Rabu, 16 Februari 2022 8:32:42 WIB

Isu Energi Ramah Lingkungan di Tiongkok dan Indonesia
Tiongkok

Agsan

banner

Fase pertama proyek pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai Ningbo - Image from berbagai sumber.

Bharata Online - Baru-baru ini Komisi Energi Tiongkok mengumumkan untuk meningkatkan Sistem, Mekanisme dan Langkah Kebijakan untuk Transformasi Energi yang ramah lingkungan dan Rendah Karbon di Tiongkok. Tentunya Langkah Kebijakan ini merupakan reformasi di bidang energi, dan dan mempercepat pembangunan sistem energi yang bersih, rendah karbon, aman dan efisien.

Sebagai informasi, Tiongkok juga telah meluncurkan kebijakan dan langkah-langkah untuk meningkatkan mekanisme transisi energi yang berorientasi pada ramah lingkungan di seluruh Tiongkok Dan di Tiongkok sendiri, sejak Kongres Nasional PKT ke-18, berbagai wilayah dan departemen terkait di Tiongkok telah merumuskan serangkaian kebijakan dan langkah-langkah untuk pengembangan energi yang ramah lingkungan dan rendah karbon, serta telah mencapai hasil yang luar biasa dalam mempromosikan pengembangan dan pemanfaatan energi bersih, seperti misalnya energi matahari, angin, air, biomassa, dan energi panas bumi.

Namun, untuk mewujudkan hal ini bukanlah perkara yang mudah,  adanya tarik ulur dalam mekanisme kelembagaan yang ada, sistem kebijakan, serta metode tata kelola, dan lain-lain, menjadi kendala tersendiri,  dibanyak negara mungkin juga  termasuk Tiongkok,  masih menghadapi beberapa kesulitan dan tantangan, Selain itu kebutuhan untuk mempromosikan transformasi energi yang ramah lingkungan dan rendah karbon dalam situasi seperti sekarang ini.

Sebenarnya Tiongkok sudah banyak melakukan terobosan dibidang energi bersih yang ramah lingkungan ini, misalnya  pada Desember tahun lalu Elsevier sebuah perusahaan penelitian dan analisis informasi yang berbasis di Belanda, merilis laporan tentang status penelitian energi bersih global. Laporan itu mengatakan bahwa Tiongkok telah menerbitkan sekitar 400.000 makalah penelitian tentang energi bersih sejak 2001, ini merupakan makalah yang terbanyak di dunia. Selain itu laporan tersebut menyatakan, dari segi jumlah hak paten, dimana Tiongkok mengalahkan Amerika Serikat pada tahun 2012 dan juga mengalahkan Jepang pada 2014. Dan ini tentunya menjadikan Tiongkok negara yang memiliki jumlah hak paten energi bersih tertinggi. Sebagai contohPada akhir 2020, hampir setengah dari hak paten global di bidang ini berasal dari Tiongkok.

Selain memiliki hak paten energy bersih terbanyak, Tiongkok juga  dikabarkan meluncurkan kebijakan untuk menstandardisasi kemasan paket pengiriman dan mengurangi pengemasan yang berlebihan, dan mendorong penggunaan kotak pengemasan yang dapat di daur ulang,  saat ini diperkirakan ada sebanyak 10 juta kotak kemasan yang dapat didaur ulang yang akan digunakan pada tahun depan. Selain itu Industri kurir di Tingkok juga akan menggunakan lebih banyak kendaraan energi terbaru dan energi bersih untuk mengirimkan paket mereka.

Lalu, bagaimana dengan di Indonesia sendiri ?

di Indonesia, keseriusan pemerintah Indonesia untuk terus mendorong pengembangan energi baru terbarukan sudah mulai gencar diimplementasikan, salah satunya adalah dengan membuat peta jalan transisi dari bahan bakar fosil ke energi hijau. Indonesia sudah menetapkan peta jalan itu dengan target bauran energi 23 persen pada 2025. Dan perhatian terhadap persoalan energi terbarukan memang sudah seringkali disuarakan presiden Joko Widodo

Menurut Jokowi, pemerintah perlu mulai menata ekonomi hijau tersebut. Sebab, di masa depan negara-negara di dunia mulai meninggalkan barang-barang yang berasal dari energi fosil. Dan memang bila dilihat dari potensinya, Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan cukup melimpah. 

Tidak hanya lewat energi hidro, Indonesia juga memiliki energi hijau lainnya yaitu dalam bentuk geotermal atau energi panas bumi Selain itu, terdapat juga potensi energi dari angin dan arus bawah laut. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, bauran energy baru terbarukan di Indonesia belum bergerak dari kisaran 11 persen atau masih jauh dari target 23 persen pada tahun 2025.

Jadi, masih perlu kerja keras untuk mempercepat capaian target bauran energi hijau agar kebutuhan elektrifikasi masyarakat dapat segera terpenuhi. Ujungnya adalah Indonesia diharapkan dapat menjadi salah satu negara di dunia yang mampu menyediakan energi bersih untuk rakyat, sekaligus turut berkontribusi terhadap lingkungan global.

