Minggu, 23 Januari 2022 6:25:9 WIB

Peluncuran Buku "Sultan Agung dalam Goresan S Sudjojono\" di Gelar di Solo Jawa Tengah
Tiongkok

Bagas sumarlan

banner

Saat Peluncuran Buku Sultan Agung dalam goresan S Sudjojono

Buku "Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono" resmi diluncurkan pada Sabtu (22/1/2022) di Tumurun Private Museum, Kota Solo. Peluncuran buku tersebut sebagai puncak rentetan Pameran Mukti Negeriku Perjuangan Sultan Agung melalui Goresan S. Sudjojono. Buku setabel 138 halaman mengupas lengkap latar belakang, makna, nilai dan konteks sejarah lukisan karya S. Sudjojono. Setiap halaman menceritakan bagaimana 38 sketsa studi yang dibuat secara langsung oleh S. Sudjojono, diterbitkan dalam format hardcover dan softcover oleh Kepustakaan Populer Gramedia atas kerja sama dengan Tumurun Museum dan S. Sudjojono Center.

Fokus perjalanan cerita buku ini pada perjalanan lukisan yang dipesan pada tahun 1973 oleh Ali Sadikin, Gubernur DKI Jakarta saat itu, dalam rangka peresmian Museum Sejarah Jakarta pada tahun 1974. Buku ini menelaah setiap arahan dan instruksi dari tim Provinsi DKI Jakarta yang tertuang dalam sejumlah korespondensi dengan S. Sudjojono. Korespondensi ini menjadi penting karena banyak mempengaruhi proses riset dan keputusan artistik yang diambil Sudjojono dalam memvisualisasikan subyek sejarah perjuangan Sultan Agung.
Peluncuran buku dilakukan di Tumurun Private Museum, Solo Jawa Tengah, dan secara virtual, Sabtu (22/1/2022) sore.dan di ikuti oleh 300 peserta baik dari dalam negeri maupun luar negeri seperti, Malaysia, Belanda, Australia dan Singapura.

Peluncuran buku ini dihadiri oleh Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka, Gibran berharap, kehadiran buku ini semakin membuka jendela pengetahuan, terutama soal Sultan Agung dan S Sudjojono."Sultan Agung adalah sosok yang patut kita teladani," tuturnya.

Pendiri Tumurun Private Museum, Iwan K Lukminto, mengatakan, peluncuran buku ini merupakan puncak dari Pameran Mukti Negeriku! Perjuangan Sultan Agung melalui Goresan S Sudjojono. Kegiatan yang berlangsung sejak 28 Agustus 2021."Respon masyarakat sangat baik, 5.000 pengunjung mengunjungi museum kami, walaupun pandemi," kata Iwan dalam sambutannya.

Iwan berharap, hadirnya buku ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada masyarakat siapa Sultan Agung dan S Sudjojono.

Penasehat Board S Sudjojono Center, Jusuf Wanandi, menyebut S Sudjojono merupakan pelukis kelas dunia.

"Saya pernah bertemu dengan S Sudjojono dan saya bangga memiliki karyanya," katanya.

Menurut Kontributor Buku dan Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Bondan Kanumoyoso "Sosok Sultan Agung tokoh penting dan istimewa karena perjuangannya mempertahannkan jantung pertahanan Batavia saat itu, tak seperti tokoh atau pahlawan lain yang berperang karena ingin mempertahankan wilayah saja. Sultan Agung berjuang dalam rangka mempertahankan kedaulatan negara," ujar.

Pada buku ini juga diuraikan mengenai riset mendalam S. Sudjojono dalam persiapannya membuat lukisan tersebut yang dituangkannya dalam ke-38 sketsa studi. Buku ini menelusuri hasil riset, kunjungan ke museum dan institusi di Indonesia maupun Belanda, wawancara narasumber dan pembacaan buku sejarah serta pemikiran, pertanyaan dan berbagai tantangan yang dihadapi Sudjojono dalam proses pembuatan yang dituangkannya ke dalam sketsa-sketsa tersebut. Salah satu contoh risetnya terlihat dalam penggambaran sketsa-sketsa yang secara khusus mengeksplorasi cara berpakaian, posisi duduk, posisi tangan, dan suasana singgasana Sultan Agung.
 

Konsultan Seni dan Kurator Pameran Mukti Negeriku, Santy Saptari, mengaku mendapat banyak materi dan dokumentasi dari berbagai pihak untuk menyusun Buku 'Sultan Agung dalam Goresan S. Sudjojono. Salah satu di antaranya, Santy mengaku mendapat banyak dokumentasi dari Sudjojono Center. Pasalnya, di Sudjojono Center terdapat banyak sekali surat dan tulisan tangan langsung dari S. Sudjojono.

Sehingga bisa memudahkannya untuk memahami pemikiran dan pandangan dari S. Sudjojono.

Selain itu, Santy juga medapatkan dokumentasi dari tim DKI yang memesan lukisan Sultan Agung karya S, Sudjojono. Namun, untuk materi terkait Sultan Agung dan peristiwa pertempuran yang pernah dialaminya, harus Santy dapatkan dari Belanda. Karena, arsip sejarah tentang Sultan Agung kebanyakan memang hanya ada di Belanda,” pungkas Santy Saptari.


 

Komentar

Berita Lainnya