Kamis, 30 Maret 2023 16:50:49 WIB

Dunia Tidak Butuhkan “KTT Demokrasi” Yang Picu Konfrontasi
International

CRI/ Angga

banner

KTT Demokrasi kedua yang disponsori oleh AS dibuka pada 29 -30 Maret 2023. /CCTV

KTT Demokrasi kedua yang disponsori oleh AS dibuka pada 29 -30 Maret 2023. Satu tahun yang lalu, masyarakat AS menggelar upacara pemakaman untuk ‘demokrasi ala AS” tepatnya di sela-sela KTT Demokrasi pertama. Sekarang, tanpa mengindahkan tentangan dalam dan luar negeri, pemerintah AS menghadirkan sekali lagi pertunjukan politiknya. Perhelatan KTT Demokrasi kedua terkesan tetap stereotip dan penuh isi klise karena masih nekat mengatasnamakan demokrasi untuk memanipulasi politik kelompok dan konfrontasi blok, serta memicu pergolakan yang baru. Perhelatannya adalah semacam injakan kasar terhadap semangat demokrasi, dan sama sekali tidak dibutuhkan oleh dunia.

Menanggapi suara kritik, pihak AS seolah telah tutup telinganya, dan terus berlagak seperti “pemimpin demokrasi”. Dibanding KTT Demokrasi pertama, kali ini ajang tersebut disponsori bersama oleh Costa Rica, Belanda, Korsel dan Zambia untuk memperlihatkan representasinya. 

Seorang sarjana Pakistan mengatakan, KTT Demokrasi kali ini tidak dimaksudkan untuk solidaritas, melainkan pemecahan dunia. Demokrasi sudah digunakan oleh AS sebagai instrumen yang dapat melayani dirinya sendiri. Nyata sekali, dunia tidak akan terkelabui lagi oleh AS, yang terus mempersolek dirinya. Masyarakat sudah menyadari bahwa apa yang disebut KTT tersebut hakikatnya ialah pertemuan untuk mengklasifikasi “kubu demokrasi” dan “kubu non demokrasi”, dengan kata lain, membela hegemoni AS atas nama demokrasi dan menindas negara-negara yang berpandangan lain.

Dilihat dari topik-topik yang diumumkan oleh AS, terasa sangat munafik dan absurd. Walaupun AS hanya memiliki kredit poin yang sangat rendah dalam hal demokrasi, namun negeri ini tetap antusias mengekspor demokrasi ala AS. Selama bertahun-tahun ini, demokrasi ala AS sudah membawa bertubi-tubi pergolakan dan malapetaka kemanusiaan, sehingga terus mengundang kritik pedas. Menurut hasil survei, kira-kira 43 persen responden berpandangan bahwa demokrasi di negerinya terancam AS.

Demokrasi adalah nilai bersama umat manusia. AS tidak berhak mendefinisi atau menghakimi demokrasi secara tersendiri. Dunia kini berada dalam situasi yang sangat tidak tenteram, di mana risiko geopolitik terus meningkat, pemulihan ekonomi melambat, kesenjangan perkembangan semakin melebar, dan ekosistem kian memburuk. Untuk menyelesaikan krisis global, dunia membutuhkan solidaritas dan kerja sama, bukanlah apa yang disebut sebagai KTT Demokrasi yang menghasut rivalitas. Al hasilnya, tak peduli seberapa kali KTT Demokrasi digelar, AS sudah pasti akan mengalami kegagalan total.

Pewarta : CRI

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner