Selasa, 21 September 2021 4:48:44 WIB

Bagaimana 6 Tempat Ibadah di Surabaya Ini Berdampingan, Begini Ceritanya
Tiongkok

Angga Mardiansyah

banner

6 Tempat ibadah di Surabaya berdampingan (Foto: Esti Widiyana)

Enam tempat ibadah di Perumahan Royal Residence Surabaya saling berdampingan. Bentuk atau wujud toleransi umat beragama ini telah ada sejak 2018 atau tiga tahun yang lalu sejak dibangun. Bagaimana pembangunan enam tempat ibadah ini bermula?

Sekretaris 2 Forum Komunikasi Antar Rumah Ibadah (FKRI) Royal Residence Surabaya Danny Nobret menceritakan bahwa lahan atau lokasi tempat rumah ibadah itu dibangun awalnya bukan diperuntukkan untuk pembangunan tempat ibadah, melainkan pasar modern.

"Semula tidak ada rencana untuk pembangunan rumah ibadah," ujar Danny kepada detikcom, Selasa (21/9/2021).

Namun saat itu ada keluhan dari warga yang menyampaikan jika di perumahan tersebut tak ada rumah ibadah. Dan warga memerlukan tempat ibadah.

Karena beberapa warga muslim jika salat subuh kesulitan mencari masjid terdekat dari rumah tinggalnya. Sedangkan masjid terdekat ada di luar perumahan dan itu jaraknya cukup jauh. Sehingga, warga muslim saat itu menyampaikan dan meminta kepada pihak pengembang perumahan untuk dibangunkan masjid.

6 tempat ibadah berdampingan di surabaya\6 Tempat ibadah berdampingan di Surabaya (Foto: Esti Widiyana)

"Pihak pengelola merasa bahwa rumah ibadah penting untuk semua agama, sehingga mereka memikirkan perlu adanya rumah ibadah juga selain untuk muslim. Berpikir 6 agama yang diakui pemerintah. Jadi lahan untuk pasar modern dijadikan rumah ibadah bersama-sama dan berjajar," jelas Danny.

Enam rumah ibadah di perumahan elit ini benar-benar berdampingan dan hanya berjarak sekitar 2 meter satu sama lainnya. Di masing-masing tempat ibadah tidak ada pembatas pagar. Bangunannya menyatu dengan gaya arsitektur masing-masing agama.

Setiap hari, kata Danny, enam tempat ibadah ini selalu digunakan dan tidak pernah sepi. Agar jam ibadah tidak berbenturan, para pengurus dan tokoh agama masing-masing memiliki jadwal sendiri untuk menggelar kegiatan keagamaan.

Dalam forum tempat ibadah, lanjut Danny, pihaknya berdiskusi dengan tokoh agama masing-masing terlebih saat ada kegiatan. Dan jika ada kegiatan, semuanya akan didata dan dicatat.

"Kami memang berdiskusi dan tidak mencampuri dalam urusan internal agama masing-masing. Kami hanya berkoordinasi lahan parkir saja, karena kita tahu orang yang akan beribadah akan membawa kendaraan sendiri-sendiri," kata Danny.

Karena kegiatan bersifat agamis, maka menjadi urusan internal rumah agama masing-masing dengan tata cara yang diberlakukan. Tetapi, acara tersebut selalu mendapatkan dukungan dari masing-masing agama.

"Tidak ada mempersoalkan dari acara tertentu untuk digagalkan, itu gak ada. Justru kalau ada akan kami dukung, contoh kata barusan dari WA grup bahwa nanti saudara-saudara yang di klenteng mau bikin acara pelatihan barongsai dan kungfu. Diinfokan ke grup dan didukung seperti selamat ya, menarik ya, kita boleh ikut enggak? Silakan terbuka untuk umum," jelas Danny.

"Jadi, maksud saya, selain umat dari rumah ibadah di Royal itu belum diperkenankan untuk hadir. Luar royal gitu, ya misal dari Wiyung atau luar kota kalau datang kami mohon izin untuk jangan dulu. Karena kami merasa ini masih dalam kondisi pandemi jadi tidak ada kunjungan dari umat luar per rumah ibadah ini," ujarnya.Selain itu, di masa pandemi rumah ibadah dibatasi jumlah umatnya, dan wajib menerapkan protokol kesehatan. Pada saat awal pandemi dan PSBB, 6 rumah ibadah ini sempat tutup sementara untuk kunjungan luar atau jemaat dari luar tempat ibadah.

Kalau umat tetap melakukan ibadah jumlahnya pun terbatas, ada juga yang melalui live streaming. Di tempat ibadah menjaga jarak, kalau di rumah ibadah Hindu, Buddha itu juga tetap melaksanakan protokol kesehatan dengan baik.

"Karena kami gak mau menjadikan rumah ibadah ini jadi klaster terbaru, jadi kami membatasi," tandas Danny.detiknews

Komentar

Berita Lainnya