Beijing, Bharata Online - Para ilmuwan Tiongkok menemukan bahwa sisi terjauh Bulan lebih dingin di bagian dalamnya dibandingkan sisi yang selalu menghadap Bumi.
Mereka menemukan bahwa batuan tersebut terbentuk dari lava jauh di dalam bagian dalamnya pada suhu sekitar 1.100 derajat Celcius, sekitar 100 derajat Celcius lebih dingin daripada sampel yang ada dari sisi dekat.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience pada hari Selasa (30/9) itu berasal dari analisis fragmen batuan yang dikumpulkan oleh wahana antariksa Chang'e-6 Tiongkok pada tahun 2024 dari sisi terjauh Bulan.
Tim peneliti dari Perusahaan Nuklir Nasional Tiongkok, Universitas Beijing, dan Universitas Shandong, mengonfirmasi bahwa batuan yang diambil sampelnya berusia sekitar 2,8 miliar tahun.
Para ilmuwan juga membandingkan data penginderaan jauh dari lokasi pendaratan Chang'e-6 di sisi terjauh dengan data yang setara dari sisi dekat. Hasilnya menunjukkan perbedaan suhu sebesar 70 derajat Celcius, yang sangat sesuai dengan hasil analisis sampel.
"Suhu mantel bulan di sisi jauh bulan lebih rendah daripada suhu di sisi dekat. Sampel basal yang kami kumpulkan terbentuk sekitar 2,8 miliar tahun yang lalu. Jadi, suhu yang kami hitung mencerminkan kondisi di masa lalu, bukan saat ini. Suhu tersebut mencerminkan kondisi jauh di dalam bulan - mantel bulan, bukan permukaan bulan," jelas He Sheng, Peneliti di Institut Riset Geologi Uranium Beijing, Perusahaan Nuklir Nasional Tiongkok.
Misi Chang'e-6 Tiongkok pada tahun 2024 berhasil melakukan pengambilan sampel pertama umat manusia dari Cekungan Kutub Selatan-Aitken di sisi jauh Bulan. Wahana Chang'e-5 mendarat pada tahun 2020 di wilayah barat laut Samudra Badai.