Rabu, 14 Agustus 2024 10:58:38 WIB

BMKG Peringatkan Gempa Megathrust di Indonesia
Indonesia

Detik/Endro

banner

Dr. DARYONO, S.Si, M.Si, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG

SURABAYA, Radio Bharata Online - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperingatkan gempa megathrust 'tinggal tunggu waktu' untuk mengguncang Indonesia. Gempa berskala besar yang memicu tsunami itu berpotensi terjadi di dua megathrust Indonesia. 

Dalam rilisnya, BMKG menyebut ada kekhawatiran dari ilmuwan Indonesia terhadap Megathrust Selat Sunda dengan magnitudo (M) 8.7, dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, dua megathrust tersebut sudah lama tidak melepaskan energi besarnya.

Gempa bumi megathrust, adalah gempa bumi yang berasal dari zona megathrust. Menurut BMKG, megathrust merupakan daerah pertemuan (subduksi) antar lempeng tektonik Bumi, yang berpotensi memicu gempa besar dan tsunami. Para pakar memperkirakan megathrust bisa 'pecah' secara berulang, namun dengan jeda waktu hingga ratusan tahun.

Zona megathrust adalah istilah untuk menyebut jalur subduksi lempeng bumi yang sangat panjang, tapi relatif dangkal. Gempa megathrust digambarkan dengan menumpuknya lempeng bumi, di mana lempeng di bawah mendorong lempeng di atasnya.

Di Indonesia terdapat tiga zona megathrust yang termasuk dalam zona subduksi aktif. Yaitu subduksi Sunda mencakup Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, dan Sumba. Lalu ada subduksi Banda, subduksi Lempeng Laut Maluku, subduksi Sulawesi, subduksi Lempeng Laut Filipina, dan subduksi Utara Papua.

Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menjelaskan, ada kekhawatiran terhadap Seismic Gap Megathrust Selat Sunda M 8.7 dan Megathrust Mentawai-Suberut M 8.9. Pasalnya, area itu merupakan dua zona sumber gempa potensial, namun belum mengalami gempa besar dalam kurun waktu ratusan tahun lalu.

Menurut Daryono, rilis gempa di kedua segmen megathrust ini 'tinggal menunggu waktu', karena kedua wilayah tersebut sudah ratusan tahun belum terjadi gempa besar.  Megathrust Selat Sunda tercatat pernah terjadi pada tahun 1699 dan 1780 dengan M 8.5. Sementara MegathrustMentawai-Siberut, pernah gempa M 8.7 pada tahun 1797, dan M 8.9 pada tahun 1833.

Meski begitu, Daryono meminta masyarakat tidak khawatir, karena BMKG sudah menyiapkan sistem monitoring, prosesing, dan diseminasi informasi gempa bumi, serta peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat, sebagai upaya antisipasi dan mitigasi. (detik)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner