Rabu, 27 Oktober 2021 12:51:7 WIB

Peran Koran Tionghoa Sin Po Dalam Pelaksaan Sumpah Pemuda
Tiongkok

Agsan

banner

Koran Tiongkok Berperan Dalam Sumpah Pemuda - Image from klimg.com

Bolong.Id - Alunan Pertama lagu Indonesia Raya berhasil membakar semangat peserta Kongres Pemuda II yang dilaksanakan pada 28 Oktober 1928 di Jalan Kramat Raya No.106, Jakarta. Lagu tersebut merupakan ciptaan dari Wage Rudolf Supratman (WR Supratman) merupakan anak muda yang bekerja sebagai pewarta dan juga musisi. Lagu ciptaannya begitu dikagumi, Sakral, dan bagi masyarakat Indonesia tentu saja memiliki pesan tersirat yang begitu penting untuk mengajak Indonesia menjadi negara merdeka.

Kongres Pemuda II tentu memberikan hasil penting untuk bangsa Indonesia, hasilnya yaitu deklarasi yang dinamakan Sumpah Pemuda. Deklarasi tersebut berisi tiga poin penting, yaitu: Mengajak para peserta tetap bertanah air, berbangsa dan berbahasa Indonesia. Dari kongres Pemuda II ini pula, Indonesia Raya karya WR Supratman menjadi lagu kebangsaan Indonesia sampai sekarang.

Lagu Indonesia Raya, Karya WR Supratman begitu penting bagi masyarakat Indonesia. Sehingga, lagu tersebut harus disebarkan ke seluruh penjuru dan rakyat Indonesia dimanapun berada. Surat kabar zaman pra kemerdekaan pun mengambil peran, yaitu Koran Sin Po.

Koran Sin Po merupakan media massa cetak milik keturunan Tionghoa di Indonesia. Sekaligus tempat WR Supratman bekerja sejak tahun 1925. Koran ini merupakan media pertama yang menyebarluaskan syair dan partitur lagu Indonesia Raya.

Pada awalnya, WR Supratman menulis sendiri lirik lagu Indonesia raya dalam edisi Bahasa Melayu. Saat itu masih berjudul 'Indonesia'. Tepat tanggal 10 November 1928, edisi koran berisi lagu Indonesia Raya akhirnya terbit. Mencetak 5.000 eksemplar. Sekaligus sebagai hadiah untuk WR Supratman.

Koran Tiongkok Berperan Dalam Sumpah Pemuda - Image from klimg.com

1 Oktober 1910 merupakan hari bersejarah untuk Koran Sin Po. Pada saat itu, Sin Po pertama kali terbit dan dalam perjalanannya, media cetak koran ini menjadi pelopor dalam penggunaan kata 'Indonesia'.

Sebelum menggunakan kata “Indonesia” ada beberapa penyebutan yang menujukan itu kepada Indonesia, yaitu “Nederlandsch-Indie”, “Hindia-Nederlansch”, atau “Hindia Olanda”. Hingga semua berubah menjadi satu nama, yaitu “Indonesia”. Selain terjadi beragai perubahan nama, juga terdapat penghapusan kata 'inlander'. Kata tersebut dihapus penggunaannya sebab dirasa sebagai penghinaan dan juga memiliki pandangan politik pro nasionalis Tiongkok.

Gerakan pro nasionalis Tiongkok selama ini didukung Sin Po akhirnya sirna. Hingga menuju pada kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Di mana banyak tokoh Tionghoa yang terlibat. Mereka pula yang menyatakan etnis Tionghoa adalah bagian dari masyarakat Indonesia dan koran Sin Po mengubah namanya pada Oktober 1958, menjadi Pantjawarta. Kemudian pada tahun 1960an berubah lagi menjadi Warta Bhakti.

Nasib Koran Sin Po pun berakhir, Di saat masa Orde Baru muncul isu mengenai perusahaan media ini dianggap sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI) dilarang terbit sejak 1 Oktober 1965. (*)
 

Komentar

Berita Lainnya