Senin, 27 Mei 2024 10:35:9 WIB

KTT Trilateral Diharapkan Dapat Mengembalikan Momentum Kerja Sama antara Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan
International

Eko Satrio Wibowo

banner

Rong Ying, peneliti senior di China Institute of International Studies (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Seorang pakar mengatakan pada hari Minggu (26/5) bahwa KTT trilateral antara Tiongkok, Jepang dan Korea Selatan diharapkan dapat mengembalikan kerja sama regional ke jalur yang benar dan menjadi mekanisme penting bagi negara-negara tersebut untuk mengatasi tantangan-tantangan baru yang dihadapi bersama.

Para pemimpin dari tiga negara Asia itu telah berkumpul di Seoul untuk menghadiri Pertemuan Puncak Trilateral kesembilan yang dijadwalkan pada hari Minggu (26/5) hingga Senin (27/5), lebih dari empat tahun setelah terakhir kali diadakan pada tahun 2019.

Setelah kedatangannya pada hari Minggu (26/5), Perdana Menteri Tiongkok, Li Qiang, bertemu dengan Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol, dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, di ibu kota Korea Selatan.

Menjelang acara yang sangat dinanti-nantikan itu, CGTN mengundang Rong Ying, peneliti senior di China Institute of International Studies, untuk berbagi wawasan tentang prospek peningkatan hubungan trilateral tersebut. Rong percaya bahwa sudah ada tanda-tanda positif yang ditunjukkan dalam pertemuan bilateral.

"Saya pikir ada banyak hal yang bisa diharapkan, dan yang paling penting menurut saya tentu saja normalisasi kerjasama trilateral. Hubungan bilateral, yang menjadi dasar dari hubungan trilateral, juga dapat diharapkan untuk terus berada di jalur peningkatan. Hal ini juga sangat penting dan telah diindikasikan dengan sangat positif oleh pertemuan antara Perdana Menteri Li Qiang dan Presiden Yoon. Secara keseluruhan, saya pikir ini adalah awal dari babak baru kerja sama trilateral," katanya.

Pada tahun 1999, para pemimpin Tiongkok, Jepang dan Republik Korea mengadakan pertemuan sarapan pagi di sela-sela KTT ASEAN Plus Three (10 plus 3) di Filipina, yang menandai dimulainya proses kerja sama trilateral. Pada tahun 2008, para pemimpin ketiga negara bertemu untuk pertama kalinya di luar kerangka kerja 10 plus 3, membawa kerja sama trilateral ke dalam babak baru.

Meninjau kembali perkembangan kerja sama trilateral, Rong mencatat bahwa tonggak-tonggak sejarah tersebut dicapai ketika ketiga negara tersebut bergulat dengan beberapa tantangan yang sama. Dan ketika krisis regional dan global baru muncul, ia menyerukan agar ketiga pihak menindaklanjuti pemahaman bersama yang penting dan memperluas kerja sama di lebih banyak bidang.

"Saya pikir ide kerja sama trilateral pertama kali muncul ketika ketiga negara dan kawasan Asia Timur Laut secara keseluruhan menghadapi masalah dan tantangan pada tahun 1999. Saat itu Asia dilanda krisis (keuangan) Asia dan kemudian pada tahun 2008, ketika pertemuan puncak itu berlangsung, itu terjadi di tengah-tengah krisis keuangan global," katanya.

"Sekarang saya pikir kawasan ini dan ketiga negara tersebut juga menghadapi tantangan yang sama. Tetapi bagaimana melanjutkan kerja sama itu - mengikuti komitmen, prinsip-prinsip yang telah dicapai di tingkat bilateral dan juga untuk tujuan trilateral. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah saya pikir ketiga pihak, ketiga negara perlu bekerja sama untuk menjajaki bidang-bidang kerja sama yang baru," ujar Rong.

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner