Rabu, 31 Agustus 2022 6:39:13 WIB

Tiongkok Desak AS Segera Kembalikan Aset Afghanistan Senilai Rp137 Triliun
Tiongkok

Thomas Rizal

banner

30 Agustus 2022 menandai setahun setelah Amerika Serikat menarik pasukannya dari Afghanistan. (Arghand/Xinhua)

BEIJING, Radio Bharata Online - Tiongkok mendesak Amerika Serikat untuk mengembalikan aset Afghanistan yang dibekukan senilai 7 miliar dolar AS atau sekitar Rp137 triliun. Sebanyak 25 juta orang Afghanistan masih terjebak dalam kemiskinan akibat tindakan AS itu.

Menurut jajak pendapat CGTN, hampir empat dari lima orang di Afghanistan percaya perang AS melawan negara mereka tidak mencapai tujuannya dan merupakan "kegagalan total."

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian mengatakan pada konferensi pers Selasa (30/8/2022) bahwa hasil jajak pendapat itu mewakili pandangan rakyat Afghanistan dan masyarakat internasional tentang perang yang telah berlangsung selama dua dekade di Afghanistan.

"Perang yang diluncurkan oleh AS telah meninggalkan mimpi buruk yang berkepanjangan bagi rakyat Afghanistan. Kampanye kontra-terorisme selektif AS hanya memperburuk terorisme di Afghanistan, yang sekarang memiliki lebih banyak kelompok teroris daripada sebelum perang," kata Zhao dalam keterangannya.

Di antara responden Afghanistan, 78,2 persen mengatakan menggulingkan pemerintah negara berdaulat atas nama memerangi terorisme adalah "sepenuhnya salah". Di antara responden global, 80,4 persen mengatakan ketika pasukan AS meninggalkan Afghanistan, penyebab terorisme lokal masih ada.

Hanya 8,9 persen warga Afghanistan yang disurvei percaya bahwa AS telah menepati janjinya untuk “membangun Afghanistan yang stabil, kuat dan makmur”.

Sebanyak 74,1 persen responden Afghanistan mengatakan tindakan AS membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai 7 miliar dolar AS sebagai "murni penjarahan".

AS telah menarik pasukannya pada 30 Agustus 2021. Menurut Zhao, setahun kemudian "luka menganga" yang dirobek oleh AS melalui kekerasan dan penjarahan masih berdarah.

"Alih-alih merefleksikan tanggung jawabnya, AS terus menghambat rekonstruksi Afghanistan. Menurut angka terbaru dari Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan, 25 juta warga Afghanistan hidup dalam kemiskinan dan 3 juta anak Afghanistan tidak dapat kembali ke sekolah," ucap Zhao.

Menurut sebuah laporan yang dikeluarkan oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan, situasi hak asasi manusia telah diperburuk oleh krisis ekonomi, keuangan dan kemanusiaan nasional dengan skala yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Setidaknya 59 persen dari populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan pada 15 Juni 2022 – meningkat 6 juta orang dibandingkan dengan awal tahun 2021.

"AS perlu menanggapi suara keras rakyat Afghanistan dan masyarakat internasional, segera mengembalikan aset bank sentral Afghanistan, mengambil tindakan nyata untuk menyembuhkan luka rakyat Afghanistan, dan menunjukkan pertanggungjawaban kepada dunia," pungkas Zhao.

Komentar

Berita Lainnya