Jumat, 8 Maret 2024 18:53:40 WIB
Seminar yang disiarkan secara langsung dan eksklusif di channel Youtube Bharata Online itu menghadirkan pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya
Indonesia
Eko Satrio Wibowo

Pembawa acara dan para pembicara di seminar "Berbagi Peluang Baru Pembangunan Ekonomi: Mendorong Perkembangan Hubungan Ekonomi dan Perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok" (Bharata Online)
Jakarta, Radio Bharata Online - Bharata Production dan CGTN Indonesia menggelar seminar bertema "Berbagi Peluang Baru Pembangunan Ekonomi: Mendorong Perkembangan Hubungan Ekonomi dan Perdagangan antara Indonesia dan Tiongkok", pada hari Jum'at (8/3) di Jakarta.
Seminar yang disiarkan secara langsung dan eksklusif di channel Youtube Bharata Online itu menghadirkan pembicara-pembicara yang ahli di bidangnya, baik yang berasal dari Tiongkok maupun Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Murpin Josua Sembiring, S.E., M.Si., Guru Besar Ilmu Manajemen Entrepreneurship di Universitas Ciputra Surabaya, penting bagi Indonesia untuk memahami pasar Tiongkok dengan baik dan mengambil langkah strategis untuk memanfaatkan peluang yang ada, terutama terkait pengembangan pertanian pintar atau smart farming.
Ia pun berharap bahwa Tiongkok memiliki niat yang tulus untuk mentransfer teknologi dan ilmu pengetahuan yang dimilikinya kepada Indonesia tanpa harus menyebabkan ketergantungan. "Jangan mengulangi gagalnya negara-negara maju yang mendikte bangsa Indonesia dan menciptakan ketergantungan jangka panjang," ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Kajian Strategis Gentala Institute, Christine Susanna Tjhin, mengatakan bahwa Indonesia harus mencontoh Tiongkok yang mengutamakan teknologi dan inovasi tidak hanya ke dalam perekonomiannya, tetapi juga ke dalam kehidupan bermasyarakat secara meluas. Menurutnya, pendekatan itu dapatmembantu Indonesia keluar dari perangkap pendapatan menengah dan menciptakan perekonomianberbasis inovasi yang inklusif.
"Jika kita melihat data terakhir dari UNESCO, pengeluaran pemerintah Tiongkok untuk sektor pendidikan tercatat sebesar 3,3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini artinya, Tiongkok menghabiskan 3,3 persen dari pendapatan nasionalnya untuk pendidikan. Indonesia mencatat 3 persen dari PDB. Untuk sektor riset dan pengembangan, Tiongkok mengeluarkan 2,5 persen dari PDB sedangkan Indonesia hanya 0,28 persen dari pendapatan nasionalnya," jelasnya.
Selain dua pakar di atas, seminar ini juga turut menghadirkan Dr. Xu Feibiao, Periset Senior Institut Riset Hubungan Internasional Kontemporer Tiongkok dan Direktur Pusat Studi BRICS dan G20 Tiongkok, Dr. Zhang Xuegang, Direktur dan Periset Institut Hubungan Internasional Kontemporer Tiongkok (CICIR), Veronika Sintha Saraswati, Pelaksana Unit Study Tiongkok, Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), serta Fathan Sembiring, Direktur Hubungan Pemerintah dan Pengelolaan Masyarakat Gentala Institute.
Komentar
Berita Lainnya
Kegiatan interaktif tentang adat istiadat Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB

Untuk memperkuat ketahanan pangan nasional yang berkedaulatan dan mandiri Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

Presiden Jokowi akan membuka secara resmi acara P20 tersebut pada pukul 1300 WIB Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

Biaya Perawatan Para korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB

Kapolri Jenderal Pol Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB

Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo membeberkan kronologi tragedi di Stadion Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB

Presiden Joko Widodo berpesan kepada dewan direksi supaya hati-hati dalam mengelola dana BPJS Ketenagakerjaan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
