Rabu, 9 Juli 2025 10:37:41 WIB

Penulis Tionghoa-Amerika Ini Ungkap Kebenaran Pembantaian Nanjing
Tiongkok

Eko Satrio Wibowo

banner

Zhang Yingying, ibu kandung almarhum penulis Tionghoa-Amerika, Iris Chang (CMG)

Nanjing, Radio Bharata Online - Almarhum penulis Tionghoa-Amerika, Iris Chang, yang terkenal dengan bukunya "The Rape of Nanking: The Forgotten Holocaust of World War II", memulihkan kebenaran sejarah melalui wawancara dengan para penyintas Pembantaian Nanjing, menurut Zhang Yingying, ibu kandungnya.

Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1997 dan menjadi buku terlaris di Tiongkok pada tahun itu. Bukunya mengungkap kekejaman mengerikan yang dilakukan oleh pasukan Jepang yang menyerbu kota Nanjing di Tiongkok timur pada tahun 1937.

Pembantaian tersebut, yang berlangsung selama lebih dari 40 hari setelah pasukan Jepang merebut Nanjing, yang saat itu merupakan ibu kota Tiongkok, menewaskan lebih dari 300.000 warga sipil Tiongkok dan tentara tak bersenjata di Nanjing serta memperkosa 20.000 wanita pada tanggal 13 Desember 1937.

Ketika Chang, yang bernama Tionghoa Zhang Chunru, menemukan kebenaran setelah mengunjungi pameran foto di Amerika Serikat, ia merasa terdorong untuk bertindak.

"Ketika dia mengunjungi California pada tahun 1994, dia menemukan pameran foto tentang Pembantaian Nanjing di Cupertino, yang mengingatkannya pada cerita-cerita yang kami ceritakan kepadanya saat dia masih kecil. Kemudian dia hanya setengah yakin dengan cerita-cerita kami tentang Pembantaian Nanjing, karena dia pikir cerita-cerita itu terlalu berdarah. Dia tidak percaya, jadi dia bertanya kepada guru-gurunya tentang hal itu. Mereka mengaku tidak pernah mendengar tentang pembantaian itu. Bahkan perpustakaan setempat tidak memiliki informasi apa pun. Namun, melihat pameran itu, dia menegaskan bahwa cerita-cerita kami tentang pembantaian itu benar adanya. Foto-foto itu sangat mengejutkannya. Menyadari bahwa Jepang tidak mengakui atau mengajarkan sejarah ini -- dan bahkan menyangkalnya -- dia akhirnya menemukan kebenarannya. Karena tidak menemukan buku-buku berbahasa Inggris yang cukup meliput Pembantaian Nanjing, dia memutuskan untuk menulisnya sendiri. Tentu saja, kami mendukung keputusannya," jelas Zhang Yingying, ibu Chang.

Pada bulan Juli 1995, Chang pergi ke Nanjing untuk mengumpulkan bukti dan mewawancarai para penyintas Pembantaian Nanjing.

"Sebagai orang Tionghoa Amerika, dia tidak begitu fasih berbahasa Mandarin. Jadi dia menemui banyak kesulitan dalam mewawancarai para penyintas. Namun dia tidak memproses informasi dengan tergesa-gesa. Setelah mewawancarai para penyintas di siang hari, dia akan mencari tahu suara para penyintas kata demi kata di malam hari. Dia adalah seorang penulis yang sangat teliti," ungkap Liu Jiawen, yang bekerja di Memorial Hall of the Victims of the Nanjing Massacre by Japanese Invaders dan juga merupakan kurator pameran khusus tentang Chang.

"Saya pikir Chang sangat lembut ketika menghadapi para penyintas. Dia peduli dengan kondisi fisik dan kehidupan mereka. Namun ketika dia menghadapi kekuatan sayap kanan di Jepang dan beberapa pidato publik, dia selalu menjadi pejuang yang sangat kuat yang dapat menghadapi serangan-serangan ini secara langsung," imbuhnya.

"Sekarang bukunya sangat terkenal di Amerika Serikat. Itu adalah buku yang direkomendasikan oleh sekolah saya. Sekitar 10 tahun yang lalu ketika saya membacanya. Anda dapat membaca tentang sejarah dan, bagi sebagian orang, itu benar-benar menjadi nyata ketika Anda berada di sana. Saya pikir gambarannya, sulit untuk tidak merasa begitu patah semangat. Sungguh -- sangat menyedihkan. Sangat menyedihkan," ujar Stephanie, seorang pengunjung pameran dari Amerika Serikat.

Komentar

Berita Lainnya

Petani di wilayah Changfeng Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 14:51:7 WIB

banner
Pembalap Formula 1 asal Tiongkok Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 15:19:35 WIB

banner