Senin, 3 Januari 2022 5:51:9 WIB

Pengaruh Ekonomi Digital Tiongkok terhadap Indonesia
Tiongkok

Muhammad Rizal Rumra

banner

mataramradio.com

Kedekatan Indonesia dengan Tiongkok sudah terbangun sejak masa Presiden Soekarno. Pada pertengahan 1950 hingga 1965, Soekarno melihat Tiongkok sebagai kekuatan baru dan pusat modernisme di luar blok Barat Amerika di satu sisi dan di luar blok Timur Soviet di sisi yang lain, sebagaimana sejalan dengan gagasan politik luar negeri Soekarno yaitu Non Blok dan New Emerging Forces (NEFO).

\r\n\r\n

Soekarno menggalang kekuatan negara-negara Asia dan Afrika sebagai kekuatan baru. Upayanya, bangsa yang baru bebas dari kolonialisme harus meneguhkan kekuatan yang bebas dari pengaruh dan kuasa Amerika dan Soviet, sebab NEFO yang digagas Soekarno tak terlibat dan tak mendukung salah satu kubu perang dingin saat itu.

\r\n\r\n

Saat Soeharto perlahan naik menuju kekuasaan pada 1966-1967 menandai surutnya hubungan Indonesia dengan Tiongkok. Presiden Soeharto memutuskan hubungan diplomatik dengan Tiongkok pada Minggu 1 Oktober 1967, saat Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berulang tahun kemerdekaan.  Hampir selama masa kekuasaan Orde Baru, Soeharto membekukan hubungan Indonesia dengan Tiongkok. Hingga akhirnya pembekuan hubungan dicairkan oleh Soeharto sendiri pada 1989. 

\r\n\r\n

Hubungan Indonesia dan Tiongkok di bawah Soeharto pada 1990-an mulai mencair. Kantor diplomatik kedua kedutaan besar kembali dibuka. Perlahan hubungan perdagangan pun mencair. Hingga terus berlanjut di bawah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (2004-2014).

\r\n\r\n

Pada akhirnya, hubungan Indonesia-Tiongkok kembali semakin mesra dan hangat di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Hal tersebut terlihat saat kunjungan Wakil Presiden (Wapres) RRT, Wang Qishan untuk menghadiri pelantikan Presiden Jokowi dan Wapres Ma’ruf Amin, tentu hal itu merefleksi dari kedekatan hubungan antar dua negara, karena beliau datang juga sebagai utusan khusus dari Presiden Xi Jinping.

\r\n\r\n

Nuansa yang terbangun dalam pembicaraan mereka adalah nuansa keakraban, nuansa untuk meningkatkan hubungan bilateral antar dua negara, khususnya di bidang ekonomi untuk menjalankan kemitraan strategis yang komprehensif secara penuh antar dua Negara, bahkan sampai ranah teknis pun dibahas antara Wapres RRT dan pimpinan Republik Indonesia, baik presiden maupun wapres.

\r\n\r\n

Bahkan, menurut catatan kedutaan RRT untuk Indonesia bahwa kehangatan hubungan Indonesia-Tiongkok ini juga dapat dibuktikan dengan dua kali kunjungan Presiden Xi Jinping ke Indonesia. Presiden Jokowi malah telah lima kali berkunjung ke Tiongkok. Kedutaan RRT untuk Indonesia juga mencatat kedua pemimpin telah mengadakan delapan pertemuan bilateral. Presiden Jokowi dan Presiden Xi Jinping telah berkontak empat kali hubungan telepon.

\r\n\r\n

Hasilnya tercapai konsensus penting dalam masa hubungan masa depan dua kekuatan besar ekonomi Asia ini. Xi Jinping melihat Indonesia sebagai kekuatan ekonomi yang harus dirangkul. Begitu pula Jokowi melihat Tiongkok dengan sangat hormat sebagai bangsa yang setara untuk menuju kemajuan hubungan kedua negara, serta dapat mendorong kesejahteraan Indonesia bersama Tiongkok.

