Selasa, 17 Januari 2023 10:40:50 WIB
Janji Senjata Berat NATO ke Ukraina, Menyeret Banyak Pihak ke Dalam Kebuntuan Jangka Panjang
Indonesia
Endro
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg berbicara selama konferensi pers menjelang pertemuan Menteri Pertahanan aliansi di markas NATO di Brussels pada 15 Maret 2022. Foto: AFP
BEIJING, Radio Bharata Online – Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Jens Stoltenberg pada hari Minggu mengatakan, bahwa ia mengharapkan: "Lebih banyak lagi pengiriman senjata ke Ukraina dalam waktu dekat."
Namun para ahli mengingatkan, pengiriman lebih banyak senjata berat, hanya akan mendorong Ukraina lebih dalam ke jurang perang proksi. Ini membuat kemungkinan negosiasi semakin kecil, dan pada saat yang sama, pihak-pihak yang terlibat perang bisa menemui jalan buntu untuk jangka panjang.
Langkah terbaru NATO dilakukan setelah baru-baru ini pasukan Ukraina tegang di garis depan. Selain itu, NATO kemungkinan juga ingin menggunakan langkah tersebut, untuk menunjukkan dukungan kepada Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Konflik Rusia-Ukraina juga sebenarnya terus mengalami peningkatan ketegangan. Menurut Dewan Keamanan Belarus, Rusia memulai latihan angkatan udara bersama dengan Balarus sejak Senin (16/1), yang akan berlangsung hingga 1 Februari.
Wang Xiaoquan, seorang ahli dari Institut Studi Rusia, Eropa Timur dan Asia Tengah di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, kepada Global Times mengatakan, pasukan Rusia memulai serangan musim dingin dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dan saat ini berada di atas angin dalam hal persenjataan dan moral. Menurut Wang, latihan bersama Rusia-Belarus dapat menjadi bagian dari persiapan serangan musim dingin, untuk mencegah dan menahan pasukan Ukraina. Pada titik ini, jika Barat tidak menyediakan lebih banyak senjata berat, seperti tank tempur utama, Ukraina mungkin berisiko mengalami kekalahan besar.
Tetapi menurut Cui Heng, asisten peneliti dari Pusat Studi Rusia Universitas Normal Tiongkok Timur, pengiriman senjata berat juga berarti bahwa situasinya tidak akan mereda dalam waktu dekat. Heng mengatakan, sikap NATO membawa para pihak semakin jauh dari meja perundingan.
Pengamat berpendapat, bahwa durasi perang menjadi lebih lama memang tujuan utama NATO pimpinan AS. Mereka berkeyakinan, bahwa strategi Barat yang dipimpin AS adalah menggunakan Ukraina untuk menguras sebanyak mungkin kekuatan Rusia. (Global Times)
Komentar
Berita Lainnya
Inflasi September 2022 1,17 Persen, Tertinggi Sejak Desember 2014 Indonesia
Selasa, 4 Oktober 2022 14:34:54 WIB
HUT ke-77 TNI, Jokowi Beri Tanda Kehormatan Bagi Tiga Prajurit TNI Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:4:36 WIB
Naik-Turun Bus TransJakarta Wajib Tempel Kartu, Saldo Minimum Rp5.000 Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:12:43 WIB
BMKG Minta Warga Waspada Gelombang 2,5 Meter di Empat Wilayah Laut NTT Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 10:33:18 WIB
Presiden Ingatkan TNI untuk Selalu Siap Hadapi Tantangan Geopolitik Global Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 14:31:19 WIB
Mesir Gelar Kegiatan Interaktif Belajar Bahasa Mandarin Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 15:20:17 WIB
Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia
Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB
Pertemuan P20 di Buka Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB
Seluruh Biaya Perawatan Korban Kanjuruhan DItanggung Pemkab Malang Indonesia
Kamis, 6 Oktober 2022 14:48:18 WIB
Direktur PT Liga Indonesia Baru Jadi Tersangka Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 10:59:49 WIB
Kronologi Tragedi Kanjuruhan, 11 Tembakan Gas Air Mata Dilepaskan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 11:9:42 WIB
Jokowi Minta Dewan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Kelola Dana dengan Hati-Hati Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 14:43:21 WIB
Sekjen PBB Prihatin Atas Insiden Penembakan di Thailand Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 15:55:21 WIB
Kirab Kebangsaan Merah Putih di Kota Pekalongan Indonesia
Jumat, 7 Oktober 2022 16:3:8 WIB
Mahfud Md Tidak Mempermasalahkan Media Asing Investigasi Tragedi Kanjuruhan Indonesia
Sabtu, 8 Oktober 2022 8:53:51 WIB