Minggu, 10 November 2024 11:33:26 WIB
Pahlawan Indonesia Keturunan Tionghoa yang Turut Perjuangkan Kemerdekaan RI
Indonesia
DAAItv/AP Wira
Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan. John Lie atau yang dikenal dengan Jahja Daniel Dharma. Ia merupakan seorang perwira Angkatan Laut RI di masa penjajahan Jepang.
JAKARTA, Radio Bharata Online - Kemerdekaan Indonesia bisa diraih berkat perjuangan banyak pihak, termasuk para pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa. Demi memperjuangakan kemerdekaan bangsa, para pahlawan berjuang bersama tanpa memandang perbedaan suku, ras, dan agama.
Tidak sedikit pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa yang juga ikut berjuang membela negara. Para pejuang ini pun punya cara tersendiri dalam memperebutkan kemerdekaan Indonesia.
Berikut adalah beberapa pahlawan Indonesia keturunan Tionghoa yang turut andil dalam memperjuangkan kemerdekaan.
1. Liem Koen Hian
Liem Koen Hian merupakan seorang wartawan sekaligus pendiri Partai Tionghoa Indonesia (PTI). Selama berkarier menjadi wartawan, Liem mengambil haluan nasionalisme sejak tahun 1920-an dan menyalurkan gagasannya di koran Soeara Publiek.
Liem kerap menyerukan agar kaum Tionghoa yang lahir di Indonesia menjadi orang Indonesia, dengan visinya “Indesche Burgerschap yang harus menjadi Indonesierschap bagi para hoakiauw di Lam Yang (tanah Indonesia)”. Selain itu, Liem juga menuntut persamaan hak dan kewajiban serta jaminan kemerdekaan pers.
2. John Lie
Kemudian, ada Laksamana Muda TNI (Purn) John Lie Tjeng Tjoan. John Lie atau yang dikenal dengan Jahja Daniel Dharma. Ia merupakan seorang perwira Angkatan Laut RI di masa penjajahan Jepang.
Kala itu, John Lie berhasil menjalankan berbagai misi-misi menembus blokade Belanda untuk mengantarkan pelayaran kapal yang mengangkut komoditas ekspor. Misi itu dilakukannya dalam rangka memenuhi kas negara.
John Lie juga memimpin pelayaran kapal yang menyelundupkan senjata dan amunisi untuk dipergunakan dalam perjuangan melawan Belanda.
Pada tahun 1950, Lie juga dikenal aktif dalam menumpaskan gerakan pecah belah Republik Maluku Selatan (RMS) dan pemberontakan PRRI.
Atas jasa-jasanya, John Lie mendapatkan penghargaan sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 2009 di masa kepemimpian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
3. Tjia Giok Thwam
Tjia Giok Thwam atau yang dikenal sebagai Basuki Hidayat, adalah seorang pejuang keturunan Tionghoa yang terlibat dalam pertempuran. Saat berumur 18 tahun, Tjia Giok Thwam bergabung dalam Pasukan 19 Corps Mahasiswa Djawa Timur (CMDT).
Perjuangannya berlanjut sampai tahun 1950, saat ia melaksanakan tugas terakhirnya sebagai pasukan gerilya CMDT.
Setelah itu, dirinya resmi mundur dari dunia militer dengan pangkat terakhirnya yakni Letnan Dua (Letda) untuk melanjutkan studinya di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya.
Di tahun 1958, Tjia Giok Thwam menerima sejumlah tanda kehormatan atas jasa-jasanya sebagai pejuang kemerdekaan.
4. Sho Bun Seng
Sho Bun Seng adalah pegiat seni di masa penjajahan Belanda. Pada tahun 1926, Sho Bun Seng bergabung dalam kelompok gerilya di bawah kepemimpinan Letnan Kolonel Ismail Lengah.
Selain mencari senjata, Sho Bun Seng juga menjalankan ilfiltrasi ke organisasi-organisasi masyarakat Tionghoa pro Belanda sebagai mata-mata
Pada masa Revolusi Nasional Indonesia, ia berjuang di Padang dan bergabung dengan batalion Pagarruyung, kemudian bertugas di Jawa Barat dan Kalimantan Barat. Pada tahun 1958, ia pun memutuskan berhenti dari dunia militer dan kembali menggeluti seni.
5. Lie Eng Hok
Lie Eng Hok adalah wartawan yang pernah memelopori gerakan pemberontakan Banten terhadap pemerintah Hindia-Belanda. Lie Eng Hok pernah menjadi penghubung bagi teman-temannya yang juga kaum pergerakan kemerdekaan Indonesia agar pergerakan mereka tidak diketahui oleh Belanda.
Di dalam pemberontakan ini, Lie Eng Hok diam-diam mengamati gerak-gerik pasukan Belanda dan mengirimkan informasi-informasi yang ia dapatkan kepada para pejuang. Karena tindakan tersebut, ia sempat ditahan dan diasingkan ke Boven Digoel (Tanah Merah), Papua selama lima tahun, yakni dari 1927 hingga 1932.
Jasa-jasa Lie Eng Hok pun diakui oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 1959, dua tahun sebelum ia meninggal, pejuang tersebut diangkat menjadi Perintis Kemerdekaan RI. Ia kini dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Giri Tunggal, Semarang. [DAAItv]
Komentar
Berita Lainnya
Inflasi September 2022 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014 Indonesia
Selasa, 4 Oktober 2022 14:34:54 WIB
HUT ke-77 TNI, Jokowi Beri Tanda Kehormatan Bagi Tiga Prajurit TNI Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:4:36 WIB
Naik-Turun Bus TransJakarta Wajib Tempel Kartu, Saldo Minimum Rp5.000 Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:12:43 WIB
BMKG Minta Warga Waspada Gelombang 2,5 Meter di Empat Wilayah Laut NTT Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:33:18 WIB
Presiden Ingatkan TNI untuk Selalu Siap Hadapi Tantangan Geopolitik Global Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 14:31:19 WIB
Mesir Gelar Kegiatan Interaktif Belajar Bahasa Mandarin Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB
Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB
Pertemuan P20 di Buka Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB
Seluruh Biaya Perawatan Korban Kanjuruhan DItanggung Pemkab Malang Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB
Direktur PT Liga Indonesia Baru Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB
Kronologi Tragedi Kanjuruhan, 11 Tembakan Gas Air Mata Dilepaskan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB
Jokowi Minta Dewan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana dengan Hati-Hati Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
Sekjen PBB Prihatin Atas Insiden Penembakan di Thailand Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 15:55:21 WIB
Kirab Kebangsaan Merah Putih di Kota Pekalongan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 16:3:8 WIB
Mahfud Md Tidak Mempermasalahkan Media Asing Investigasi Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Sabtu, 8 Oktober 2022 8:53:51 WIB