\r\n\r\n

Tentu saja yang menjadi pertanyaan saat ini bahwa bagaimana bisa Tiongkok berkontribusi khususnya dalam mengakselerasi tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia?

\r\n\r\n

Kita ketahui bahwa ada tiga faktor yang didorong pemerintah agar dapat mempercepat percepatan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pertama, Expor. Kedua, masuknya investasi dari Tiongkok. Ketiga, ekonomi pariwisata. Dan ditambahkan pula yang keempat adalah ekonomi digital, melihat Tiongkok saat ini juga sangat menonjol di bidang ekonomi digital.

\r\n\r\n

Pemerintah berharap empat hal tersebut dapat ditingkatkan hubungannya antara Indonesia dan Tiongkok, karena pemerintah yakin dengan begitu akan terjadi percepatan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, sehingga mimpi Indonesia menjadi negara maju pada tahun 2030 tidak mustahil dapat tercapai dengan kerja keras semua pihak.

\r\n\r\n

Ada beberapa hal yang terkait dengan ekonomi digital yang Tiongkok saat ini cukup menonjol, misalnya e-commerce platform, diantaranya seperti Ali Baba dengan omset 12,22 miliar Dollar Amerika atau setara dengan Rp. 176,9 triliun pada tahun 2018. Demikian juga seperti JD.com, Jumore, dll. Selain itu, misalnya perkembangan di bidang pembayaran tanpa uang tunai, baik dari alipay yang sekarang jadi ant financial, maupun dari WeChat Pay. Di Indonesia juga demikian sudah berkembang secara pesat, seperti internet of things yang juga berkembang pesat di Indonesia. Ada juga lainnya misalnya, Blokchain, membangun blok kepercayaan yang juga akan menjadi masa depan di Indonesia. Ada juga artificial intelegence, yang Tiongkok pun juga cukup menonjol dalam bidang tersebut.

\r\n\r\n

Begitu pula Indonesia, anak-anak muda start-up yang sudah mulai menggarap di bidang artificial intelegence juga, dan tentunya hal-hal lain terkait ekonomi digital, dimana kontribusi ekonomi digital terhadap GDP Tiongkok itu cukup signifikan sudah sekitar 20-an persen.

\r\n\r\n

Indonesia kedepan apabila meningingkan adanya batu lompatan dalam pembangunan ekonomi Indonesia, maka salah satu yang bisa membuat Indonesia melangkah secara cepat adalah di bidang ekonomi digital. Dalam konteks inilah kerjasama dengan Tiongkok akan membawa manfaat buat Indonesia.

\r\n\r\n

Jika melihat, perkembangan Indonesia saat ini sudah cukup signifikan dan kedepan potensi bagi Indonesia menjadi pemimpin di ASEAN di bidang ekonomi digital dari berbagai terbitan. Dalam hal ini, termasuk Indonesia potensi akan mimpin pada tahun 2025 dan selanjutnya, dimana nilai ekonomi digital di kawasan ASEAN sekitar 225 atau 230 miliiar Dollar Amerika.

\r\n\r\n

Dalam kaitan itu Indonesia kurang lebih 100 sampai 120 mimpin di ASEAN, sekarang saja Indonesia sudah punya beberapa, bukan lagi unicorn tapi sudah decacorn. Indonesia kini punya 8 unicorn dan 1 decacorn. Unicorn dan decacorn tersebut terdiri dari usaha di bidang e-commerce, transportasi, jasa antar, travel dan juga start up fintech.

\r\n\r\n

Adapun kedelapan unicorn saat ini adalah Tokopedia, Bukalapak, Xendit, Ovo, Traveloka, J&T Ekspress, Onlinepajak dan Ajaib. Sementara satu-satunya decacorn milik Indonesia hingga kini adalah Gojek.

\r\n\r\n

Ada beberapa yang sudah ada di pipe line, dengan harapan kebijakan lima tahun kedepan hubungan dengan Tiongkok dan beberapa Negara lainnya yang menonjol di bidang ekonomi digital akan membuat Indonesia senakin pesat dan maju.

Komentar

Berita Lainnya