Xinjiang, Radio Bharata Online - Kabupaten Nileke, di kaki Pegunungan Tianshan di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok barat laut, sedang merintis model yang menggabungkan energi bersih dengan peternakan tradisional, mengubah lereng bukit menjadi pembangkit listrik sekaligus membantu petani lokal meningkatkan pendapatan.
Di lereng, deretan panel surya membentang di lereng bukit. Di bawahnya, rumput tumbuh lebat dan hijau, sementara kawanan domba merumput. Kini, daerah itu menjadi proyek pembangkit listrik tenaga angin dan surya terpadu terbesar di Asia.
"Dulunya lahan ini tandus. Setelah panel surya dipasang, kami mulai menerima subsidi, tetapi tetap bisa menggembala di sini," kata Sarsan Muhutalhan, seorang penggembala.
"Panel-panel ini ditinggikan setidaknya 1,5 meter di atas tanah, sehingga domba-domba dapat bergerak di bawahnya. Rumput di sini justru tumbuh lebih hijau dan lebat daripada di luar berkat naungannya. Siklus penggembalaan telah diperpanjang dari sekitar setengah bulan menjadi hampir sebulan penuh," ujar Liu Yong, Kepala Operasi dan Inspeksi Zhonglu Power, Wilayah Yili.
Model yang menggabungkan tenaga surya dengan peternakan telah meningkatkan pendapatan petani.
"Sebagian besar lahan padang rumput dimiliki oleh para penggembala. Kini penduduk desa menerima sewa, yang meningkat 5 persen setiap lima tahun, dengan masa sewa selama 25 tahun. Rata-rata, setiap rumah tangga menghasilkan sekitar 18.000 yuan (sekitar 42 juta rupiah) lebih banyak per tahun, bahkan ada yang memulai usaha kecil mereka sendiri," kata Mulati Duixian, Wakil Sekretaris Cabang Partai Komunis Tiongkok untuk Desa Kukubai di Kabupaten Nileke.
Setiap tahun, proyek itu menghasilkan sekitar 300 juta kilowatt jam listrik, cukup untuk memenuhi kebutuhan listrik lebih dari 150.000 rumah tangga. Proyek ini juga mengurangi emisi karbon hingga 400.000 ton per tahun, setara dengan menanam lebih dari 20 juta pohon.