Sabtu, 27 Mei 2023 8:53:21 WIB

Mengapa Arab Saudi dan Mesir Memilih Membeli Senjata Dari Tiongkok Dibanding AS?
International

AP Wira

banner

Pesawat nirawak (drone) Tiongkok, CH-4, dikenal memiliki daya jelajah yang panjang dan mampu terbang dalam durasi lama. Foto/Reuters

RIYADH, Radio Bharata Online  - Arab Saudi dan mitra setianya, Mesir, sudah sejak lama mendekati Tiongkok untuk membeli senjata berteknologi canggih. Keduanya ingin tidak bergantung dengan Amerika Serikat (AS) sebagai sekutu utamanya.

 Tiongkok menjadi pilihan tepat bagi Saudi karena Beijing memang sedang menebar pengaruhnya di berbagai belahan dunia, termasuk Timur Tengah. Ditambah dengan perkembangan sains dan teknologi yang begitu pesat di Tiongkok juga mendorong negara itu untuk menjual berbagai produk militernya.

Ada beberapa  alasan kenapa Arab Saudi dan Mesir membeli peralatan tempur dari Tiongkok.

1, Diversifikasi Senjata Militer

Arab Saudi diketahui  telah lama menjadi aliansi militer AS. Tak mengherankan jika sebagian besar alat persenjataan juga dipasok oleh Pentagon. Belakangan , Riyadh ingin mendiversifikasi peralatan militernya. Zhou Chenming, seorang analis militer dari lembaga riset sains dan teknologi militer Yuan Wang yang berbasis di Beijing mengatakan, Tiongkok  sendiri sangat berhati-hati karena takut memicu perlombaan senjata regional.

Zhou mengungkapkan, "Arab Saudi mungkin tertarik pada peralatan berbasis darat dari Tiongkok – seperti tank, kendaraan lapis baja dan artileri. Artileri roket jarak jauh juga bisa menjadi pilihan,"

Sementara itu mengenai rumor penjualan jet tempur J-10 Tiongkok ke Arab Saudi, Zhou mengatakan hal itu tidak mungkin terjadi setidaknya untuk beberapa tahun ke depan Karena  Angkatan Udara Saudi dilengkapi dengan F-15 dan F-16 buatan AS.

Zhou menuturkan  "AS mungkin campur tangan untuk mencegah penjualan tersebut,"

 

2, Bersitegang dengan AS

Saudi bersitegang dengan AS sejak 2018. Saat itu, Washington mengkritik kematian jurnalis Jamal Khashoggi pada 2018. Selain itu, AS juga memprotes manuver Saudi dalam Opec+. Itu menjadikan Saudi marah dan mencari sumber pemasok senjata.

Selain itu, faktor kondisi geopolitik juga memiliki pengaruh yang besar. Persaingan AS dengan Tiongkok dan Rusia yang memanas menyebabkan dunia terpolarisasi. Arab Saudi pun semakin dekat dengan Tiongkok.

seorang pakar hubungan internasional Saudi Ali Shihabi menyebut  “Hubungan monogami tradisional dengan AS dan Saudi kini telah berakhir,”

Ali Shihabi  menuturkan, “Saudi telah menjalin hubungan yang lebih terbuka; kuat dengan AS, tetapi sekarang  Saudi juga memiliki hubungan yang sama  kuatnya dengan Tiongkok, India, Inggris, Prancis, dan lainnya,"

Shihabi mengungkapkan, polarisasi itu adalah alasan berbagai pihak membawa berbagai bentuk pengaruh terhadap Saudi.

Hal cerdas untuk kerajaan adalah menempatkan portofolio hubungan strategis yang semuanya berkontribusi dalam peningkatan pertahanan dan keamanan.

