Senin, 12 Juli 2021 6:38:29 WIB
Solusi Krisis Oksigen Medis, Pria Cimahi Ciptakan Oxygen Masker
Tiongkok
Angga Mardiansyah
Melihat oxygen masker buatan warga Cimahi (Foto: Whisnu Pradana)
Oksigen medis tengah dibutuhkan akibat lonjakan kasus COVID-19 di berbagai wilayah termasuk Kota Cimahi. Kondisi itu menggerakkan sejumlah pihak mencari solusinya.
Berangkat dari permasalahan tersebut, menggugah Setiawan Hendra untuk ikut membantu mengatasi kelangkaan oksigen yang amat dibutuhkan pasien yang mengalami gangguan pernafasan terutama akibat terpapar COVID-19 dengan membuat sebuah alat penghasil oksigen.
Berbeda dengan aerator oksigen yang banyak dibuat dengan memanfaatkan peralatan dan bahan seadanya, oxygen maker yang dibuat Setiawan menggunakan alat dan bahan yang boleh dibilang jauh lebih mumpuni. Bahkan sebagian harus diimpor demi menjaga kualitasnya.
Di workshopnya di Jalan Mahar Martanegara, Kelurahan Utama, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi, pria yang kini berusia 38 tahun itu menunjukkan bentuk hingga cara kerja oxygen maker yang saat ini sedang dalam proses penyempurnaan.
Di dalam ruang kerjanya, Setiawan menjejerkan tabung berukuran sedang dan kecil dengan selang bening khas alat bantu pernafasan yang biasanya ada di rumah sakit menyambung dari satu tabung ke tabung lainnya.
Setiawan mengatakan jika alat tersebut sudah lama dibuatnya. Namun dulu, alat itu diperuntukkan sebagai alat menghemat bahan bakar kendaraan. Namun karena krisis oksigen yang terjadi, dirinya lantas mengubah cara kerja alat tersebut untuk menghasilkan oksigen.
"Sebelumnya alat ini dibuat untuk pengiritan BBM, jadi sistem kerjanya itu diambil H2O atau hidrogennya dan O2 atau oksigennya kami buang. Tapi sekarang karena kelangkaan oksigen, mendorong kami mengambil oksigennya yang dipakai untuk membantu pernafasan dan hidrogennya yang dibuang," ungkap Setiawan kepada detikcom, Senin (12/7/2021).
Setiawan menjelaskan oxygen maker tersebut terdiri dari dua buah tabung berukuran sedang yang sudah dikostumisasi. Di dalam tabung itu disimpang shell atau lempengan stainless murni antikorosi.
"Prinsipnya alat ini memisahkan molekul pada air yang terdiri dari hidrogen dan oksigen. Nah di dalam tabung ini ada pemisahan molekul di katup positif dan negatif. Katup positif menghasilkan oksigen dan negatif menghasilkan hidrogen. Biasanya hidrogen kita ambil untuk pengiritan BBM dan oksigennya dibuang. Kalau sekarang dibalik, oksigennya diambil lalu hidrogennya dibuang," jelas Setiawan.Kemudian di setiap tabung ada regulator pengatur oksigen serta selang yang mengalirkan oksigen ke sebuah tank kecil. Dari tank kecil itulah oksigen dialirkan lagi ke masker atau sungkup oksigen untuk digunakan membantu pernafasan seseorang.
"Di dalam tabung yang berisi shell itu kita isi juga dengan air karena sebagai penghasil oksigennya. Untuk air yang digunakan, itu air sulingan AC karena murni. Kita campur dengan beberapa zat kimia lain jadinya elektrolit," kata Setiawan menambahkan.
Sebelum bisa digunakan dan diduplikasi guna memenuhi pasokan oksigen medis yang belakangan sedang sangat langka, dirinya bakal mengajukan alat tersebut untuk dilakukan uji laboratorium.
"Kalau saya pribadi, saya ingin alat ini hadir untuk membantu sesama. Tapi memang saya sadar, kalau alat kesehatan itu perlu riset lebih mendalam dan harus lolos uji laboratorium. Jadi kalau saat ini menurut laboratorium sudah layak, kami bersedia membuat lebih banyak dan berharap juga bisa diduplikasi," jelasnya.
Pria yang sudah belasan tahun mengerjakan jaringan AC dan udara di berbagai gedung hingga rumah sakit itu menegaskan dirinya tak berniat berbisnis dengan oxygen maker yang dibuatnya.
"Harapan kami ini jadi simbol kita berempati pada keadaan saat ini, bukan ingin bisnis dan komersil. Saya juga ingin mendorong rekan-rekan lain untuk bisa menolong sesama yang khususnya sekarang terdampak COVID-19," pungkas Setiawan.detiknews
Komentar
Berita Lainnya
Xi Jinping: Biar Semua Orang Lansia Mempunyai Kehidupan Masa Tua Yang Berbahagia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:14:40 WIB
Hasil Studi Ilmuwan Tiongkok, Minum Teh Setiap Hari Turunkan Risiko Diabetes Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:21:52 WIB
Tiongkok Produksi Kereta Api Hibrid yang BebasPolusi Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:26:6 WIB
Tiongkok Perkirakan Jual 68,5 Juta Tiket Kereta Selama Libur Hari Nasional Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:42:10 WIB
Tiongkok: Perlu Bersama Lindungi Fasilitas Infrastruktur Lintas Negara Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:48:4 WIB
Padi Hemat Air Bantu Petani Panen Melimpah di Tengah Kekeringan Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 14:51:7 WIB
Lanjutkan Balapan di Musim 2023, Zhou Guanyu Ingin Bawa Semangat dan Budaya Tiongkok Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 15:19:35 WIB
Tiongkok Larang Rokok Elektrik Rasa Buah dalam Peningkatan Regulasi Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:14:12 WIB
Tiongkok mendesak AS untuk mengakhiri kekerasan polisi terhadap orang kulit hitam Amerika selama sesi PBB Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:45:29 WIB
Setengah komunitas pedesaan di Tiongkok tercakup layanan perawatan lansia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 16:49:6 WIB
Guangzhou: Gerbang maritim Tiongkok ke dunia sejak zaman kuno Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:10:22 WIB
Tiongkok kalahkan Slovenia dan AS di Kejuaraan Tenis Meja Beregu Dunia Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:20:34 WIB
Pemasangan Atap Beton Pertama Terowongan Jalan Raya Terpanjang di Provinsi Jiangsu Tiongkok Telah dimulai Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:25:54 WIB
Tiongkok ingin mengoptimalkan struktur ekonomi negara Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:30:30 WIB
Sinopec Tiongkok ingin hapus daftar ADS dari London Stock Exchange Tiongkok
Selasa, 4 Oktober 2022 17:50:46 WIB