Lain di Indonesia lain pula di Tiongkok, Menurut Dewan Kelistrikan Tiongkok (China Electricity Council/ CEC), mengutip pemberitaan dari reuters pada Januari yang lalu. Sumber energi baru terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, Pembangkit Listrik Tenaga Matahari, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air di Tiongkok diperkirakan akan menguasai 50% dari total kapasitas pembangkit listrik di Tiongkok pada akhir 2022 ini.

Seperti diketahui, Tiongkok telah berjanji untuk "mengendalikan" konsumsi batu bara pada periode 2021-2025 dan membawa total kapasitas pembangkit listrik tenaga angin dan matahri menjadi setidaknya 1.200 Giga Watt pada akhir dekade ini untuk membatasi emisi karbon sekitar tahun 2030 dan mencapai netralitas karbon pada 2060.

Diinformasikan, saat ini Pemerintah Tiongkok juga telah memulai serangkaian proyek pembangkit listrik tenaga angin dan fotovoltaik besar di daerah gurun pada pertengahan Oktober 2021, Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok , proyek-proyek ini terletak di Mongolia Dalam Tiongkok utara dan Gansu, Qinghai dan Ningxia di Tiongkok barat laut, dengan kapasitas terpasang hampir 30 juta kilo watt.

Selain itu dikabarkan bahwa Tiongkok juga  mempromosikan pembangkit listrik  tenaga angin dan fotovoltaik yanga akan membantu memulihkan ekosistem di daerah gurun, meningkatkan ekonomi lokal, dan berkontribusi pada upaya pengurangan karbon di Tiongkok, dan Menurut Komisi  Pembangunan dan Reformasi Nasional Tiongkok,  proyek-proyek ini termasuk dalam daftar negara yang akan dikembangkan untuk pembangkit listrik tenaga angin dan fotovoltaik di daerah gurun. jika semua proyek ini  selesai, diperkirakan kapasitas terpasang dapat mencapai 100 juta kilowatt.

Selain itu Tiongkok juga akan membangun sistem energi yang bersih, rendah karbon, aman dan efisien, meningkatkan pangsa konsumsi energi non-fosil menjadi sekitar 20 persen pada tahun 2025, sekitar 25 persen pada tahun 2030, dan lebih dari 80 persen pada tahun 2060,

Ada satu hal yang menarik, mengenai isu energi bersih di Tiongkok,  dimana menurut Administrasi Energi Nasional Tiongkok, Pemerintah Tiongkok  kini tengah mempromosikan penggunaan energi terbarukan di pedesaan selama periode Rencana Lima Tahun ke-14,  dan seperti diketahui Tiongkok memang berencana untuk lebih meningkatkan struktur energinya dengan memanfaatkan potensi berbagai jenis energi terbarukan, termasuk energi matahari, energi angin, biomassa, panas bumi, dan energi laut.

Pengurangan emisi karbon, seperti yang diketahui banyak orang, lebih sering dianggap sebagai tugas industri seperti energi, transportasi, dan manufaktur. Tiongkok, sementara memotong emisi karbon di industri ini dengan konsumen energi utama dan penghasil karbon utama, juga memperhatikan penghijauan sektor jasa yang lebih erat terkait dengan kehidupan sehari-hari masyarakat di Tiongkok

Mengingat tantangan yang dibawa oleh perubahan iklim saat ini telah menjadi tren global, untuk mengurangi emisi karbon, maka di Tiongkok beberapa tahun terakhir sekarang pengurangan emisi karbon disektor jasa sudah banyak dilakukan, sebagai contoh penggunakan e-tiket tanpa kertas

Pada awalnya, banyak orang yang tidak terbiasa dengan e-tiket karena menganggap penggunaan tiket cukup rumit. Namun, kemudian, masyarakat secara bertahap menemukan  bahwa e-tiket lebih nyaman dari tiket yang dicetak secara konvensional, karena mencetak tiket kertas itu sama artinya dengan menambah  konsumsi energi. Jadi masyarakat yang menggunakan e-tiket telah melakukan pengurangan emisi karbon.

Upaya untuk mempromosikan pengurangan emisi karbon di sektor jasa ternyata telah memberikan pengaruh yang kuat pada masyarakat Tiongkok. Dan ketika konsep pembangunan hijau ini diberlakukan, maka masyarakat  secara bertahap menjadi sadar akan pentingnya mengurangi emisi karbon

Dalam beberapa tahun terakhir ini, Tiongkok telah mengambil banyak langkah untuk menghemat energi dan mengurangi emisi karbon, termasuk menyerukan kepada orang-orang untuk menyetel AC pada suhu yang lebih tinggi di musim panas dan tidak meminta peralatan makan sekali pakai saat memesan makanan untuk dibawa pulang secara online, serta mendorong penerapan daur ulang sampah. Dan diyakini bahwa Tiongkok pasti akan menyaksikan lebih banyak buah dalam pengurangan emisi karbon selama dapat mempertahankan momentum ini.

Sumber :

https://indonesian.cri.cn/20220126/aa815620-fa47-6019-55a1-896c5be0c9cf.html

https://bolong.id/hs/0222/china-tingkatkan-energi-ramah-lingkungan

https://bolong.id/im/0122/industri-pengiriman-china-terapkan-transformasi-energi-hijau-pada-tahun-2022

https://www.esdm.go.id/id/media-center/arsip-berita/potensi-energi-baru-terbarukan-ebt-indonesia

 

 

Komentar

Berita Lainnya