Jumat, 13 Januari 2023 11:11:27 WIB
Pasca Pembicaraan 2+2, Hubungan Militer Jepang Lebih Dekat dengan AS, dan menempatkan Jepang dalam Posisi yang lebih Berisiko
International
Endro
Dari kiri: Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada, Menteri Luar Negeri Jepang Hayashi Yoshimasa, Menteri Luar Negeri Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin berbicara pada konferensi pers di Departemen Luar Negeri di Washington, 11 Januari 2023. Foto: VCG
BEIJING, Radio Bharata Online - AS dan Jepang terus merusak perdamaian dan stabilitas regional pada tahun 2023, karena pejabat tinggi pertahanan dan diplomatik dari kedua negara, telah berjanji untuk memperkuat aliansi militer dan kerja sama keamanan mereka, dengan alibi "tantangan strategis terbesar" dari Tiongkok.
Pakar Tiongkok mengatakan bahwa aliansi militer yang lebih dekat dengan AS, sambil mengadopsi sikap yang lebih agresif, akan berarti posisi yang lebih berbahaya bagi Jepang. Dan aliansi militer yang provokatif, tidak akan disambut baik oleh negara-negara di kawasan.
Rencana pemutakhiran militer Jepang diumumkan pada hari Rabu waktu AS, sehari setelah pembicaraan keamanan "Two Plus Two" antara Menteri Luar Negeri Jepang Yoshimasa Hayashi dan Menteri Pertahanan Yasukazu Hamada, dan rekan mereka dari AS Antony Blinken dan Lloyd Austin di Washington.
Juga mengutip alasan "ancaman" dari Rusia dan Korea Utara, pejabat AS dan Jepang setuju untuk mengatur ulang Resimen Artileri ke-12 yang berbasis di Okinawa, menjadi Resimen Littoral Marinir ke-12 pada tahun 2025. Mereka dilengkapi dengan intelijen canggih, kemampuan pengawasan anti-kapal, dan kemampuan transportasi. Demikian menurut pernyataan dari Departemen Pertahanan AS.
Kedua belah pihak sepakat untuk mempromosikan penelitian bersama, dan pengembangan peralatan pertahanan mutakhir. Selain itu, Jepang akan bekerja sama dengan pejabat AS, dalam pengaturan komando dan kontrol dengan penekanan pada interoperabilitas dengan pasukan AS.
Kedua militer juga akan memperluas penggunaan fasilitas bersama di Jepang, dan meningkatkan jumlah latihan, yang akan mencakup latihan di kepulauan barat daya Jepang.
Menurut Kyodo, Austin meremehkan masalah Taiwan, sementara Hayashi menekankan bahwa posisi dasar Jepang dalam masalah Taiwan, tetap tidak berubah.
Namun para analis Tiongkok percaya, bahwa tujuan dan target penyebaran di pulau-pulau barat daya Jepang yang dekat dengan wilayah Taiwan Tiongkok, sudah sangat jelas.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin mengatakan pada jumpa pers hari Kamis, bahwa mengenai kerja sama militer, AS dan Jepang harus memastikan bahwa itu tidak merugikan kepentingan pihak ketiga, atau perdamaian dan stabilitas regional.
Analis mengatakan, Jepang tidak hanya melepaskan diri dari prinsip Only for Deffense, dan bersiap untuk ikut campur dalam masalah Taiwan, tetapi juga menjadikan dirinya tersedia bagi militer AS, sebagai pangkalan operasi yang memungkinkan AS melancarkan operasi militer melawan Tiongkok dari tanah Jepang.
Disisi lain, Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) telah mempersiapkan skenario terburuk di Selat Taiwan. Dan sejak awal telah memperingatkan pasukan gabungan AS-Jepang, serta beberapa pasukan Barat lainnya, untuk ikut campur dalam masalah Taiwan.
Fu Qianshao, seorang ahli militer Tiongkok, kepada Global Times mengatakan, semua instalasi militer di rantai pulau pertama yang dekat dengan pulau Taiwan, termasuk pangkalan angkatan laut dan udara AS di Jepang, dapat dilenyapkan oleh senjata presisi Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Roket PLA.
Sejak Agustus, PLA telah mengadakan beberapa kali latihan militer berskala besar yang mengepung dan mengunci pulau Taiwan, dan juga telah melakukan latihan angkatan laut dan udara, serta patroli di sekitar Jepang, termasuk yang dipimpin oleh kapal induk Liaoning, serta patroli strategis gabungan Tiongkok-Rusia.
Jika Jepang terus memprovokasi Tiongkok, bersama dengan AS dan Taiwan, PLA pasti akan mengambil tindakan balasan, termasuk mengadakan lebih banyak latihan dan patroli di perairan internasional, dan wilayah udara di sekitar Jepang, dan meningkatkan kemampuan tempur PLA di laut jauh. (Global Times)
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB