Selasa, 2 November 2021 7:54:1 WIB

Petani di Tapanuli Selatan Sulit Dapat Pupuk Subsidi
Tiongkok

Dewi Kinar Lestari

banner

Petani di Sipirok, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara mengeluh kesulitan mendapatkan pupuk subsidi. Padahal, saat ini, sudah masuk musim tanam. Ilustrasi petani. (ANTARA FOTO/Makna Zaezar).

Petani di Kecamatan Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, mengaku kesulitan mendapatkan pupuk subsidi.

"Sudah sejak dua pekan terakhir petani sulit mendapatkan pupuk," kata Ketua Kelompok Tani Mekar Sari, Tapanuli Selatan, Mara Adil Hutasuhut, di Sipirok, seperti dikutip dari Antara, Selasa (2/11).

Jenis pupuk bersubsidi yang mulai langka di antaranya urea, phonska dan DP36. Padahal, petani sedang memasuki musim tanam padi.

"Ada enam kios yang ditunjuk Pusri untuk penyalur pupuk di Sipirok. Namun petani sering kecewa. Pupuk subsidi per sak Rp170 ribu kosong," katanya.

Sementara itu, harga pupuk nonsubsidi menanjak selama sebulan terakhir. Misalnya, sambungnya, pupuk nonsubsidi NPK naik dari Rp450 ribu menjadi Rp600 ribu per sak.

"Kami berharap ada solusi bijak agar kami masyarakat petani mudah mendapatkan pupuk bersubsidi,mengingat memasuki musim tanam," ujarnya.

Sebelumnya, Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) juga menyorot kenaikan harga pupuk baik tunggal maupun majemuk antara 70 persen-120 persen dalam delapan bulan terakhir.

Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung mengungkapkan harga pupuk urea naik dari Rp4.500per kg menjadi Rp6.000per kg.

Sementara, kontribusi biaya pupuk untuk produksi petani mencapai 58 persen.Untuk itu, Gulat meminta pemerintah turun tangan.

"Pendapatan petani sekarang hanya Rp815.000 per hektar per bulan, (turun) dari sebelumnya Rp1,1 juta. Harga sawit Rp3.000 per kg, tapi kami turun pendapatan," ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Secara terpisah, Direktur Pupuk dan Pestisida Ditjen PSP Kementerian Pertanian Muhammad Hatta memaparkan lima potensi masalah yang menjadi persoalan harga pupuk bersubsidi.

Permasalahan itu antara lain perembesan antar wilayah, isu kelangkaan pupuk, mark up Harga Eceran Tertinggi (HET) pupuk di tingkat petani, alokasi menjadi tidak tepat sasaran, dan produktivitas tanaman menurun.

Komentar

Berita Lainnya