LIUZHOU, Bharata Online — Rumah tradisional Suku Dong di Kota Liuzhou menjadi tempat berlangsungnya Forum Dialog Media Muda Profesional Tiongkok–ASEAN yang merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Tur Media Mitra ASEAN "China Up Close" di Guangxi. Dalam suasana formal namun akrab, para jurnalis muda dari berbagai negara ASEAN bersama rekan-rekan media China Media Group (CMG) bertukar pandangan.

Dialog ini bertujuan memperkuat jejaring profesional antara media Tiongkok dan ASEAN, memperluas kerja sama, serta menggali peluang di bidang jurnalistik.

Dalam tersebut, Andy Qiu, jurnalis asal Indonesia dari Bharata Online, menyampaikan pandangannya tentang peran AI di dunia media.

“Melihat teknologi AI yang dikembangkan di Tiongkok, bagi saya seperti melihat masa depan, terutama masa depan sektor media. AI bisa membuat pekerjaan kita lebih cepat, akurat, dan menarik,” ujarnya.

Ia menekankan bahwa meskipun AI menawarkan efisiensi, peran manusia tetap tidak tergantikan.

“AI memang hebat, tapi manusia punya sesuatu yang tidak dimiliki mesin: hati dan perasaan. Dengan menggabungkan emosi manusia dan AI, kita bisa membuat mesin yang dingin menjadi hangat,” katanya.

Andy juga mengusulkan dua langkah konkret untuk memperkuat kerja sama media Tiongkok–ASEAN di bidang AI: berbagi alat dan pelatihan teknologi, serta mengembangkan AI penerjemah bahasa ASEAN agar komunikasi lintas kawasan semakin lancar.

Ia menutup pidatonya dengan kalimat penuh makna:

“Pekerjaan kita bermakna. Kita adalah mata dan telinga dunia. Tidak ada yang mustahil bila kita bersatu.”

Dari Thailand, Lin Lianru, jurnalis dari Nation TV, mengungkapkan apresiasinya terhadap kesempatan berdialog langsung dengan media Tiongkok.

Ia juga menekankan pentingnya inisiatif bersama seperti produksi konten kolaboratif, pelatihan media, serta pertukaran jurnalis, untuk memperkuat peran media dalam membangun pemahaman lintas budaya.

Sementara itu, dari pihak penyelenggara, Guan Shichen dari Guangxi International Communication Center menyoroti perkembangan pesat industri AI di Guangxi dan potensi kolaborasinya dengan negara-negara ASEAN.

“Kami tidak hanya melihat pencapaian teknologi yang luar biasa, tetapi juga merasakan potensi besar untuk kolaborasi antara Tiongkok dan ASEAN di bidang kecerdasan buatan. Masa depan kerja sama AI ini tidak dapat dihentikan. Melalui kerja sama media, kita bisa bersama-sama menceritakan kisah luar biasa dibalik kolaborasi ini” ungkapnya.

Pada akhirnya para jurnalis bersepakat untuk bersama-sama memperkuat mekanisme komunikasi antara media muda Tiongkok dan ASEAN, serta menjadikan dialog ini sebagai langkah awal menuju jejaring kerja sama yang lebih luas dan berkelanjutan. Menjadikan media sebagai kekuatan yang mempererat hubungan antara Tiongkok dan ASEAN di masa depan.

Rumah kayu tradisional Suku Dong yang menjadi lokasi kegiatan menghadirkan suasana tenang dan reflektif, seolah melambangkan harmoni antara tradisi dan inovasi, nilai yang juga menjadi semangat utama dialog ini.