JAKARTA, Bharata Online - Ada yang menarik dalam Art Jakarta 2025, yang di gelar di JIExpo Kemayoran Jakarta, Arena pameran yang ramai dengan pengunjung yang berlalu lalang melewati stand demi stan yang memajang berbagai karya seni kontemporer cdengan 75 galeri dari dalam dan luar negeri, ada satu stan denagn warna merah menyala dengan tulisan "From Chinatown With Love".
Tema "From Chinatown With Love", yang diusung Oliver Wiharja menjadi sebuah tema pameran yang kuat dan mengharukan. Ini merupakan bukti kekuatan seni sebagai kekuatan untuk koneksi dan pemahaman budaya. Di dunia yang bergerak begitu cepat, lukisan-lukisannya mengingatkan kita sejenak akan Indonesia yang begitu unik.
Lahir di Jakarta pada Desember 2001, Ollie mulai melukis sejak usia 6 tahun sebagai bagian dari terapi sensory-nya. Terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus, bakat dan ketertarikan Ollie terhadap dunia lukis terlihat sejak kanak-kanak. Guru pendamping Ollie saat itu adalah orang pertama yang melihat bakat lukis Ollie, dan kemudian mendaftarkan lukisan Ollie ke Japan Foundation untuk mengikuti lomba/pameran lukis anak-anak.
Setelah itu, Ollie mulai belajar melukis dari guru privat, dan banyak diundang untuk ikut berbagai pameran. Salah satu tonggak pencapaiannya adalah ketika Ollie mendapatkan First Prize award utk Visual Arts di ANCA World Autism Festival yang digelar di Vancouver, Canada, pada 2017 silam.
Karya-karya Oliver adalah bukti bahwa keterbatasan tidak pernah menjadi halangan untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna. Sebaliknya, keterbatasan itu bisa menjadi sumber kekuatan, yang mendorong kita untuk terus berkreasi dan berkontribusi.
Menurut ibunda Oliver, Sinhwi - tema "From Chinatown With Love" yang diusung Oliver kali ini adalah perjalanan yang menyentuh hati dan jiwa sebuah komunitas. Karya Oliver mampu melihat ritme tenang di Pecinan Semarang, tempat bisnis multi-generasi dan wajah-wajah yang familiar menciptakan rasa rumah dan keberlanjutan. Dalam setiap sapuan kuasnya Oliver juga dengan indah menggambarkan energi dinamis dan hiruk pikuk pecinan Glodok di Jakarta.
Lukisannya mampu mengungkapkan benang merah yang menyatukan tempat-tempat ini, mulai dari rasa hormat yang mendalam terhadap tradisi, rasa identitas yang kuat, hingga kekuatan komunitas yang abadi.
Melalui pameran ini, Oliver ingin mengajak kita untuk melihat melampaui permukaan dan sungguh-sungguh melihat hati dan jiwa komunitas-komunitas ini. Ia mengingatkan kita bahwa Baik itu pasar yang ramai di Glodok maupun gang yang tenang di Semarang, Pecinan ini lebih dari sekadar lingkungan; mereka adalah simbol identitas, kebanggaan, dan kebutuhan universal untuk terhubung. [Ahsan/Bharata Online]