Rabu, 5 Januari 2022 4:24:12 WIB

Tiongkok Lockdown Kota Berpopulasi 1,7 Juta Gara-gara 3 Kasus Covid
Tiongkok

Angga Mardiansyah

banner

Ilustrasi lockdown di China. (AFP/STR)

Tiongkok menerapkan lockdown di Kota Yuzhou, Provinsi Henan, setelah wilayah tersebut mendeteksi tiga kasus Covid-19 tanpa gejala dalam beberapa hari belakangan. Sekitar 1,7 juta warga di kota ini harus berdiam diri di rumah mulai Senin (3/1).

\r\n\r\n

AFP melaporkan bahwa berdasarkan aturan lockdown ini, pemerintah juga menghentikan layanan transportasi umum, seperti bus dan taksi. Mereka juga menutup pusat perbelanjaan, museum, dan tempat wisata.

\r\n\r\n

Sehari setelah penerapan lockdown ini, Selasa (4/1), Tiongkok kembali melaporkan tambahan 175 kasus baru Covid-19 baru. Sebanyak lima kasus berasal dari Provinsi Henan.

\r\n\r\n

Meski penambahan kasus harian di Tiongkok tak setinggi negara lain, infeksi virus corona dalam beberapa minggu terakhir ini merupakan yang tertinggi di Negeri Tirai Bambu sejak Maret 2020.

\r\n\r\n

Kota lain yang juga mengalami lockdown, yakni Xi'an, mencatat kenaikan kasus sebanyak 95 pada Selasa. Kota ini telah dikunci selama hampir dua minggu.

\r\n\r\n

Sejak 9 Desember, Xi'an melaporkan lebih dari 1.600 kasus. Namun, angka infeksi di kota ini berangsur turun dalam beberapa hari terakhir, dibanding yang terjadi di pekan sebelumnya.

\r\n\r\n

Tiongkok juga menghukum dan memecat pejabat yang dinilai tak becus menangani pandemi Covid-19. Di Xi'an, dua pejabat Partai Komunis China (PKC) dicopot dari jabatan mereka karena dinilai kurang teliti dalam mengendalikan wabah.

\r\n\r\n

Bulan lalu, badan disipliner Tiongkok mengumumkan belasan pejabat dihukum karena gagal mencegah penyebaran virus corona di kota mereka.

\r\n\r\n

Tiongkok dikenal mengendalikan pandemi dengan strategi nol-Covid. Mereka kerap melakukan pembatasan ketat dan penguncian wilayah jika ditemukan satu saja kasus Covid-19.

\r\n\r\n

Namun, strategi ini terkadang dianggap terlalu ketat. Di Xi'an, pemerintah melarang warga keluar rumah, termasuk untuk membeli makan.

\r\n\r\n

Pemerintah seharusnya menyalurkan bantuan makanan. Namun, mereka sendiri mengaku kesulitan mengantarkannya. Pada akhirnya, warga menjerit kelaparan.

\r\n\r\n

"Bagaimana kami bisa hidup? Apa yang harus kami makan?" ujar salah satu warga Tiongkok pengguna media sosial Weibo, mengomentari keputusan lockdown di Kota Xi'an.

\r\n\r\n

"Beberapa hari lalu, kami setidaknya bisa keluar rumah satu kali untuk membeli makanan, tapi [aturan itu] sudah diubah. Sekarang, aplikasi belanja virtual juga antara sudah kehabisan, atau di luar jangkauan pengiriman."

Komentar

Berita Lainnya