Jumat, 24 November 2023 9:54:44 WIB

Tiongkok menyambut kembali jenazah para martir yang terbunuh 70 tahun lalu di Korea Selatan dengan penghormatan tertinggi
Tiongkok

Endro

banner

Sebuah pesawat angkut Y-20 Angkatan Udara Tiongkok tiba di Bandara Internasional Shenyang Taoxian di Provinsi Liaoning Tiongkok Timur Laut pada tanggal 23 November 2023, membawa kembali dari Korea Selatan, sisa-sisa 25 martir Relawan Rakyat Tiongkok yang mengorbankan hidup mereka dalam Perang membantu Korea Melawan Agresi AS (1950-53). Foto: VCG

BEIJING, Radio Bharata Online - Sebuah pesawat angkut Y-20 Angkatan Udara Tiongkok, tiba di Bandara Internasional Shenyang Taoxian di Provinsi Liaoning Tiongkok Timur Laut pada hari Kamis, membawa pulang dari Korea Selatan sisa-sisa 25 martir Relawan Rakyat Tiongkok (CPV), yang mengorbankan hidup mereka dalam Perang membantu Korea Selatan Melawan Agresi AS tahun 1950-1953.

Saat pesawat angkut, dikawal oleh dua jet tempur siluman J-20, secara perlahan melewati "pintu air" yang dibentuk oleh dua semburan air yang ditembakkan dari truk pemadam kebakaran di kedua sisi pesawat, sebagai simbol penghargaan tertinggi dalam industri penerbangan sipil Tiongkok.

Sementara itu, dua jet tempur J-20 terbang pada ketinggian yang sangat rendah, sebagai bentuk penghormatan mendalam kepada para pahlawan CPV.

Untuk menyambut kembalinya para pahlawan dengan penghormatan tertinggi, lebih dari 1.000 orang dari berbagai kalangan, menunggu dengan khidmat di landasan bandara di tengah salju lebat, termasuk 10 perwakilan keluarga para pahlawan.

Di antara mereka yang hadir di bandara, terdapat 13 perwakilan mahasiswa yang datang jauh-jauh dari Taiwan, Hong Kong dan Makau. Sekitar 70 tahun yang lalu, lebih dari 20 mahasiswa dari Hong Kong, juga bergabung dengan CPV, dan berjuang di garis depan selama perang.

Sejumlah veteran CPV juga terlihat di lokasi. Meskipun semuanya berusia lebih dari 90 tahun, namun bagi banyak orang, ini adalah kali ke-10 mereka menyambut teman lama kembali ke rumah.

Peti mati para martir diatur dengan hati-hati di dalam Y-20, sebelum penjaga kehormatan membungkus mereka dengan bendera nasional Tiongkok, dan membawanya keluar dari pesawat. Pusaran salju yang jatuh di atas peti mati membangkitkan kenangan masyarakat Tiongkok, akan para pemuda pemberani yang menyeberangi Sungai Yalu, untuk memperjuangkan tanah air mereka dalam kondisi buruk.

Sambil menonton siaran berita CCTV secara daring di Sina Weibo, seorang warganet memposting bahwa, “Buku-buku sejarah terlalu kecil untuk memuat kehebatan mereka, namun buku-buku tersebut juga terlalu besar untuk kita ketahui namanya, kita hanya mengenal mereka sebagai ‘pahlawan’.”  (Global Times)

Komentar

Berita Lainnya