Jumat, 18 Juli 2025 12:53:50 WIB

Penjualan Ritel Barang Konsumsi di Tiongkok Tumbuh 5,5 Persen per Tahun Sejak 2021

Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

Beijing, Radio Bharata Online - Penjualan ritel barang konsumsi di Tiongkok tumbuh rata-rata 5,5 persen per tahun selama empat tahun terakhir, dengan penjualan diperkirakan akan mencapai 50 triliun yuan (sekitar 113.524 triliun rupiah) pada tahun 2025, ujar Menteri Perdagangan Tiongkok, Wang Wentao, dalam konferensi pers di Beijing, Jumat (18/7).

Menurut Wang, total penjualan ritel barang konsumsi Tiongkok meningkat dari 39,1 triliun yuan (sekitar 88.789 triliun rupiah) pada tahun 2020 menjadi 48,3 triliun yuan (sekitar 109.680 triliun rupiah) pada tahun 2024.

"Konsumsi semakin berperan sebagai mesin utama dan penstabil pertumbuhan ekonomi Tiongkok, dengan keunggulan pasar domestik negara yang luas menjadi semakin menonjol. Pasar konsumen Tiongkok telah mempertahankan posisinya sebagai yang terbesar kedua di dunia, dengan total penjualan ritel barang konsumsi tumbuh rata-rata 5,5 persen per tahun selama empat tahun terakhir. Angka ini diperkirakan akan melampaui 50 triliun yuan (sekitar 113.524 triliun rupiah) tahun ini," jelas Wang.

"Konsumsi jasa terus tumbuh pesat, dengan pangsa belanja konsumen untuk jasa meningkat 3,5 poin persentase hingga mencapai 46,1 persen. Pada saat yang sama, bentuk-bentuk konsumsi baru berkembang pesat, dengan model bisnis dan skenario konsumsi yang semakin beragam dan dinamis, menawarkan cerminan yang lebih nyata dan nyata dari upaya masyarakat Tiongkok untuk mencapai kehidupan yang lebih baik," ujarnya.

"Konsumsi telah berkontribusi sekitar 60 persen terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan Tiongkok secara rata-rata, yang semakin menegaskan perannya sebagai penggerak utama perekonomian. Keunggulan pasar domestik Tiongkok yang luas telah diperkuat secara signifikan, dengan dinamisme keseluruhannya yang meningkat secara signifikan," lanjut Wang.

Wang juga mencatat bahwa dibandingkan dengan Amerika Serikat, total penjualan ritel Tiongkok tahun lalu sekitar 80 persen dari angka AS secara nominal. Menurutnya, dalam hal daya beli aktual, angka tersebut setara dengan sekitar 1,6 kali lipat angka Amerika Serikat, berdasarkan data dan algoritma yang disediakan oleh Bank Dunia.

Komentar