dengan para aktor yang mengenakan kostum etnik lokal dan mementaskan drama yang menceritakan sejarah dan budaya kerajaan kuno. Banyak dari para pemainnya adalah penduduk desa setempat.

"Saya menghasilkan 7.000 yuan (sekitar 15,5 juta rupiah) hingga 8.000 yuan (sekitar 17,8 juta rupiah) per bulan di tempat indah yang dekat dengan rumah saya. Saya bisa menghidupi keluarga saya dengan penghasilan saya. Banyak rekan-rekan saya yang tinggal di Kota Bageqi. Mereka sebelumnya adalah petani dan sekarang menjadi karyawan di tempat wisata ini. Mereka memainkan alat musik dan menyanyikan lagu-lagu untuk para wisatawan. Semuanya senang, termasuk saya," kata Abdul Sabir, salah satu pemain musik di tempat wisata tersebut.

Komentar

Berita Lainnya

Petani di wilayah Changfeng Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 14:51:7 WIB

banner
Pembalap Formula 1 asal Tiongkok Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 15:19:35 WIB

banner