BEIJING, Radio Bharata Online - Konflik Thailand-Kamboja pada hari Kamis, memanas dengan pengerahan senjata berat seperti jet tempur dan artileri roket, menyusul insiden ranjau darat di sepanjang perbatasan yang disengketakan.
Pakar urusan militer Tiongkok, Zhang Junshe kepada Global Times pada hari Kamis memperingatkan potensi eskalasi lebih lanjut, antara kedua negara tetangga Tiongkok yang bersahabat ini.
Zhang mengatakan, bahwa perkembangan terbaru pengerahan jet tempur F-16 oleh Thailand, dan pengerahan artileri roket oleh Kamboja, mengindikasikan memburuknya situasi perbatasan kedua negara, yang berisiko memicu eskalasi lebih lanjut. Dari sudut pandang militer, Zhang menilai Thailand lebih unggul karena memiliki persenjataan yang lebih maju.
Menurut Zhang, baik Thailand maupun Kamboja adalah tetangga Tiongkok yang bersahabat, dan eskalasi ini tidak menguntungkan kedua belah pihak, maupun seluruh kawasan. Jalan keluar terbaik adalah solusi damai melalui perundingan.
Tiongkok telah aktif membantu negara-negara, termasuk Kamboja, dalam menyelesaikan masalah ranjau darat. Langkah ini, menurut Zhang, menunjukkan tanggung jawab Tiongkok dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan.
Pada tahun 2024, Universitas Teknik Angkatan Darat PLA, menyelenggarakan dua kursus penjinakan ranjau bagi personel dari Kamboja dan Laos, ungkap Zhang Xiaogang, juru bicara Kementerian Pertahanan Tiongkok saat itu. Kamboja dan Laos adalah negara-negara yang paling parah terkena dampak ranjau.
Selama lebih dari 20 tahun terakhir, Tiongkok telah melatih lebih dari 700 profesional penjinakan ranjau dari lebih dari 20 negara, dan beberapa kali mengirimkan kelompok ahli ke luar negeri, untuk melakukan pelatihan di lapangan. (Global Times)