 

3, Mitra Dagang Senjata sejak Lama 

Hubungan perdagangan senjata antara Tiongkok dan Saudi terjadi sejak 1980-an. Keduanya menggelar pertemuan pertama pada 1985. Secara resmi, hubungan itu mulai aktif pada 1990. Namun saat itu, kesepakatan perdagangan senjata tidak signifikan. Umumnya, Saudi lebih banyak membeli drone karena memiliki reputasi yang baik

Berdasarkan data Stockholm International Peace Research Institute, kesepakatan senjata pertama Arab Saudi dengan Tiongkok, pembelian rudal nuklir jarak menengah DF-3 yang dibeli pada 1986. Arab Saudi membeli 50 rudal DF-3 dengan hulu ledak konvensional. Riyadh kemudian membeli 54 pelontar roket PLZ-45 pada 2007, lima drone CH-4B pada 2014 dan lebih dari 30 Wing Loong-1 dan 2 kendaraan udara tak berawak bersenjata (UAV) pada tahun 2014 dan 2017. Drone pengintai bersenjata CH-4 telah digunakan di medan perang utama dalam perang Yaman .

 

4, Memiliki Teknologi Canggih
Tiongkok mengembangkan peralatan perang berteknologi canggih yang tidak kalah dengan AS dan Rusia. Meskipun, AS berulang kali menuding bahwa Tiongkok berulang kali mencuri hak kekayaan intelektual teknologi dari perusahaan-perusahaan Barat. Fakta membuktikan bahwa teknologi militer Tiongkok memang berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Wing Loong UAV, drone dapat terbang dengan ketinggian medium, yang  dapat dipersenjatai dengan rudal. Sementara  Drone Generasi ketiganya, yakni drone antarbenua dapat terbang sejauh 10.000 km. Selain itu, Saudi juga memesan UAV TB001, drone tempur dengan ketinggian menengah dan durasi terbang yang lama. Dari sisi persenjataan,  Saudi juga membeli rudal hipersonik berbasis kapal induk dengan jangkauan tempur lebih dari 2.000 km dan sistem berbasis laser anti-drone “Silent Hunter”.

Tiongkok juga dilaporkan ingin menjual jet tempur siluman FC-31 bermesin ganda ke Arab Saudi. Jet generasi kelima sering dibandingkan dengan pesawat F-35 AS. Tuvia Gering, seorang peneliti di Israel-Tiongkok Policy Center di Institute for National Security Studies mengatakan Riyadh mungkin ragu untuk membeli “senjata tiket besar” – helikopter tempur, jet tempur, dan sistem pertahanan udara.

 

5, Harganya Relatif Murah
Tiongkok terkenal sebagai negara yang mampu menjual peralatan berteknologi canggih dengan harga yang menarik dan murah. Misalnya, dalam hal drone dengan desain dan kemampuan seperti buatan AS, pesawat nirawak Tiongkok bisa dijual lebih murah.

Bayangkan saja, CH-4 dan Wing Loong dijual USD1 juta dan USD2 juta. Dibandingkan dengan drone Reaper berharga USD16 juta dan Predator USD4 juta. Perbandingan harga yang sangat jauh.  Dengan harga yang murah, maka Saudi bisa membeli drone dalam jumlah yang besar.

Douglas Barrie, peneliti senior di International Institute for Strategic Studies (IISS) mengatakan  “Dalam hal kinerja dan biaya, Tiongkok menawarkan harga lebih murah,"

Tiongkok juga menawarkan syarat pembayaran yang fleksibel kepada pembeli yang tertarik. Apalagi  “Perusahaan Tiongkok memberikan opsi jika tidak membayar tunai, tetapi dengan mencicil, terkadang bahkan untuk menukar drone dengan sumber daya alam lokal seperti mineral,” ujar Zhou Chenming, seorang analis militer dari lembaga riset sains dan teknologi militer Yuan Wang

 

6, Tidak Campur Urusan Dalam Negeri 

membeli persenjataan Tiongkok adalah negara tersebut tidak akan turut campur dalam urusan dalam negeri mitra. Itu sangat kontras dengan AS yang kerap “berisik”.

Jonathan Fulton, peneliti senior di Atlantic Council, mengatakan bahwa Tiongkok memiliki kebijakan non-aliansi yang ketat dan tidak ingin adanya konflik  di Timur Tengah. Tidak seperti negara-negara Barat, Tiongkok juga menawarkan Arab Saudi kebijakan non-campur tangan dalam urusan domestik satu sama lain.

SINDOnews

 

 

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner