Jumat, 22 Maret 2024 11:3:54 WIB

Para Cendekiawan Afrika Menunjuk Demokrasi Tiongkok sebagai Sumber Harapan
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Dennis Munene Mwaniki, Direktur Eksekutif China-Africa Center di Africa Policy Institute di Kenya (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Para cendekiawan dari benua Afrika mengatakan bahwa negara-negara Afrika dapat mengambil inspirasi dari sistem demokrasi Tiongkok, demokrasi yang berpusat pada seluruh proses yang menekankan pada pembangunan yang berpusat pada rakyat dan memastikan partisipasi dalam proses demokrasi.

Konsep "demokrasi rakyat yang menyeluruh" pertama kali dikemukakan oleh Presiden Tiongkok, Xi Jinping, selama tur inspeksi di Shanghai pada tahun 2019 saat mengunjungi kantor penjangkauan masyarakat.

Prinsip dasar di balik model demokrasi ini adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk terlibat dalam diskusi mengenai kepentingan mereka sendiri dan untuk mencapai titik temu yang berakar pada aspirasi kolektif dan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan.

Di sela-sela Forum Internasional tentang Demokrasi yang ketiga, yang dimulai pada hari Rabu (20/3) di Beijing, para pemikir Afrika mendiskusikan bagaimana model pemerintahan yang digerakkan oleh rakyat ini dapat diterapkan di negara mereka masing-masing.

"Seluruh proses demokrasi di Tiongkok, yang bagi saya berpijak pada tiga pilar. Yang pertama adalah berpusat pada rakyat. Kami menemukan bahwa Anda mengurus rakyat, Anda mengutamakan kebutuhan rakyat. Yang kedua adalah masalah kepemimpinan partai. Yang lainnya adalah masalah supremasi hukum. Demokrasi yang diterapkan di Tiongkok adalah salah satu hal yang dapat membantu Afrika untuk keluar dari masalahnya saat ini. Salah satu hal yang pertama adalah bahwa pemerintah datang dan pergi. Namun, masalah partai politik adalah salah satu yang menjadi pilar dari visi sebuah negara. Itulah salah satu hal yang berhasil ditambatkan oleh Tiongkok sejak awal berdirinya Partai Komunis Tiongkok pada tahun 1921 hingga saat ini, visi tersebut telah dibawa selama seratus tahun, selama satu abad, dan sekarang kita akan memasuki abad kedua. Kolaborasi dasar telah terjadi," jelas Dennis Munene Mwaniki, Direktur Eksekutif China-Africa Center di Africa Policy Institute di Kenya.

Yang lain menekankan bahwa untuk benua yang sangat menderita akibat warisan kolonialisme, kedaulatan dan pemerintahan sendiri adalah yang terdepan dalam aspirasi Afrika.

"Demokrasi yang diterapkan di Tiongkok adalah unik karena pada dasarnya memastikan bahwa rakyatnya adalah tuan di negaranya sendiri. Dan status sebagai penguasa negara ini adalah esensi dari demokrasi rakyat yang merupakan ciri khas demokrasi sosialis. Hal ini juga merupakan ciri yang paling menonjol dari demokrasi rakyat yang menyeluruh di Tiongkok," kata Marene P.R. Gbormie, seorang peneliti di African Development Associates di Liberia.

Abdulaziz Dino Gidreta, Direktur Sekolah Jurnalisme dan Komunikasi di Universitas Addis Ababa, mengatakan bahwa model Tiongkok memberikan alternatif bagi negara-negara lain untuk dipertimbangkan dan dipelajari ketika mereka mengejar jalan mereka sendiri menuju demokrasi.

"Saya pikir ada versi baru dari demokrasi yang diperkenalkan kepada dunia melalui Tiongkok dan pemerintah Tiongkok. Lebih seperti (sistem) yang berbasis rakyat dan berfokus pada rakyat. Semua ini telah menunjukkan kepada dunia bahwa demokrasi versi Tiongkok juga merupakan nilai dan pilihan demokrasi yang sedang berkembang di dunia. Hal ini juga menjadi pelajaran bagi banyak negara di dunia, termasuk negara-negara Afrika. Jadi saya pikir saya perlu tahu lebih banyak, membaca lebih banyak, tetapi tetap saja, saya pikir tampaknya ada banyak pekerjaan yang dilakukan di Tiongkok, lebih banyak dalam partisipasi rakyat, akar rumput, massa, orang-orang dalam prosesnya," ujar Gidreta.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner