Minggu, 5 Desember 2021 6:41:36 WIB

Tangis Warga Lihat Rumah dan Harta Benda Musnah Tertimbun Erupsi Semeru
Tiongkok

Angga Mardiansyah

banner

Warga yang mengabarkan kondisi rumahnya terpendam pasir (Foto: M Rofiq/detikcom)

Sebagian pengungsi Semeru kembali ke rumahnya di Dusun Curah Kobokan, Desa Supit Urang. Mereka ingin melihat kondisi rumahnya dan berusaha mengambil harta benda yang masih tersisa usai Semeru erupsi.

Namun saat di lokasi rumahnya, mereka tidak lagi melihat bangunan. Yang ada hanya hamparan luas pasir dan abu vulkanik dengan pohon kelapa yang warnanya tidak lagi hijau. Harapannya untuk mencari sisa-sisa harta bendanya pun musnah sudah. Uang, kendaraan, hewan ternak serta surat-surat penting yang dimiliki pun tidak tampak lagi.

Sunarto hanya terdiam terpaku. Matanya hanya bisa berkaca-kaca saat mampu melihat atap rumahnya saja. Sementara bangunan rumahnya yang utuh hancur dan tertimbun pasir awan panas.

"Semuanya rumah hancur dan hewan ternak mati. Kalau masih ada itu juga tertimbun pasir, susah diambil tanpa bantuan," kata pria yang berusia 50 tahun tersebut, Minggu (5/12/2021).

Dirinya mengaku jerih payahnya selama bertahun-tahun dan rumah yang dibangun sejak awal dengan cara menabung hilang tak tersisa.

"Harus dari awal lagi," jelas bapak empat anak ini sembari duduk termangu.

Beberapa saat kemudian, dia beranjak dari tempat duduk yang tak lain pasir dan abu vulkanik. Sejurus kemudian dirinya kembali ke tempat pengungsian. Dia mengabarkan kondisi rumahnya ke istri dan kerabatnya. Tangis pun pecah.

"Ilang kabeh mak, dicubo tenan awak dewe (Hilang semua bu, kita benar-benar diberi cobaan," katanya sembari berurai air mata memeluk keluarganya, Minggu (5/12/2021).

Dia berharap pemerintah membantu warganya yang mengalami kesusahan. Dia dan warga lain sudah tidak memiliki apa-apa. "Namung siji pak, mugo-mugo rakyat dibantu sing kondisi e ngene. Wis entek kabeh (Permintaan saya satu, semoga rakyat dibantu yang kondisinya seperti ini. Sudah habis semua sekarang)," tambahnya.

Hari ini, sebagian pengungsi pria melihat kondisi rumahnya pasca erupsi Semeru. Mereka tetap berada di pengungsian agar jauh dari lokasi bencana. Mereka juga berjaga-jaga bila ada erupsi susulan yang terjadi.

"Wis nang kene ae durung aman nek mbalek mrono. Lagian omahe entek ga nok siso (Di sini saja, di sana tidak aman kalau kembali kesana. Apalagi rumah sudah habis tanpa sisa)," tambahnya.

Kepada detikcom, Sunarto menuturkan sebelum awan panas menerjang, hujan deras telah turun sejak siang. Kemudian pada sorenya terdengar suara gemuruh dari kawah. Sekitar 30 menit, baru terlihat muntahan awan panas.

"Awalnya hujan deras sejak siang sebelum Gunung Semeru muntahkan awan panas dan banjir lahar hujan di Sungai Curah Kobokan," tutur Sunarto.

"Dari kawah sebelumnya, keluar bunyi gemuruh, sekitar 30 menit langsung keluar muntahan awan panas. Dan warga semua berlarian," imbuh Sunarto.

Sebelumnya, Gunung Semeru erupsi sekitar pukul 14.47 WIB. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beberapa desa yang terdampak awan panas Gunung Semeru, yakni Kecamatan Pronojiwo meliputi Desa Curah Kobokan dan Desa Supiturang. Serta Kecamatan Candipuro meliputi Desa Sumberwuluh.

Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar menyebut 12 orang meninggal di kawasan Curah Kobokan. 41 Korban mengalami luka bakar lahar panas, 2 di antaranya ibu hamil yang mengandung usia 8 dan 9 bulan. Mereka dirawat di Puskesmas dan RS untuk perawatan intensif. Rata-rata korban mengalami luka bakar di wajah, tangan, kaki hingga sekujur tubuhnya.detiknews

Komentar

Berita Lainnya