Rabu, 17 November 2021 0:38:27 WIB

Bisa Ditiru Indonesia, Begini Cara Tiongkok Menuju Emisi Nol Karbon
Tiongkok

Agsan

banner

Bus listrik di Shanghai Foto: Ridwan Arifin/detikOto

Jakarta - Executive Vice Chairman and Secretary General, CAAM (China Association of Automobile Manufacturers) Fu Bingfeng membeberkan cara Tiongkok menuju emisi nol karbon. Visi tersebut sejalan dengan pemerintah Indonesia yang ditargetkan tercapai pada 2060.
\r\nFu Bingfeng diundang dalam acara Gaikindo Indonesia Automotive Conference, Selasa (16/11/2021). Tapi yang bersangkutan berhalangan hadir, sehingga kalimat pidatonya diwakilkan oleh Sekretaris Jenderal Gaikindo, Kukuh Kumara.
\r\n
\r\nMenurut Fu Bingfeng target nol emisi merupakan keniscayaan. Pemerintah Tiongkok sudah serius menggenjot bauran energi terbarukan sejak 2005 silam.
\r\n
\r\n"Tiongkok mulai mengatur konsumsi energi pada tahun 2005. Pada tahun 2015, Tiongkok sepenuhnya menerapkan kebijakan pengendalian intensitas energi dan konsumsi energi total. Untuk mencapai target puncak, emisi karbon dioksida per unit PDB akan dipotong lebih dari 65% dari tingkat 2005 pada tahun 2030. Pada tahun 2060, untuk mencapai netralitas karbon, proporsi konsumsi energi non-fosil harus mencapai lebih dari 80%," kata Fu Bingfeng yang diwakilkan, Selasa (16/11/2021).
\r\n
\r\nTransisi energi merupakan syarat untuk dekarbonisasi. Termasuk sumber energi yang menjadi penghidupan berasal dari non fossil.
\r\n
\r\n"Saat ini, kapasitas pembangkit listrik terpasang Tiongkok dari sumber energi non-fosil telah mencapai 980 juta kw, menyumbang 44,7% dari total kapasitas terpasang. Tiongkok transformasi dekarbonisasi dimulai dengan transisi energi," jelasnya.
\r\n
\r\nSelanjutnya, Fu Bingfeng juga menjelaskan pengurangan karbon emisi juga perlu menyasar di sektor transportasi. Sebab, di Tiongkok sudah ada 300 juta kendaraan combustion engine.
\r\n
\r\n"Tiongkok saat ini menyumbang sekitar sepersepuluh dari total emisi karbon dioksida, terutama dari hampir 300 juta kendaraan yang digunakan. 300 juta kendaraan sudah menjadi jumlah terbesar di dunia, dan jumlahnya akan melebihi setengah miliar di masa depan," kata dia.
\r\n
\r\nMembuat 500 juta kendaraan menjadi nol emisi bukanlah tugas mudah. Selain dari dorongan penggunaan mobil listrik, penekanan emisi juga diperlukan dari sektor transportasi. Untuk transportasi logistik misalnya, bisa memanfaatkan kereta listrik, dan transportasi laut.
\r\n
\r\n"Dengan mengurangi angkutan transportasi jalan, serta membuat sistem kargo yang terintegrasi, secara efektif mengurangi penggunaan truk dan secara langsung mengurangi emisi karbon dioksida," kata dia.
\r\n
\r\nKemudian pengurangan emisi karbon juga bisa didukung dengan elektrifikasi bus perkotaan, taksi, dan online ride-hailing.
\r\n
\r\n"Di bidang transportasi umum, lebih dari 66,2% bus murni listrik," ungkapnya.
\r\n
\r\nNah, untuk transisi dekarbonisasi sektor kendaraan komersial diperlukan sumber energi yang lebih beragam.
\r\n
\r\n"Selain angkutan umum listrik, pilihan truk lebih beragam. Dalam jarak pendek dan menengah, listrik murni adalah kekuatan pendorong utama. Dalam jarak jauh dan menengah, berbagai upaya sedang dilakukan, termasuk truk berat pengganti listrik, mesin hidrogen, sel bahan bakar hidrogen, bahan bakar biomassa dan berbagai bahan bakar campuran," ungkap dia.
\r\n
\r\nTerakhir dalam pemaparannya industri otomotif mobil dan motor listrik harus memiliki ekosistem yang memadai.
\r\n
\r\n"Tiongkok adalah produsen dan konsumen mobil terbesar di dunia. Transformasi dekarbonisasi mobil Tiongkok tidak hanya mempengaruhi kehidupan karyawan industri, tetapi juga mempengaruhi kehidupan setiap pengguna mobil," ucapnya.
\r\n
\r\nSejak awal 2012, Tiongkok merumuskan Rencana Pengembangan Kendaraan Energi Baru. Dukungan kebijakan pemerintah sangat diperlukan pada tahap awal elektrifikasi.
\r\n
\r\n"Dari baterai hingga motor, Tiongkok memiliki tata letak industri yang komprehensif dalam elektrifikasi mobil, meletakkan dasar industri yang kokoh untuk pengembangan dekarbonisasi mobil," urainya.
\r\n
\r\n"Dalam hal pemanfaatan energi hidrogen, proyek percontohan FCV pada kendaraan komersial telah dilakukan di banyak kota, mendorong perkembangan industri terkait."
\r\n
\r\n"Kendaraan otonom yang cerdas dan terhubung sedang diuji di taman yang berbeda. Dalam hal infrastruktur perkotaan, kami memiliki jumlah titik pengisian daya publik terbesar di dunia, dan di banyak kota, mobil listrik dapat diisi ulang dengan mudah," jelas dia.
\r\n
\r\nLebih lanjut dia menjelaskan transformasi dekarbonisasi industri otomotif tidak dapat diwujudkan hanya oleh industri itu sendiri.
\r\n
\r\n"Peran pemerintah sangat penting dalam transformasi energi baru, baik subsidi maupun regulasi perpajakan. Fungsi penyimpanan energi kendaraan listrik murni tidak lepas dari dukungan smart grid dan kebijakan pembelian listrik, konsumsi, dan akses jaringan," sambung dia.
\r\n
\r\n https://oto.detik.com/event/d-5813968/bisa-ditiru-indonesia-begini-cara-china-menuju-emisi-nol-karbon.

Komentar

Berita Lainnya