Sabtu, 29 April 2023 8:21:56 WIB

Laut yang semakin hangat menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi ilmuwan
International

AP Wira

banner

Para peneliti menemukan bahwa suhu laut meningkat dengan kecepatan yang semakin cepat. (Foto: Jonathan Nackstrand/AFP]

JAKARTA, Radio Bharata Online  -  Beberapa waktu belakangan ini, cuaca panas ekstrem terjadi di sejumlah wilayah dunia, seperti Indonesia, China, Thailand, Bangladesh, Myanmar, Laos, dan India. Bahkan, Bangladesh sempat menembus suhu di atas 50 derajat celsius.

Namun, ternyata suhu yang mendidih tidak hanya terjadi pada cuaca, tetapi juga lautan global. Beberapa waktu ini, temperatur samudra mendadak meningkat hingga mencapai rekor.

Dilansir dari Metro, sejak 1 April 2023 lalu, temperatur lautan tembus hingga 21,1 derajat Celsius selama enam hari berturut-turut. Angka itu disebut sebagai rekor baru bila dibandingkan dengan catatan suhu pada 2016, yakni 21 derajat Celsius.

"Belum diketahui secara pasti mengapa perubahan bisa begitu cepat terjadi," kata ahli kelautan di tim penelitian Mercator Ocean International, Karina Von Schuckmann, dikutip Sabtu (29/4/2023).

Sejauh ini, ilmuwan masih meneliti penyebab suhu laut yang mendadak hangat. Kemungkinan besar, fenomena ini berkaitan dengan dimulainya El Nino serta pemanasan global. Jika demikian, suhu lautan berpotensi terus naik dan kembali mengukir rekor dalam waktu dekat.

Laut yang semakin hangat menimbulkan sejumlah kekhawatiran bagi ilmuwan, termasuk pengaruh terhadap suhu global secara keseluruhan. Dikaitkan dengan ramalan El Nino yang kuat selama beberapa bulan ke depan, fenomena ini disebut dapat membuat bumi mendekati peningkatan suhu global sebesar 1,5 derajat Celsius.

Ahli kelautan National National Oceanic and Atmospheric Administration, Gregory C Johnson, mengatakan bahwa pemicu suhu air laut meningkat bukan hanya El Nino. Namun, ada sejumlah gelombang panas laut atau titik pemanasan tak sesuai dengan pola El Nino, seperti di Pasifik utara dekat Alaska dan lepas pantai Spanyol.

"Ini adalah pola yang tidak biasa. Ini adalah peristiwa ekstrem dalam skala global, adalah sinyal yang sangat besar. Saya pikir akan membutuhkan beberapa tingkat upaya untuk memahaminya," cetus pakar dari Princeton University, Gabe Vecchi.

Sebagai informasi, terakhir kali El Nino menerpa Bumi adalah pada 2016. Kemudian, fenomena El Nino digantikan oleh fenomena cuaca La Nina yang dingin. Meskipun tanpa El Nino, suhu Bumi dinilai akan terus meningkat.

Fakta ini juga menunjukkan bahwa suhu yang terjadi merupakan yang terpanas. Fakta selanjutnya adalah akibat yang ditimbulkan cukup berbahaya. Akibat yang ditimbulkan ini memang perlu diwaspadai. Ada beberapa dampak dari memanasnya suhu laut. Banyak es yang mencair. Hal ini mengakibatkan volume air laut meningkat. Meningkatkan volume air laut akan mengancam warga yang tinggal di daerah pesisir.

Suhu laut memanas juga berdampak pada potensi badai. Diperkirakan bahwa badai akan muncul dengan kekuatan yang sangat dahsyat. Hal ini disebabkan oleh daur air yang tidak stabil sehingga proses daurnya terganggu. Kemudian dampak selanjutnya adalah banjir. Potensi banjir juga akan lebih sering dibandingkan sebelumnya.

Tidak hanya itu saja, hal yang lebih berbahaya adalah kondisi makhluk yang ada di laut. Jika laut yang memanas bisa berdampak pada kehidupan daratan apalagi dengan kehidupan laut.  Ikan-ikan dan terumbu karang akan terkena dampaknya. Sehingga ikan akan mengalami kepunahan karena faktor alam. Keadaan ini memang mengerikan sebab cuaca ekstrim akan terus terjadi. Pemanasan global berakibat pada pemanasan laut.

sumber: Metro 

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 yang dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner
Giorgia Meloni International

Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB

banner