Senin, 14 November 2022 16:22:18 WIB

Kerja Sama Filipina-Tiongkok dalam ‘Moment Asia’
Indonesia

Herman Tiu Laurel

banner

Herman Tiu Laurel jurnalis senior dan pendiri wadah pemikir PHILIPPINE-BRICS Strategic Studies

Tiga pertemuan besar pemimpin dunia regional dan internasional diadakan di Asia, yaitu APEC 2022 dengan tema ‘Keseimbangan di Semua Aspek’ yang diselenggarakan oleh Thailand, ASEAN dengan tema ‘Bersama Lebih Kuat’ yang diselenggarakan oleh Kamboja, dan G20 2022 dengan tema ‘Pulih Bersama, Bangkit Lebih Kuat’ yang diselenggarakan oleh Indonesia.

 

Populasi Asia pada tahun 2050 diproyeksikan tumbuh menjadi 5,26 miliar dan akan terdiri dari 54 persen populasi dunia pada saat itu, ditambah dengan andilnya dalam perekonomian dunia, hal itu memang akan menjadi kelanjutan dari Abad Asia dan Asia sebagai pusat pertumbuhan global dan pusat stabilitas dunia.

 

Kebangkitan Tiongkok dalam membawa serta ASEAN dan sejumlah dunia lainnya, termasuk negara-negara sepanjang Sabuk dan Jalan (BRI) telah meyakinkan dunia akan kelayakan optimal pola pembangunan Tiongkok serta kebijaksanaan sistemnya yang dapat dipelajari oleh komunitas global. ASEAN telah tumbuh dalam suasana stabilitas dan perdamaian dengan kerja sama Tiongkok yang menganulir isu-isu regional, seperti sengketa Laut Tiongkok Selatan, agar tidak menjadi isu perpecahan, ketegangan dan konflik. Tiongkok dan ASEAN menunjukkan kepada dunia cara orang Asia mencapai keharmonisan dan perdamaian melalui dialog dan kerja sama, dan dengan demikian hal ini menjadi contoh yang tepat untuk membuat dunia terkesan. Pada saat yang sama, hal ini telah meningkatkan kredibilitas inisiatif pengorganisasian multilateral dan multipolar Tiongkok seperti BRICS plus, SCO, RCEP, dan lain sebagainya.

 

Kerja sama Filipina-Tiongkok yang dimulai pada tahun 1975 dengan penjalinan hubungan diplomatik Filipina-Tiongkok pada masa jabatan Presiden Ferdinand Edralin Marcos Sr hampir terputus setelah revolusi warna tahun 1986. Kini, selama ‘Momen Asia’ ini, hubungan dan kerja sama Filipina-Tiongkok telah menjadi sebuah faktor yang penting, karena AS mengandalkan Filipina sebagai landasan peluncurannya untuk mendukung destabilisasi AS di Asia guna mencegah Momen Asia agar tidak berlanjut menjadi Abad Asia.

 

Presiden Ferdinand R. Marcos Jr. diperkirakan akan melakukan kunjungan kenegaraan ke Tiongkok dan bertemu dengan Presiden Xi Jinping pada bulan Januari 2023, dan sebagian besar proyek kerja sama strategis antara Presiden Tiongkok dan pemerintahan sebelumnya yang telah dihentikan akan ditinjau kembali, diperbarui dan ditingkatkan. Hubungan antar kedua negara diharapkan dapat diperkuat dan ditingkatkan.

 

Pertumbuhan ekonomi Filipina menunjukkan tunas hijau setelah dua setengah tahun krisis berkelanjutan dari pandemi hingga perang yang berkecamuk di Eropa timur, dengan pertumbuhan 7,6 persen pada kuartal ketiga tahun 2022, sebagian besar karena perdagangan dengan Tiongkok. Setelah pertemuan antara Presiden Xi dan Presiden Marcos, tentu akan semakin cepat hingga tahun-tahun berikutnya selama kedua negara dan ASEAN menjaga stabilitas kawasan.

 

Begitulah pentingnya primordial kerja sama strategis antara Filipina-Tiongkok dalam periode penting abad ke-21 ini di masa ‘Momen Asia’. Sebelumnya, pada tahun 2018 Presiden Rodrigo Duterte pernah memprediksi bahwa hubungan Filipina dengan Tiongkok akan "mekar seperti bunga yang besar dan indah", sekarang, Filipina juga dapat mengharapkan agar tamannya yang rimbun pun bisa tumbuh dengan subur.

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner